Share

15. Titipan

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sully menatap seember penuh air yang sangat jernih. Permukaan ember terlihat jelas saking jernihnya. Saat itu ia bisa merasakan dingin air di desa kaki gunung bakal sedingin apa. Sully berjongkok menarik sebuah bangku kecil kayu yang tersandar ke dinding kamar mandi. Sedikit menerawang ia mencelupkan satu jarinya. Seperti disetrum, ia seketika mengangkat jarinya lagi.

“Kenapa enggak ada suara mandinya, Mbak?” seru Wira dari luar.

“Perempuan mandi itu enggak langsung jebar-jebur aja. Pasti ada step-stepnya. Kalau mau lanjut nelfon, ya nelfon aja,” sahut Sully dari dalam.

“Ya enggak mungkin. Nanti malah ada suara-suara aneh,” jawab Wira pelan. Ia melirik layar ponselnya yang baru saja menerima notifikasi pesan. Nama Ira muncul di atas layar mengatakan, “Yang tadi siapa, Mas? Bukannya Mbak Ajeng enggak tinggal di situ? Masih pagi sekali. Lagipula Mbak Ajeng sepertinya enggak mungkin ngomong dengan Mas Wira begitu.”

Wira berdecak pelan. Kepalanya menoleh ke dinding kamar mandi dengan raut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (19)
goodnovel comment avatar
Ummi Wahyu
...... sabaaaarr ini ujian.. hamilnya nanti pak.. belum mulai proses pembuatannya
goodnovel comment avatar
Nur Hikmah Fadhillah
sabarr ya suly, itu pilihan kamu juga nyetujuin rencana mas wirr
goodnovel comment avatar
Aqoe Imay
............hamil lagi gak sabar amat pak gagah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Nakal Mas Petani   16. Daun Sirih

    Wira menggerakkan sedikit kepalanya untuk meminta Sully masuk ke kamar. Pertanyaan Pak Gagah barusan sedikit membuatnya tak nyaman. Apalagi Sully yang mendengarnya. Hal yang sangat aneh dibicarakan di pagi hari di depan wanita yang baru dikenalnya semalam.“Baru, Pak. Baru dua bulan menikah. Untuk itu, Bagus dan Sulis enggak mau buru-buru. Masih mau menikmati banyak waktu berdua,” jelas Wira dengan luwesnya.Wajah Sully yang baru masuk ke kamar seketika mendengkus mendengar jawaban Wira. “Enggak pernah bohong...baru pertama kali. Tapi tiap ngarang cerita ke bapaknya lancar tanpa hambatan.”“Bagaimana pun itu bapaknya, Sul.” Oky mengintip ke luar dari celah pintu yang belum tertutup rapat. “Lama-lama...Mas Wira ini cakep juga, ya. Kemarin malam mukanya enggak begitu jelas. Baru pagi ini aku lihat jelas. Badannya bagus, Sul. Bahunya...punggungnya. Kulitnya eksotis. Duh,” kata Oky bergidik. Cepat-cepat menutup pintu kamar.Sully menyipitkan mata memandang Oky yang bersandar di dinding sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   17. Demam

    Sully terperangah mendengar perkataan Wira. Laki-laki itu baru saja mengatakan hal yang tak pernah dikatakan laki-laki mana pun padanya. “Sabun itunya...buat itu .... Ngomong apa, sih? Sembarangan aja nuduh-nuduh perempuan keputihan. Geli banget ngomonginnya.” Sully berjongkok dan membuka plastik belanjaan yang dibawa Wira. Setelah mengambil keperluannya, ia membuka pintu kamar yang ditempati Oky dan meletakkan keperluannya di dalam. “Apa ini?” tanya Wira menunjuk sepiring pisang goreng berbagai bentuk. Ada yang dibelah dua, ada yang dipotong dua, ada yang dibelah banyak dan mekar berbentuk bunga. Sully sudah sampai di pintu belakang dan menoleh pada Wira. “Tadinya pisang,” sahut Sully, melanjutkan langkahnya keluar rumah. “Tadinya pisang ... sekarang apa?” Wira mengangkat piring di meja dan mengamati dari dekat pisang goreng buatan Sully. “Padahal aku cuma menyampaikan apa kata pemilik warung. Tapi bisa semarah itu. Salahku di mana?” gumam Wira, memandang pintu belakang yang baru d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   18. Kamar Pengantin

    Sebelum Wira masuk ke kamar membangunkan Sully, ia baru saja mendirikan tenda di depan rumah dengan bantuan warga dan di bawah pengawasan bapaknya. “Enggak ada hiburan musiknya kan, Pak?” seorang tetangga yang baru memindahkan meja bertanya pada Pak Gagah. “Enggak usah hiburan-hiburan musik. Berisik. Yang penting sudah melaksanakan kewajiban. Jadi enggak ada tetangga yang keberatan dan terus nanya siapa perempuan yang dibawa Wira.” Pak Gagah berkata sedikit keras dengan maksud menyindir tetangga yang mendekat menonton pemasangan tenda. “Itu yang beli kasur Bapak?” Wira yang duduk beristirahat di tangga teras rumah seketika berdiri melihat mobil pickup mendekat ke pagar rumah. Sebuah kasur baru yang pasti tak murah untuk kantong bapaknya terikat di bak mobil. “Iya. Kasur baru buat kamu tidur di kamar depan. Kasur Bapak sudah diangkut sama Legi. Dia minta buat kamar anaknya. Nanti yang baru ini buat kamar kamu. Bapak pindah ke belakang.” Meski nada bicaranya meninggi dan tegas, Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   19. Baju Tidur

    Sully langsung meringkuk setibanya di ranjang baru. “Selimutnya … selimutnya kurang. Masih dingin ….” “Sebentar,” Wira membuka lemari dan melongok tiap rak. Hanya ada setumpuk kain panjang milik ibunya yang tersimpan rapi dan selama ini amat disayang-sayang bapaknya. Melihat isi lemari yang nyaris kosong, Wira teringat bahwa ia belum sempat memindahkan pakaiannya ke kamar depan. “Enggak ada selimut di sini. Sebentar saya cari di kamar lain,” kata Wira, keluar kamar. “Pagi tadi padahal masih bisa ngomong sejudes itu. Sekarang malah demam.” Wira berhenti bergumam saat mengingat kemungkinan penyebab Sully yang meriang. “Mandi pagi pakai air dingin?” Alisnya terangkat. “Pak, aku masuk, ya.” Wira tak menunggu jawaban dari bapaknya dan langsung mendorong pintu kamar. “Maaf ganggu istirahatnya sebentar. Aku mau nyari selimut dan obat. Sulis badannya panas, tapi menggigil.” “Benar-benar sakit?” tanya Pak Gagah dari ranjang. Pria tua itu kembali duduk. Wira berbalik memandang bapaknya. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   20. Pijat

    Sully sebenarnya hanya ingin tidur tanpa diganggu sebentar saja. Penyakit yang sering singgah di tubuhnya memang hanya meriang karena masuk angin. Ia pernah muntah-muntah di pagi hari karena keramas tengah malam dan langsung tidur di kamar ber-AC. Ia juga pernah dilarikan ke UGD karena mual dan rasa sakit menusuk di dadanya. Setelah ditanyai dokter di rumah sakit, Sully baru teringat bahwa ia memakan nasi goreng di malam sebelumnya. Dan hari itu badannya panas hanya karena keramas dengan mandi air sedingin es.Sejak tadi Wira mengaduk-aduk kopernya. Sekilas tadi ia mendengar pria itu memintanya berganti pakaian rumah dan bertanya soal daster. Matanya belum sanggup membuka. Saat Sully mengerjap dan membuka matanya yang berat, tangan Wira berada di depan wajahnya mengibaskan lingerie yang ia sembunyikan di bagian bawah koper. Kekesalannya memuncak.Sully duduk dengan susah payah, “Apa, sih, Mas? Kenapa ini yang diambil? Tadi nanya daster, sekarang bongkar koper aku ngeluarin barang-bara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   21. Lirikan

    Rasanya Sully baru tertidur beberapa menit saja, pintu kamar kembali dibuka. Ia tak mau membuka mata karena mengira yang masuk adalah Wira. Lalu dirasanya sebuah tangan meraba kepala, memijat lengan, mengusap punggung dan perutnya dengan gerakan cepat. Sully mendelik. Hampir saja mengempaskan tangan itu karena mengira Wira yang terlampau berani.Ternyata wanita tua yang seingatnya mungkin adalah tukang urut yang dikirim Wira. Tak ingin bersikap kasar dengan wanita tua yang terlihat khawatir setelah meraba tubuhnya, Sully mengikuti perkataan wanita itu. Tak ada siapa-siapa di sana. Wira pasti tak akan begitu saja masuk ke kamar karena memanggil tukang urut merupakan inisiasinya.Sully mengerling jendela kamar yang tertutup. Tirainya pun masih tertutup rapat. Setelah melapisi tubuhnya dengan selembar kain sarung, Sully mencampakkan pakaiannya ke ranjang begitu saja. Kedua tangannya memeluk lengan dan tubuhnya menggigil.Dalam bayangannya yang akan menerima pijatan di atas ranjang baru,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   22. Malam Kedua

    Wira sedang memindahkan ranting kayu yang biasa dijadikan bahan bakar tambahan di dapur luar saat mendengar suara Mbah Urut memanggilnya. Wira meletakkan sisa kayu terakhir dan menutupnya dengan terpal agar kayu itu tak kena air cucuran atap saat hujan.“Ada apa, Mbah? Sudah selesai?” Wira menemui Mbah Urut di depan kamar.“Buat teh manis hangat dengan irisan jahe, Gus. Selesai diurut istrimu biar langsung minum teh. Sebentar lagi selesai. Nanti Mbah panggil,” kata wanita tua itu.Wira mengangguk dan meninggalkan Mbah Urut. Pintu kamar berdebum dan wanita tua itu pasti sedang menyelesaikan pekerjaannya. Di dapur Wira menoleh pisang goreng buatan Sully yang baru dimakan sepotong. Tidak benar-benar hangus. Hanya digoreng asal-asalan. Merasa kasihan dengan pisang itu, Wira kembali menyambarnya sepotong dan memasukkannya ke mulut. Matanya sempat membelalak sedetik menyadari ia belum mencuci tangan seusai mengangkangi ranting kayu.Saat ke luar rumah, ia menyadari kalau ember yang biasanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Nakal Mas Petani   23. Gelisah

    Sully melanjutkan tidur di antara berisiknya suara dua orang wanita yang sedang menghias kamar pengantin. Suara pintu kamar yang dibuka tutup berkali-kali mewarnai pendengarannya. Meski begitu ia tak peduli. Sempat dirasanya juga suara Oky berbicara di dekatnya, lalu tangan wanita itu meraba dahinya sambil mengatakan, “Demamnya sudah turun.” Tak tahu pada siapa Oky berbicara. Sully baru terbangun malam hari dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Mimpinya beberapa kali berganti dengan sangat acak. Mimpi hari di mana ia pergi dari rumah, mimpi bertemu Rino pria yang sedang dekat dengannya, mimpi Kokom si distributor tas yang menipunya, lalu polisi yang datang ke apartemen dan terakhir memimpikan seorang pria yang sedang memunggunginya. Dalam mimpi terakhir Sully hanya melihat bahu yang lebar berdiri tak jauh darinya. Pria itu berbalik dan mengulurkan tangan. Tak jelas siapa pria itu, Sully menyambut uluran tangannya. Sully tersentak. “Udah jam berapa?” Pertanyaan yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Istri Nakal Mas Petani   KABAR GIVEAWAY DARI MAS WIRA & SULIS

    Halo ....Selamat pagi Boeboo tersayang pembaca juskelapa. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.Di sini saya mau menginformasikan bahwa novel ISTRI NAKAL MAS PETANI sudah tamat di Bab 280. Apabila kemarin ada penulisan TO BE CONTINUED di akhir bab 280 itu adalah kesalahan penulisan dan error revisi yang terlalu lama. Jangan lupa aplikasinya di-update agar mendapat tampilan terbaru dari GOODNOVEL yang semakin kece ya. Nantinya ISTRI NAKAL MAS PETANI akan diberi bonus chapter di saat kita semua sudah rindu.Kabar gembira giveaway-nya adalah MAS WIRA & SULIS akan memberikan merchandise sederhana untuk 50 orang pertama di peringkat GEMS 1-50. Bagi yang namanya tertera di peringkat tersebut bisa mengirimkan alamat ke :ADMIN JUSKELAPA melalui pesan singkat dengan nomor 0 8 2 2 -5 7 8 5-1 2 3 8 dengan menyertakan tangkapan layar peringkat GEMS (vote).AtauBisa kirim pesan melalui sosial media inssstagram ketik : juskelapa_ di pencarian. Buat yang belum beruntung bisa men

  • Istri Nakal Mas Petani   280. Kenangan Manis Untuk Dikenang (TAMAT)

    Pak Gagah ikut mengangkat gelas teh dan meneguk isinya hampir setengah. Baru menyadari nikmat bertukar cerita yang selama ini diamatinya pada kaum perempuan ternyata juga bisa ia rasakan. Sungguh Pak Gagah ataupun Pak Mangun tidak pernah menyangka bahwa hal yang mereka anggap sebagai tindakan tercela bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang membawa masa depan baik untuk desa. “Kamu memang tidak berniat menjodohkan Bagus dan Ratna, kan, Gah?” Pak Mangun meletakkan cangklong di sudut bibirnya. Pak Gagah menggeleng-geleng. “Tidak…tidak. Aku tahu maksud Effendi menekan Ajeng soal hutang dan sertifikat kebun pasti berkaitan dengan Bagus. Ratna itu mondar-mandir terus di dekat rumah sini. Setiap berpapasan jalan yang ditanya Bagus. Tapi Bagus, kan, di Riau.” Pak Mangun tergelak. “Oh, sekarang aku ingat. Karena Ratna sering ke sini kamu jadi kepikiran ide buat ngomong kalau Bagus dijodohkan dengan Ratna.” “Alasan perjodohan itu ditambah dengan banyaknya petani yang terjerat hutang di Effend

  • Istri Nakal Mas Petani   279. Impian Yang Terwujud

    Desa Girilayang itu terletak di kaki Merapi. Awalnya desa itu hanya berisi 12 kepala keluarga dengan 34 jiwa. Kakek buyut Pak Mangun dan Pak Gagah disebut-sebut sebagai orang pertama yang tinggal di desa itu untuk pertama kalinya. Secara geografis Desa Girilayang merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur. Itu sebabnya sebelum pembangunan jembatan seluruh warga desa harus berjalan memutari bukit dan cukup lama berada di jalan untuk bisa sampai ke kota.Pada sebuah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia Wira pernah menyampaikan pidatonya yang mengatakan bahwa Desa Girilayang adalah tempat di mana semua warganya menjaga adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Juga melestarikan tempat-tempat wisata sejarah berikut pemandangan alam cantiknya untuk mendongkrak kemajuan desa dalam bidang pariwisata.Semua orang setuju dengan apa yang disampaikan Wira dan setuju dengan apa yang dilakukan Kepala Desa Girilayang terpilih itu u

  • Istri Nakal Mas Petani   278. Menyambut Yang Keempat

    Morning sickness yang dialami Sully berlangsung sampai kehamilannya menginjak usia delapan bulan. Sully mulai kuat terhadap bau-bauan dan bisa makan dalam porsi yang lebih banyak. Jika sebelumnya ia sulit menelan air dingin, masuk bulan kedelapan Sully sudah bisa memanjakan lidahnya dengan es teh manis. Seluruh keluarga besar Pak Gagah ikut senang dengan perubahan baik itu. Sully yang ceria sudah kembali. Pagi hari Sully ikut mendampingi anak-anaknya mandi dan makan. Kerjanya tak hanya bergulung di ranjang saja. Sully sudah mulai rajin seperti biasa. Ia juga mulai menggoda Wira dengan meremas bokongnya atau menggaruk perut pria itu. Wira menyambut bahagia godaan-godaan Sully. Sudah cukup lama pemenuhan kebutuhan batinnya berdasar mood istrinya itu. Menunggu belas kasihan Sully yang mau memberikan dengan sukarela tanpa mulut mengerucut. Memasuki bulan kedelapan mereka sudah kembali bercinta dengan hangat. Kehamilan yang terbebas dari morning sickness, tiga anak laki-lakinya sehat, pa

  • Istri Nakal Mas Petani   277. Dalam Sebuah Pesta

    Kedatangan keluarga Pak Gagah yang hanya berjarak seminggu sebelum pesta pernikahan Oky membuat Pak Anwar menyusun agenda sepadat mungkin untuk mengajak besan berkeliling kampunghalamannya.Hal pertama yang dilakukan Pak Anwar adalah mengajak Pak Gagah melihat kebun kelapa Sully yang dibelikan Wira. Dalam perjalanan menuju kebun itu tak lupa Pak Anwar menunjukkan jalan hasil pengaspalan yang didanai oleh Wira.“Lihat seberapa panjangnya jalan menuju ke kebun kelapa ini, kan? Nah, ini semua Bagus yang mengaspal. Warga yang sudah lama mengharapkan perbaikan jalan bisa ikut menikmati yang dilakukan Bagus. Apa yang dilakukannya ini membawa banyak kebaikan. Bahkan warga yang tidak kenal Bagus secara pribadi malah mengenal namanya. Pernah sekali waktu saya ke kebun kelapa, ada seorang pria yang baru pulang merantau menanyakan soal jalan yang bagus. Orang tuanya langsung mengatakan jalan ini diaspal menantunya Pak Anwar. Namanya Bagus.” Pak Anwar terkekeh-kekeh senang saat menceritakan kisah

  • Istri Nakal Mas Petani   276. Resepsi dan Silaturahmi

    Rombongan itu benar-benar ramai. Tiga generasi melalui perjalanan panjang berpindah-pindah moda transportasi. Pak Gagah yang sudah lama tidak melancong jauh bangun paling pagi dibanding yang lain. Pria tua itu mengecek semua bawaan mereka untuk kesekian kalinya.Perjalanan hari itu dimulai dengan Asmari dan seorang supir dari pabrik yang diminta mengantar ke bandara.“Asmari ikut juga, kan, Gus? Masa Hendro resepsi Asmari enggak ikut?” Belum apa-apa Pak Gagah sudah protes karena Asmari yang belakangan dekat dengan Hendro tidak terlihat memiliki tentengan.“Asmari ikut, Pak. Nanti setelah mengantar kita ke terminal keberangkatan dia titip mobil di parkir inap bandara. Asmari berangkatnya satu pesawat bersama Pretty dan ibunya.” Wira baru saja melepas Asmari untuk meletakkan mobil di parkir inap. Pak Gagah yang sedang menggendong Bima pun sepertinya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan orang sekitar.“Bapak capek? Bima bisa diletak dulu di stroller. Gantian sama Tika. Dari tadi

  • Istri Nakal Mas Petani   275. Rencana Perjalanan Jauh

    Dan bukan Sully namanya kalau segala yang ia lakukan tidak menimbulkan kehebohan orang sekeliling. Malam itu setelah mengutarakan keinginannya dengan cara merajuk, Wira menyanggupi semua hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu agar mereka mendapatkan seorang bayi perempuan.Pertama-tama mereka berdua mendatangi praktek Dokter Masayu untuk berkonsultasi. Sully santai saja saat mengutarakan keinginannya. Raut dan gesture-nya sangat percaya diri seperti biasa. Terutama saat Dokter Masayu bertanya, “Sulis sudah mau program bayi perempuan? Awang belum dua bulan.” Dokter Masayu mengingatkan.Wira yang masih mengenakan seragam cokelat mengangguk yakin. “Katanya mau sekarang aja, Dok. Biar sekalian aja.”“Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti gitu, Dok. Kemarin hamilnya Awang juga bisa secepat itu. Saya mau tahu tips-tips khusus buat hamil anak perempuan.” Sully bicara dengan kedua tangannya yang melingkari lengan Wira. Ia sudah tidak peduli lagi dengan komentar ketiga kakaknya. Karena jik

  • Istri Nakal Mas Petani   274. Sebuah Impian Sully

    Bisa dibilang Sully memasuki masa sedang repot-repotnya. Ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi Wira hadir sendirian. Ulang tahun pabrik yang harusnya bersamaan dengan ulang tahun si kembar ternyata perayaannya harus dilewatkan karena Sully baru melahirkan putra ketiganya.Putra ketiga Sully dan Wira lahir di bulan yang sama dengan kelahiran Bima dan Sakti. Dan keluarga Sully kembali datang dengan formasi yang sama. Sari; kakak Sully adalah orang yang pertama kali tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui kehamilan adiknya.Dan hari itu, satu bulan setelah Sully melahirkan Sari kembali datang dengan anak bungsunya yang mulai belajar jalan. Dari ketiga kakak Sully, Sari pulalah yang menggendong putra ketiga adiknya itu sambil mengatakan, “Selamat datang putra ketiga adikku yang dulunya setiap hari ngomong jangan banyak anak.”Karena itu Sully mengerucutkan bibir memandang kakaknya.Keramaian ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi memang senga

  • Istri Nakal Mas Petani   273. Bukan Kelalaian

    Sully sudah melupakan tentang percintaan sore yang dilakukannya dengan penuh semangat dan keringat. Fokusnya sementara hanya tertuju merawat putra kembarnya dan mengerjakan dua tawaran endorsement yang sudah ia sanggupi. Ada dua iklan yang videonya sedang mereka garap. Pil pelancar ASI dan produk korset pelangsing perut. Kedua endorsement itu diterima Sully dengan penuh suka cita. Terlebih tenaga ‘babysitter’ si kembar masih melimpah ruah.Semua orang di rumah sedang berlomba-lomba menjadi sosok yang paling bisa menaklukkan hati si kembar. Semua ingin mendapat sebutan orang yang paling bisa membuat si kembar langsung tenang saat menangis. Termasuk Pak Anwar dan Bu Dahlia yang biasanya sering berdebat kecil. Suami istri itu kini terlihat kompak menjaga cucu laki-laki dari anak bungsu mereka.“Kita harus sering-sering bikin konsep video begini. Biaya produksinya kecil, mengedukasi, juga anti ribet-ribet klub.” Sully sedang membereskan kotak make-upnya.“Konsepnya emang bagus, tapi nggak

DMCA.com Protection Status