Share

Bab 18

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Menjual diri?” beoku tanpa sadar. Karena terkejut dengan ucapan pedas mereka.

“Ya! Kamu selama ini tidak menerima Diego karena lebih suka jadi simpanan Om-Om, kan?”

Astaga! Gosip dari mana itu?

“Hey, kalian jangan sembarangan bicara!” Aku mencoba menegur mereka, karena aku memang tidak seperti itu.

“Kami tidak sembarang bicara, kok. Kami punya bukti. Bahkan, kami juga tahu, sekarang kamu tengah hamil anak selingkuhanmu itu, kan?”

Deg!

Tuhan, dari mana mereka tahu semua itu?

“Aku tidak—”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Nomor Dua   Bab 19

    “Mir? Are u ....”“Not me!” bantah Miranda keras, ketika aku mencoba konfirmasi atas sikapnya.“Kalau memang bukan kalian? Lalu siapa? Yang tahu tentang kehamilanku cuma kalian.” Aku bersikukuh, meminta penjelasan pada dua tersangka di hadapanku.“Ya ... mungkin saja dokter itu, atau perawat di sana. Jangan lupa, kemarin kamu dirawat, di rumah sakit salah satu teman kita!” Miranda masih mencoba membela diri, meski mimik wajahnya sudah sangat menjelaskan semuanya.Aku bukan ingin asal tuduh. Namun, kurasa kalian pun akan bisa membedakan, mana orang yang sedang ketakutan karena terciduk, mana yang tidak, iya kan? Miranda bahkan sudah tak berani menatap mataku, dan terus meliarkan pandangannya ke sembarang arah. Nah, gimana ak

  • Istri Nomor Dua   Bab 20

    Kak Sean :Sebenarnya apa saja kerjamu di sana Rara? Menjual diri? Kenapa sampai ada gosip seperti ini? Apa kau benar-benar sejalang itu, ya?” Aku hanya bisa mendesah lelah, saat membaca rentetan pesan masuk dari Kak Sean, yang pedasnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Benarkan dugaanku? Dia tidak ingat kejadian malam itu. Buktinya dia menuduhku seenaknya, tanpa mau repot b**a-basi terlebih dahulu. Padahal semua gosip ini juga hasil kelakuannya yang menyembunyikan pernikahan kami, juga memperkosaku. Jadi, dia juga punya andil besar dalam terciptanya gosip ini. Apa dia tidak berpikir sama sekali?” Kak Sean :Saya tidak mau tahu, Rara. Kamu harus pulang segera ke Indonesia, untuk memberikan penjelasan atas gosip itu. Kalau tidak? Jangan salahkan jika saya seret kamu ke sini dengan cara saya!” Penjelasan apa yang dia mau? Apa dia benar-benar tak bisa mengingat sedikit saja kejadian malam itu? Perasaan kepalanya tak tertantuk apapun, atau ... kepuas

  • Istri Nomor Dua   Bab 21

    “Lalu ada apa lagi kamu menghubungi saya? Orang suruhan saya sudah datang menjemput kamu, kan?”Setelah beberapa saat terdiam, Kak Sean pun kembali bersuara. Nah, mumpung lagi dibahas, mari kita bicarakan baik-baik.“Justru karena itu Rara nelepon Kakak. Karena Rara tidak bisa pulang saat ini,” ungkapku kemudian, tak ingin membuang waktu.“Saya sudah bilang. Saya tidak mau mendengar bantahan

  • Istri Nomor Dua   Bab 22

    Huek ... Huek ... Huek ....Aku terus mencoba memuntahkan, apa yang bisa aku keluarkan dari perut, agar bisa segera meredakan sedikit saja rasa mual ini. Aneh sekali!Selama ini aku tak pernah mengalami morning sick, atau mual muntah seperti ibu hamil lainnya. Tapi ... kenapa hari ini tiba-tiba begini? Ada apa? Kenapa perutku tiba-tiba jadi mual begini? Apalagi, bayiku juga terus bergerak aktif, menambah gejolak tak nyaman dalam perutku.Nak? Diem, dong. Mama mual banget kalau kamu terus gerak seperti ini.Huek ... Huek ... Huek ...Aku kembali mencoba muntah. Meski sebenarnya sudah tak ada yang bisa aku keluarkan selain cairan bening yang

  • Istri Nomor Dua   Bab 23

    “Itu bukan anakku! Sampai mati aku tak sudi mengakuinya!”DhuuaarrrrSeperti baru saja ada godam besar yang menghantam dan memporak-porandakan hatiku hingga benar-benar tak bersisa, saat mendengar pernyataan Kak Sean barusan. A-apa katanya? Sampai mati pun dia tidak mau mengakui bayiku? Lalu ... harus bagaimana aku sekarang?Oh, Tuhan. Malang sekali nasib bayiku. Belum sempat melihat dunia saja, sudah ditolak oleh papanya. Kejam sekali pria ini.Maaf, nak. Maafkan Mama karena membiarkan kamu mendengarkan pengakuan kejam itu. Maafkan Mama yang tidak bisa membuatmu diakui, dan ....Plak!“Sean, cukup!” seru Mama Sulis dengan murka, setelah menampar keras pipi

  • Istri Nomor Dua   Bab 24

    Setelah kata talak terucap tadi. Aku pun berusaha tetap menegakan kepala, saat keluar dari rumah itu.Tidak, aku tidak akan kalah hanya karena penolakan ini. Aku akan buktikan pada pria arogan itu. Bahwa yang akan menyesal di sini adalah dia, bukan aku. Entah bagaimana caranya, aku tahu Tuhan tidak pernah tidur. Dia pasti akan memberikan keadilannya padaku suatu hari nanti. Di mana-mana, pembalasan itu lebih kejam dari perbuatan iya, kan?“Ra, Mama mohon. Jangan pergi dulu. Semuanya masih bisa dibicarakan dengan kepala dingin, kan?” Mama Sulis masih mencoba memohon padaku, seraya mensejajarkan langkahnya denganku yang hampir menuju gerbang rumahnya.Aku pun menghentikan langkahku pelan, sambil mendesah berat sebelum menoleh pada Mama Sulis. Sebenarnya, dari semua yang akan aku tinggalkan dalam pernikahan

  • Istri Nomor Dua   Bab 25

    Aku hancur! Benar-benar hancur! Bukan hanya hati saja, tapi juga kehidupanku. Karena ternyata Sean Abdillah itu licik sekali. Selama perusahaan dipegang olehnya, ternyata dia juga mendirikan perusahaan lain, dan menarik satu demi satu investor di perusahaan papi untuk bergabung bersamanya.Tak hanya itu, dia juga menjilat mereka supaya percaya padanya. Sampai ketika dia akhirnya memisahkan diri dari perusahaan papi, investor lain yang sudah dia jilat ikut serta dan ... kini perusahaan papi ada di ujung kehancuran.Licik sekali, kan?Sekarang, aku bukan hanya sudah kehilangan 50% saham di perusahaan Papi yang telah berpindah atas namanya, tapi juga para investor yang selama ini bekerja sama dengan papi.Istimewanya, kondisiku sekarang seperti ini, terlibat gosip yang tida

  • Istri Nomor Dua   Bab 26

    Sepertinya, aku tak sadarkan diri setelah jatuh di trotoar siang itu. Apalagi saat merasa cengkraman menyakitkan dari bawah perutku. Rasanya, aku tak kuat menerima rasa sakit itu, hingga akhirnya menyerah pada kegelapan yang menyambut.Pokoknya aku tak ingat apa-apa lagi setelahnya. Yang ku ingat hanya tubuh yang ringan, dalam kegelapan yang menyelimutiku.Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Yang jelas, saat kesadaranku kembali. Aku sudah berada di sebuah ruangan serba putih, yang beraroma antiseptic.Rumah sakit. Ya, aku yakin jika sekarang aku ada di Rumah sakit. Siapapun orang baik yang membawaku ke sini, aku sangat berterima kasih sekali. Karena itu berarti aku dan bayiku pasti sudah dapat pertolongan medis untu--Ah, iya. Bayiku! Menyadari hal penting itu, aku

Bab terbaru

  • Istri Nomor Dua   Last extra part

    Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 3

    “Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud

  • Istri Nomor Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r

  • Istri Nomor Dua   Epilog

    “Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”

  • Istri Nomor Dua   Bab 55

    “Kalau begitu, apa Kakak keberatan jika aku bilang kita impas?” ucapku kemudian, setelah cukup lama membiarkan Kak Sean larut dalam penyesalannya.”Sayangnya, Kak Sean malah menggeleng, dan tersenyum miring saat mengalihkan atensinya padaku.”“Kurasa kata impas lebih tepat diucapkan Papimu, Ra. Karena kamu tak punya salah apapun di sini. Hanya aku saja yang bodoh sudah menjadikanmu alat untuk balas dendam. Jadi, kamu tak pantas mengucapkan hal itu,” balasnya dengan bijak.”Ah, i see.”“Kalau begitu. Apa ini sudah cukup untuk kakak, agar tak menggangguku lagi. I mean, Kakak gak akan meminta aku kembali sama Kakak lagi, kan? Karena aku benar-benar tidak--”“&ldqu

  • Istri Nomor Dua   Bab 54

    “Terima kasih karena sudah datang, dan membuat Mama bisa tertawa bahagia seperti itu lagi,” ucap Kak Sean. Saat kami akhirnya punya kesempatan duduk berdua, seraya memperhatikan interaksi Mama Sulis dan Kean di Taman samping Rumah.”Ya, aku memang membawa serta Kean ke Rumah ini. Bukan sengaja sebenarnya. Hanya saja, tadi saat aku akan ke sini. Kean terbangun dan rewel sekali tak ingin ditinggalkan. Makanya, sekalian saja kubawa. Toh, ini rumah Neneknya juga, kan?”“Kamu tahu, rasanya saya sudah lama sekali tak melihat Mama tertawa lepas seperti itu,” gumamnya lagi, tak melepaskan sedikitpun pandangan dari Mama Sulis.”Tatapan matanya syarat akan rasa haru, dan binar bahagia yang tak pernah aku lihat selama ini.”Tentu saja

  • Istri Nomor Dua   Bab 53

    “Rara gak tahu, Bund,” ungkapku akhirnya, sambil menunduk lesu. Setelah sebelumnya berpikir cukup lama sesuai titah Bunda barusan.”Entahlah, aku juga bingung mendeskripsikan perasaanku saat ini. Karena jujur saja, hal itu tak pernah aku pikirkan sebelumnya.”Karena bagiku, kebahagiaan Kean itu di atas segalanya, jadi aku tak terlalu memikirkan diriku sendiri. Yang penting Kean bahagia, maka aku pun pasti akan ikut bahagia.”Bukankah saat kita menjadi seorang ibu, itu berarti sudah bukan saatnya egois lagi. Karena kepentingan anak itu di atas segalanya.”Jadi ... apa salah jika aku berpikir demikian dan melupakan keinginan hatiku sendiri?”“Gak tahu siapa yang kamu cintai sebena

  • Istri Nomor Dua   Bab 52

    “Rara gak pernah bilang gitu, Bun!” batahku cepat tanpa sadar, membuat Bunda lumayan berjengit kaget di tempatnya. Melihatnya, aku langsung gelagapan karena merasa bersalah sudah mengagetkan Bunda Karina.“Eh, maaf, Bund. Rara gak maksud ngomong keras sama Bunda,” ucapku kemudian, menyuarakan permintaan Maafku. Bunda hanya tersenyum menanggapinya dan menepuk tanganku satu kali.“Gak papa, Bunda ngerti, kok,” jawabnya pengertian. “Tapi, apa yang kamu bilang barusan ... beneran?” Bunda Karin lalu mengembalikan topik obrolan.“Ah, iya, Bund. Beneran, Kok! Rara gak pernah ngomong kayak gitu sama Ken.” Aku pun mencoba meyakinkan Bunda.“Lho, tapi Kata Ken, waktu itu kamu ngobrol dengan mantan mertuamu dan&mdash

DMCA.com Protection Status