Beranda / CEO / Istri Mungil Sang Penguasa / Malam Penculikan (II)

Share

Malam Penculikan (II)

Penulis: Mirielle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku tidak bisa menghubunginya.” Isabelle menaiki anak tangga dan nyaris menangis di hadapan Emrys.

Dia, Emrys dan Ky berdiri di teras kediaman Lysander saat supir yang diperintahkan oleh Ky memberitahunya jika rumah Valerie kosong. Isabelle menunjukkan isi pesan yang dikirim Valerie padanya yang memberitahu dia jika Valerie sudah di jalan.

“Ke mana dia sekarang? Siapa yang membawanya?” Isabelle terlihat sangat panik. “Emrys ...” Dia memegang lengan Emrys yang berdiri diam layaknya patung.

“Belle, tenanglah,” ujar Emrys pendek. “Kita akan menemukannya.”

“Belle.”

Zach yang baru saja tiba berlari menaiki anak tangga dan bergabung dengan Isabelle, Emrys dan Ky di teras. Dia menundukkan kepalanya menyapa Emrys dengan nafas tersengal. Saat Isabelle mengabarinya jika Valerie dijemput oleh orang yang bukan suruhan keluarganya, perasaan Zach langsung tidak enak.

“Bagaimana? Apa sudah ada kabar dari Valerie?” ujarnya lagi.

Isabelle menggeleng. “Tidak ada. Tapi orang-orang Emrys sudah bergerak mencarinya.”

“Kenapa bisa begini?” gumam Zach.

“Orang-orang itu pasti dendam pada kalian berdua karena sudah menyelamatkanku. Itu sebabnya mereka terus mencari masalah pada Valerie.” suara Isabelle nyaris tertahan.

Emrys yang berdiri di sampingnya terlihat tegang. Rahangnya mengetat, sorot matanya tajam penuh kemarahan. Dia mengepalkan tinju telapak tangan kanannya.

Sial. Cassiel, apa kamu benar-benar sedang menguji keabaranku? Haruskah kamu bermain-main dengan orang-orangku?

“Tuan Emrys, salah satu orang kita memberitahu jika mobil yang membawa Nona Valerie bergerak menuju jalan tol. Sepertinya mereka membawa Nona Valerie ke luar kota.”

“Luar kota?” Isabelle menjerit. “Emrys. Tidak bisa. Kita tidak bisa terus menunggu..” Isabelle panik. “Dia.. dia sendirian. Bagaimana kalau mereka melakukan sesuatu pada Valerie?” Isabelle mengguncang lengan Emrys.

Emrys masih tampak tenang, sisi dinginnya masih terasa. Dia menatap Ky tanpa menghiraukan Isabelle yang terus menangis menggoncang tubuhnya.

“Di mana tepatnya?”

“Highway Constantine menuju Kota Sierre.” Sahut Ky.

“Kota Sierre?” Emrys menyipitkan mata. Dia menarik nafasnya dalam seraya memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantong bawahan yang dikenakannya. “Siapkan mobil dan ikut aku. Aku tahu ke mana bocah sialan itu membawanya.”

Emrys menuruni anak tangga diikuti oleh Ky. Isabelle yang masih panik berlari menyusul Emrys dan terus menempel padanya.

“Aku ikut.” seru Isabelle.

Emrys berhenti, dia menoleh.

“Tinggallah di sini bersama Zach dan Grandpa. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu lagi, Belle.”

“Tapi ..."

“Aku akan membawanya pulang dengan selamat.” Emrys menatap Isabelle dalam. “Jika aku tidak melakukannya, maka aku bukan lagi Kakakmu.”

Isabelle tertegun mendengar janji Emrys padanya. Tatapan Emrys begitu meyakinkan Isabelle, dan perlahan Isabelle menganggukkan kepalanya.

“Berjanjilah padaku jika kalian semua akan kembali dengan selamat.” Akhirnya Isabelle memilih mengalah.

Emrys mengangguk. Dia kemudian menatap Zach yang berdiri di belakang Isabelle. “Zach, aku serahkan Belle padamu sekarang. Tolong jaga dia sementara aku pergi.”

“Tentu saja, Tuan Emrys.” Sahut Zach. “Aku akan menjaga Belle. Kembalilah dengan selamat dan bawa Valerie tanpa kekurangan apa pun.”

Emrys tidak menyahut. Dia langsung masuk ke dalam mobil yang sudah tersedia di sampingnya. Sedan yang dikendarainya melaju menuju lokasi yang sudah diberitahu oleh Ky. Dia duduk megangkat kakinya sementara jemarinya saling bertautan.

Sorot matanya terlihat memancarkan kemarahan yang amat sangat besar. Bahkan Ky yang menyetir terlihat sedikit gugup karena baru merasakan atmosfer yang berbeda sepanjang hidupnya menjadi asisten Emrys. Aura dendam dan emosi yang meluap sangat terasa di dalam kendaraan itu.

“Sudah kamu perintahkan yang lain ke lokasi?” Emrys tiba-tiba bicara.

“Sudah Tuan Emrys. Mereka akan menyisir sepanjang jalan tol.”

Emrys menarik nafasnya dalam. Dia menatap ke luar. Langit malam terlihat sangat pekat, bahkan tidak ada sedikit pun cahaya rembulan atau bintang dari atas sana. Dari kejauhan terlihat kilatan petir menyamba, sepertinya di sana sedang turun hujan dan mungkin akan menyusul ke tempatnya berada dalam hitungan jam.

Jamuan makan malam sebagai bentuk terimakasih pada Valerie dan Zach berubah menjadi petaka saat orang suruhan Cassiel menjemput Valerie di rumahnya. Dan sayang sekali, gadis itu tidak bisa membedakan mana orang suruhannya dan mana orang suruhan Cassiel.

Hal itu tentu sangat ditoleransi oleh Emrys, karena bagaimana pun dia hanya gadis biasa yang tidak pernah bersinggungan dengan kelompok-kelompok tertentu.

Namun Cassiel berulah terus menerus. Jika Dex Clement, Ayah Cassiel tidak berlutut untuk Cassiel karena sudah menculik Isabelle, maka saat ini Emrys pasti sudah membuat Cassiel tidak berkutik sama sekali. Namun Emrys masih menghormati Dex sebagai salah satu sahabat orang tuanya dulu. Jika bukan karena Dex, Emrys bersumpah tidak akan meloloskan Cassiel begitu saja.

“Tuan, kita sudah memasuki tol. Apa ada yang hendak Tuan lakukan?” Ky mengingatkan Emrys.

“Terus saja. Nanti akan ku beritahu di mana kita berhenti.”

“Baik Tuan.”

Emrys menunduk, mengeluarkan sesuatu dari bawah bangku penumpang. Sebuah boks besar berwarna hitam berisi senjata api diletakkannya di sampingnya. Dari dalam dia mengambil sebuah pistol jenis revolver dan terlihat mengisi silinder pengangkut peluru dengan delapan hingga sepuluh peluru.

Dia terlihat tenang, walau wajahnya menunjukkan warna kemarahan yang teramat sangat besar. Setelah mengisi penuh amunisi ke dalam senjatanya, Emrys memasukkannya ke balik jas lalu dia kembali membereskan kotak tersebut ke bawah kursi.

Setelah berkendara selama kurang lebih lima puluh menit, Emrys memberi kode pada Ky untuk berbelok mengambil jalan menuju hutan. Mereka masih terus melaju, hingga kemudian Emrys kembali memberi kode untuk berhenti.

Ky mengernyit karena mereka berhenti di tengah jalanan yang sisi kiri dan kanannya ditumbuhi oleh pepohonan yang padat. Tidak terlihat satu pun lokasi hunian dan daerah itu sangat sepi.

Di belakang mereka terlihat beberapa mobil berhenti yang merupakan orang-orang suruhan Emrys. Emrys turun dari sedannya sementara Ky mengikutinya setelah menyematkan Glocknya ke balik jas.

“Ikuti aku!” perintah Emrys.

“Tapi Tuan ...” Ky hendak bicara namun dia segera menutup mulutnya saat Emrys mengangkat tangan memberi kode untuk diam.

Tidak biasanya Emrys turun langsung seperti ini, melakukan operasi bersama anak-anak buahnya. Dia dan Ky biasanya hanya menunggu di dalam mobil atau lokasi tertentu dan membiarkan orang-orangnya membereskan masalah untuknya. Dia hanya memandu mereka lewat sambungan earpiece dari lokasinya.

Namun kali ini, dia memimpin proses pencarian Valerie secara langsung dan tidak ingin mengandalkan anak buahnya semata.

*

Kepala Valerie terasa berat dan berputar-putar saat akhirnya perlahan kedua bola matanya terbuka. Dia berusaha mengangkat kepalanya dan mengumpulkan kesadarannya. Rambutnya yang terurai berantakan menutup pandangan matanya.

Valerie berusaha menggerakkan tubuhnya, namun dia segera sadar jika kaki dan tangannya diikat dengan sangat kencang. Dia berusaha menyibak rambutnya sendiri dan menyadari jika dia berada di sebuah ruangan tanpa siapa-siapa.

“Di mana aku?” gumamnya.

Tiba-tiba darah Valerie mendidih menyalurkan hawa panas ke seluruh tubuhnya dan membuatnya nyaris mati ketakutan. Sejenak dia merangkai semua yang sudah terjadi padanya secara urut. Setelah memilah pakaian, aku masuk ke mobil dan mobil itu membawaku ke jalan yang salah, lalu aku ...

Valerie terkesiap. “Aku diculik?” ujarnya nyaris tak bersuara.

Valerie menatap sekitarnya. Dalam ruangan empat kali empat itu, tidak ada seorang pun menemaninya. Dia diikat pada sebuah tiang kayu yang terletak di tengah ruangan. Ruangan itu memiliki hawa sesak dan berbau, seperti bau darah yang dibiarkan mengering begitu saja.

“Oh, kamu sadar?”

Seorang laki-laki dengan tubuh tegap dan tinggi memasuki ruangan bersama dua orang lainnya di belakangnya. Valerie memicingkan mata karena mengenali salah satu dari laki-laki itu. Dialah orang yang ditemuinya di stasiun, yang dipanggil dengan sebutan bos.

Valerie menelan ludahnya. Peluh membanjiri wajah Valerie dan dia tidak bisa bergerak ke mana-mana saat laki-laki itu menyentuh wajahnya dengan kasar.

“Lepaskan aku!” teriak Valerie.

“Nanti dulu,” Dia menyeringai. “Namaku Cassiel Namamu Valerie bukan?”

Cassiel.. Cassiel.. Di mana aku pernah mendengar nama itu? Valerie berusaha berpikir keras. Astaga. Bukankah dia otak di balik penculikan Isabelle? Benar. Isabelle mengatakannya padaku saat itu.

“Kenapa kamu menculikku?” Valerie menatap Cassiel tajam.

“Well..” Cassiel menjentikkan jemarinya dan sedetik kemudian anak buahnya membawakan sebuah kursi padanya. “Ceritakan soal pertemuanmu dengan Isabelle padaku. Kamu yang memintanya masuk ke dalam kopermu?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
tuuuh kaaan ketahuan juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Upaya Penyelamatan

    Valerie menatap tajam mata Cassiel dengan berani saat laki-laki itu duduk di depannya. Seolah ingin memberitahu Valerie jika hidupnya berada di tangannya, Cassiel terlihat menyibak jasnya, menampakkan senjata api di pinggangnya dengan sengaja. “Untuk ukuran seseorang yang baru mengenal Isabelle, kamu cukup ikut campur terlalu banyak.” serunya lagi.“Aku hanya berniat menolongnya.” sahut Valerie.Cassiel tersenyum mengejek. “Memangnya kamu siapa? Kenapa kamu menolongnya?” Dia berbisik tepat di wajah Valerie.“Walau dia bukan Isabelle, jika seseorang meminta tolong padaku, aku akan menolongnya.” balas Valerie lagi.Cassiel tertawa terbahak-bahak, menoleh ke belakang hingga dua orang dibelakangnya juga ikut tertawa “Benarkah?” serunya. Saat tawanya selesai, maka tawa dua orang di belakangnya juga selesai. “Kamu merusak semua hal yang sudah ku susun dengan rapi.”“Berapa usiamu?” tanya Valerie kemudian. “Isabelle hanya gadis berusia sembilan belas tahun. Tidakkah kamu merasa kamu terlalu

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Aku Menyerah

    Seperti binatang, Valerie dijorokkan begitu saja ke atas tumpukan daun-daun kering. Valerie berusaha bangkit, namun rambutnya ditarik dan dijambak dengan kuat hingga dia merasa jika kulitnya akan terkelupas. Setelah itu dia kembali dilempar dan wajahnya mengenai batang kayu kering yang melintang tepat di dekatnya.Tetesan darah mulai mengalir dari luka goresan akibat wajahnya terkena batang kayu. Valerie nyaris tidak bisa merasakan apa pun di area wajahnya. Semua rasa sakit itu seperti menyatu dengan harapan Valerie yang mulai pupus dan membuatnya mati rasa.Valerie kembali berusaha bangkit ditengah-tengah tawa menghina yang berkumandang. Air mata Valerie tumpah, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia merangkak menjauhi mereka namun rambutnya kembali ditarik kencang.“Ikat dia!” Perintah Cassiel.Dua orang yang selalu berada di dekat Cassiel menyeret Valerie dengan menjambak rambutnya menuju sebuah batang pohon yang terletak di tengah lokasi tersebut. Valerie hanya bisa memegangi rambut

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Bertahanlah, Aku Datang

    Mata Valerie menatap nyalang langit malam di atasnya. Sepi, gelap. Tidak ada bulan, tidak ada bintang di atas sana. Malam benar-benar menunjukkan identitas aslinya saat ini sebagai penguasa kegelapan.Gerimis mulai turun, semakin lama semakin deras. Saat tetesan demi tetesan air hujan itu mengenai kulit tubuh Valerie, dia tidak merasakan apa pun. Seharusnya dia mengigil kedinginan, namun sepertinya tubuhnya sudah tidak bisa merasakan apa pun.Dia sudah mati rasa.Air mata mengalir dari sudut mata Valerie, mengalir terus menyusuri wajahnya hingga ke lehernya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi saat dua orang brengsek itu mencium dan menjilati tubuh Valerie dengan liar.Tubuh John menjulang di atas Valerie bagaikan raksasa jahat yang liar dan penuh hasrat. Tangan Valerie mengepal kuat. Matanya terus menatap lurus ke atas langit malam tanpa mengatakan apa pun. Hingga...Dor...Tiba-tiba Valerie mendengar dua buah bunyi tembakan yang memekakkan telinganya. Untuk beberapa detik Valerie

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Nyaris Mati

    “Dokter Frans.” Emrys mendekati Dokter Frans. “Tolong lakukan yang terbaik. Aku akan pergi sebentar. Ingat, tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke ruangan ini sebelum gadis ini dibersihkan luka-lukanya dan berpakaian dengan layak. Akan ku minta seseorang mengantarkan pakaian bersih ke sini. Ingat. Siapa pun tidak boleh masuk, sekalipun dia Isabelle.” Tegas Emrys.“Baik Tuan Emrys.”Ketika Emrys membuka pintu, Isabelle langsung berusaha merangsek masuk namun dengan lembut Emrys menahannya. Dia menutup pintu dan segera terdengar bunyi klik dari dalam pertanda pintunya kembali dikunci.“Apakah sangat parah?” Isabelle menatap Emrys dengan air mata yang menggenang.Emrys mendesah lalu perlahan mengangguk. Isabelle menangis tersedu-sedu, tubuhnya semakin lama semakin menunduk hingga dia terkulai di lantai. Tangisannya terdengar hingga ke kamar pribadi grandpa yang menyebabkannya keluar dari kamar.“Ada apa, Emrys?”Grandpa berseru dari lantai bawah. Emrys segera membantu Isabelle berd

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Ide Bagus

    Setelah berdebat dengan Dokter Frans, akhirnya Isabelle memilih mengalah. Dia tidak diperbolehkan masuk bahkan untuk menyerahkan pakaian pada Valerie. Dokter Frans hanya menjulurkan tangannya lewat celah pintu yang dibukanya sedikit.Bersama Zach, dia terus menunggu di depan kamar tamu. Sesekali Isabelle kembali mengetuk pintu namun tidak ada sahutan dari dalam sana. Isabelle sudah meminta Grandpa kembali tidur dan berjanji akan menjaga Valerie hingga dia sadar.Keduanya duduk jongkok di depan pintu kamar tamu. Sambil sesekali menengok jam tangannya, Isabelle terus mengucapkan harapan untuk Valerie agar sgera bangun. Hingga Dokter Frans akhirnya membuka pintu, keduanya langsung merangsek masuk.Langkah Isabelle langsung tertahan bahkan sebelum dia tiba di dekat tempat tidur Valerie. Dia menutup mulutnya melihat dari kejauhan kondisi wajahnya yang hampir semua ditutupi oleh perban. Di bagian tangannya juga terdapat beberapa balutan sementara tubuh dan kakinya sudah ditutupi selimut hin

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Permintaan Grandpa

    Emrys berjalan tertatih sementara di sampingnya Ky terus mendampinginya. Tampaknya luka Ky tidak terlalu parah karena dia mendarat ke atas tumpukan daun-daun yang mengering. Emrys berhenti. Dia melihat darah terus mengalir dari paha kirinya dan juga lengannya. Sambil menahan rasa sakitnya, dia duduk menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon.“Tuan, kita harus ke rumah sakit.”Emrys menggeleng. Dia menelan ludahnya, menatap Ky dengan nafas terengah.“Bagaimana dengan orang-orang kita?”“Ada sekitar sepuluh orang yang mengalami luka serius dan sisanya hanya mengalami luka ringan. Tidak ada korban jiwa dari pihak kita, Tuan.”“Baguslah.” Emrys menelan ludahnya dengan susah payah. “Bawa aku ke rumah Dokter Frans saja. Aku tidak akan ke rumah sakit.”*“Grandpa.”Isabelle terkejut saat menyadari Grandpa sudah ada di dalam kamar tamu tempat Valerie dirawat. Dia ketiduran di samping Valerie karena dia berniat menjaga selang infus yang menetes ke tubuh Valerie. Namun siapa yang menyangka, bahkan

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Dilema

    “Grandpa, bagaimana bisa Grandpa punya rencana seperti itu?”Setelah mendengar kabar dari Ky, Emrys langsung menyusul ke rumah. Namun dia tidak tahu jika Grandpa dan Isabelle sudah membawa Valerie ke rumah sakit. Akibatnya dia memutar haluan menuju rumah sakit untuk segera menanyakan kabar yang disampaikan Ky padanya.Emrys berdiri di hadapan Grandpa yang duduk menggenggam tongkatnya saat melayangkan protesnya. Isabelle juga turut di ruangan itu. Dia hanya diam di sisi ranjang tempat Valerie dirawat sembari diam-diam mendengarkan percakapan Grandpa dan Emrys.Kakaknya itu terlihat frustasi, bingung dan marah. Tapi Isabelle tahu persis Emrys tidak akan pernah menang melawan Grandpa. Walaupun dia tidak mau, jelas pernikahan ini akan berlangsung. Karena apa yang sudah direncanakan Grandpa tidak boleh digagalkan oleh siapa pun.“Jangan berisik. Valerie baru saja menjalani operasi dan dia butuh suasana yang tenang.” sahut Grandpa, sama sekali tidak menggubris protes Emrys.“Apa Grandpa tah

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Aku Bersedia Menikahinya

    [Jauh di dalam hatiku, ada sebuah luka yang tidak bisa ku gambarkan. Luka itu ku bawa sepanjang usiaku dan tak kunjung sembuh, tidak peduli apa yang kulakukan. Dia seperti hantu yang merasukiku setiap detik.Aku berjuang setiap hari, mencoba mencari hidupku di dalam gelapnya malam. Masa laluku menagih janji kebahagiaan yang tak kunjung bisa ku berikan padanya dan diriku sendiri. Setiap detik terasa sangat menyakitkan, dan setiap langkah terasa tidak berarti.Haruskah harapanku ku kubur dalam-dalam? Seperti masa lalu yang meninggalkan jejaknya dalam memoriku, haruskah aku berhenti?Apakah masa depan itu sungguh tidak nyata?]Valerie memejamkan matanya seiring dengan air mata yang jatuh menyusuri wajahnya. Setelah sadar, dia terus menerus menangis tanpa henti. Tidak peduli siapa yang membujuknya, Valerie tidak ingin berhenti. Dia hanya ingin terus menangis bahkan hingga air matanya tak lagi mengalir.Dia meremas kertas di tangannya yang sudah dia tulis. Terbiasa melampiaskan semua emosi

Bab terbaru

  • Istri Mungil Sang Penguasa   ENDING SCENE

    Hal pertama yang dilakukan Isabelle adalah memeluk erat Valerie ketika dia turun dari sedan yang membawanya kembali ke rumah. Dalam diam, dia menangis sesenggukan, menumpahkan semua rasa sakit hati dan penyesalan yang tak terukur dalam dirinya. Isabelle tidak bisa menggambarkan betapa terlukanya perasaannya dan sedalam apa rasa sakitnya.Rasa sakit itu bukan hanya karena dia berpikir jika dia kehilangan Valerie, namun juga karena rasa cinta yang sudah menggebu-gebu dalam dirinya untuk Rick. Tapi keadaan ini membuat dirinya sendiri tidak mengizinkan cinta itu berbalas. Dia sangat sakit hati hingga dia membatasi dirinya untuk tidak mencintai.“Heh, berikan Grandpa kesempatan.” Isabelle melepas pelukannya. Dia berdiri di sisi Valerie, menyeka air matanya dan membiarkan Grandpa memeluk sosok yang sangat dirindukannya itu.Tangisan Grandpa pecah saat memeluk Valerie. Dia terus mengelus punggung Valerie dan mengatakan maaf, bukan hanya sekali dua kali, namun berkali-kali hingga Valerie pun

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Valerie, Maafkan Aku

    “Emrys bunuh diri.” Lucy tergesa-gesa masuk ke dalam rumah Karlis ketika Valerie sedang menonton televisi.Valerie berdiri, kedua bola matanya membulat tak percaya, namun dia kembali duduk dengan santai. "Jangan membohongiku. Aku tidak akan percaya.""Valerie...""Aku tahu kamu selalu memaksaku pulang. Tapi jangan menggunakan cara seperti ini." ujar Valerie."Aku tidak berbohong. Emrys benar-benar bunuh diri." Lucy membuka ponselnya, menunjukkan pesan yang dikirim oleh Ky padanya. “Apa katamu?” desis Valerie.“Setelah mengirim pesan padaku, dia menghubungiku juga. Dia bertanya dimana aku sekarang dan aku berbohong jika aku sedang diluar kota untuk urusan pekerjaan. Dia memintaku untuk menenangkan Isabelle dan memberitahu jika Emrys bunuh diri.”“Ke-kenapa bisa...”“Dia melompat dari tebing yang sama dengan tebing tempatmu nyaris dibunuh. Dalam suratnya yang dia letakkan di meja kamar, dia mengatakan jika dia ingin mengalami sendiri apa yang kamu alami.”“Tapi ini sudah satu setengah

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Emrys Bunuh Diri

    Lucy berguling menghadapkan tubuhnya pada Valerie yang masih terlentang menatap kosong langit-langit kamar. Setiap akhir pekan, Lucy selalu menyempatkan diri untuk melihat Valerie dan bermalam di sana. Valerie selalu mengalami mimpi buruk, berteriak dalam tidurnya untuk diselamatkan. Lucy tahu sahabatnya itu terluka sangat dalam hingga dalam mimpi pun dia masih bergulat. Namun, Lucy juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Belum mengantuk?” bisik Lucy.Valerie menggeleng, menarik selimut menutupi dadanya. Dia mendesah panjang. “Bagaimana kondisi perusahaan Emrys?”“Sudah lebih baik.” Lucy memilih duduk. “Sejak aku memutuskan untuk menarik semua produk yang kami luncurkan dan mengembalikan apa yang seharusnya milik Lysander Kingdom berikut hak ciptanya, perusahaan mereka semakin membaik.”“Bagaimana dengan Isabelle?”“Isabelle?” Lucy mengingat-ingat. “Aku tidak terlalu sering bertemu dengannya karena aku sibuk di perusahaan. Tapi Rick mengatakan jika Isabelle masih marah dan menolak dirinya

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Kamu Tidak Mau Kembali?

    Sebulan kemudian.Sepasang bola mata yang indah dan teduh itu menatap layar televisi yang ukurannya nyaris seukuran dengan kardus pembungkus mie instan yang biasa dimakannya. Kedua bola mata itu bergerak mengikuti arah gambar yang menayangkan acara komedi. Dia tidak tertawa saat tokoh dalam acara itu menjatuhkan dirinya ke dalam kubangan lumpur. Apapun adegannya, dia tidak tersenyum.Seorang wanita paruh baya masuk ke ruanganya. Dia membawakan semangkuk bubur yang masih mengepul panas dan meletakkannya di atas meja. Dengan lembut wanita itu menarik remote dari tangannya dan mematikan saluran televisi. “Sudah malam, Nak. Makanlah dulu. Kamu perlu tetap hidup demi janin dalam perutmu.”Pemilik mata teduh itu adalah Valerie. Ketika wanita yang menemukannya dan menyelamatkannya itu menyebut janinnya, dia secara naluri memegang perutnya. Di keningnya ada beberapa bekas luka goresan yang belum hilang, begitu pula di tangannya.Dia ingat. Ketika tubuhnya dihempas oleh arus, seseorang tiba-t

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Apakah Valerie Benar-Benar Pergi?

    “Bagaimana Grandpa, Belle?” Rick dan Zach menghampirinya bersamaan.Isabelle tidak menyahut, pun tidak melirik mereka. Dia melengos begitu saja lalu pergi mengambil beberapa kaleng alkohol dari dalam kulkas dan membawanya ke taman belakang rumahnya. Hati Isabelle benar-benar kacau dan dia masih sakit hati. Semua kebohongan yang mereka lakukan di depannya membuat dia tidak bisa memaksakan diri untuk berbicara pada keduanya.Dia membuka kaleng alkoholnya dan langsung menenggaknya. Dalam sekali tegukan panjang, dia menghabiskan seisi kaleng itu hingga tumpah ke pakaiannya. Isabelle menghela nafas, menyeka sisa alkohol yang membanjiri dagunya. Isabelle mengingat Valerie. Dia menunduk, air matanya jatuh dan dia menangis sesenggukan hingga dadanya terasa sangat sesak. Dia memukul-mukul dadanya yang seolah terhimpit oleh beban berat, berusaha mencari oksigen agar bisa bernafas lebih leluasa. Namun sesak itu bukan karena jantungnya kekurangan oksigen, melainkan karena semua kekacauan dalam h

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Kita Pasti Akan Menemukannya

    Angin malam yang kencang membuat tubuh Victoria yang terayun-ayun merasakan kengerian yang teramat besar. Dia berteriak meminta agar Emrys menurunkannya. Rasanya dia nyaris pingsan melihat betapa tingginya posisinya berada hingga benda-benda di bawahnya terasa sangat kecil. Victoria menangis, kembali memohon agar Emrys bermurah hati padanya.Hati Emrys tidak tergugah. Dia sama sekali tidak tergerak. Tekadnya sudah bulat sekalipun dia akan membayar apa yang dilakukannya dengan nyawanya sendiri.Dia akan melakukan apa pun, dia sanggup menukar apa pun, hanya jika Valerie bisa kembali.Ketika Emrys hendak melempar tubuh Victoria dari lantai enam belas bangunan itu, tiba-tiba beberapa anggota kepolisian menghampirinya dan berusaha menahannya.“Emrys, jangan.” Sosok kapten yang ditemuinya di villa tadi malam berdiri di sana. “Jangan kotori tanganmu, ini bukan gayamu.”Air mata Emrys mengalir terus dan dia benar-benar tidak berdaya. Bayang-bayang bagaimana Valerie jatuh menari-nari di kepala

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Aku Akan Memberitahumu Dimana Valerie

    “Siapa yang mengganggu malam-malam begini?” Victoria menggerutu kesal saat mendengar bunyi bel pintu terus berdering. Dengan malas dan setengah pusing dia melangkah dan membuka pintu. Namun begitu melihat Emrys berdiri dengan murka di sana, dia membelalak dan buru-buru menutup kembali pintu kamarnya. Dengan kasar Emrys menendang pintu hingga membuat Victoria terpelanting. Wanita itu beringsut mundur dengan gugup dan gemetar.“Di mana Valerie?” Emrys menunduk, meraih kerah baju Victoria dengan kasar dan tatapan dingin mematikan. Rick dan Ky ada di belakangnya. Ketika Emrys mengabari Ky, Ky juga langsung memberitahu Rick. Ky hanya berpikir mungkin Rick melihat keberadaan Valerie, namun karena Rick juga tidak tahu dimana Valerie, dia memutuskan ikut.“Ada apa, Vic?” Cassiel berseru dari dalam kamar mandi ketika dia mendengar saura ribut-ribut.Victoria hendak berteriak, namun dengan cepat Emrys meninju mulutnya hingga berdarah. Victoria tergeletak di lantai, kesakitan dan berlumuran dar

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Aku Menyesal

    Lembaran hitam putih itu membuat jantung Emrys memacu. Tangannya gemetar, wajahnya memutih, dan sekujur tubuhnya gemetar luar biasa. Dia melihat nama Valerie tertera di foto USG itu dan hal itu membuktikan jika kertas foto itu adalah benar milik Valerie. Buru-buru Emrys membuka buku harian Valerie dilembaran dimana kertas foto itu jatuh.Air matanya langsung mengalir begitu membacanya, merasakan kepedihan yang teramat besar dan juga rasa penyesalan. Emrys menggeleng, menolak jika Valerie menyiratkan jika dia sudah menyerah dalam tulisan itu. Dan ketika dia membaca tulisan Valerie yang mengatakan dia hamil, buku harian di tangannya langsung jatuh.“Ha-hamil?” Gumam Emrys kaget. “Anakku? Dia hamil anakku?”Emrys berdiri, memegang kepalanya yang berdenyut karena bingung. Foto USG dan tulisan di buku Valerie sangat mempengaruhinya. Dia tidak menyangka bahwa dalam tubuh Valerie ada janin dimana darahnya mengalir. Janin itu adalah bukti pencapaian tertinggi rasa cinta diantara mereka. Tang

  • Istri Mungil Sang Penguasa   Apakah Aku Mati?

    “Dia akan mencariku segera ketika mengetahui aku tidak ada di rumah. Apa kamu tidak takut?”Cassiel tertawa. “Takut? apa yang harus ditakuti?”“Jika kamu tidak takut, kenapa kamu bersembunyi selama ini?”Valerie terus bicara, berharap Cassiel kehilangan hasrat untuk membunuhnya. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Dia harus memancing Cassiel terus bicara dan sebisa mungkin tidak menyinggungnya. Jika tidak, meski dengan kekuatan kecil, tubuhnya akan langsung meluncur ke bawah jika Cassiel mendorongnya.“Itu karena perintah pria itu, tahu?” jawab Cassiel santai.“Maksudmu, Dex?” tebak Valerie.Cassiel mengangguk. “Aku harus menuruti ayahku, bukan?”Angin menerbangkan rambut Valerie. Kuncirannya berantakan diterpa angin dan dia kedinginan. Kakinya kaku saat dia menginjak sebuah batu dan batu itu langsung longsor jatuh ke bawah. Valerie memberanikan diri menengok ke bawah. Buih-buih putih terlihat memecah dinding jurang hingga membuat Valerie menelan ludahnya.“Aku tidak ingin mengh

DMCA.com Protection Status