Beranda / Pernikahan / Istri Mungil Dosen Tengil / 9 – Waktunya Gak pas

Share

9 – Waktunya Gak pas

Penulis: Thesa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 14:17:24

Miquel dan Pandu menatap Rindu yang terlihat tidak seperti biasanya dengan heran. Gadis yang biasanya selalu menghabiskan banyak waktu untuk membaca lembar demi lembar buku, kini tengah senyum-senyum tidak jelas sambil menatap ke luar jendela. Parahnya, gadis itu juga mengabaikan kedua temannya.

Sekali lagi Pandu dan Miquel saling menatap, dan menggeleng karena tidak mendapatkan jawaban atas alasan gadis itu menjadi aneh.

“Rindu, lo gak sakit kan?”

“Apaan sih pegang-pegang?” Rindu menepis tangan Pandu yang berada di keningnya. Rindu selalu kesal jika disentuh, apalagi di kening.

“Ya kan lo dari tadi kayak orang kehilangan tujuan hidup tau gak sih? Senyum-senyum aja dari tadi, kenapa, lo kesambet apaan di jalan tadi? Jangan-jangan arwah nenek moyang di gedung Fakultas teknik nyangkut lagi ke lo!”

“Sialan, tuh bibir bisa gak sih di jaga cara ngomongnya?”

“Ya kan lo gak jawab senyum-senyum karena apa.” Pandu masih ngotot, mereka berdua terdiam selama beberapa menit sambil menunggu dosen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Mungil Dosen Tengil    10 – Dok?

    Setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit, Rindu bergegas untuk pulang. Namun baru saja beberapa langkah dari lobby, hujan deras sudah melingkupi malam hari. Padahal rencananya Rindu masih harus membeli beberapa kebutuhannya di supermarket dekat rumah sakit. Mana dia tidak bawa payung lagi.“Neng, mau pulang?” tegur pak satpam.“Ya pak, sekalian mau ke supermarket terdekat sih. Tapi hujan, gak bawa payung lagi!”“Mending pesen taxi aja neng, besok-besok aja ke sononya.”“Iya pak!”Rindu menghela nafas, dia merasa sedikit sakit di perutnya. Sepertinya dia akan datang bulan, dan dia kehabisan stok pembalut. Bukan kabar baik tentunya. Rindu berjalan mendekati hujan, menaikkan tangannya dan merasakan air hujan membasahinya.Rindu Senja dan hujan. Dia menyukai setiap kali hujan turun, rasanya damai ketika mendengar bunyi air mengalir. Banyak perasaan yang ingin dia tuangkan ketika hujan turun. Namun Rindu tidak suka petir. Tekad Rindu sudah bulat, sepertinya dia harus menerobos hu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    11— SMS aja

    Ragata memutuskan memutar haluan mobilnya menuju rumah orang tuanya. Dia memang sangat mengantuk dan sangat ingin merebahkan tubuhnya. Namun mendadak dia teringat jika dia harus memastikan bahwa Rindu baik-baik saja. Dia juga tidak enak hati meninggalkan gadis itu seorang diri. Takut jika Rindu tidak nyaman dengan keluarganya.Namun, baru saja Ragata turun dari mobil dan melangkah ke ruang tamu. Suara tawa adiknya—Lia—memenuhi seisi rumah. Dari penjelasan penjaga rumah, ibu dan ayahnya sudah pergi 1 jam lalu. Ragata melangkah menuju kamar adiknya saat tidak menemui Rindu di kamarnya. Pintu yang tidak terkunci rapat membuatnya bisa melihat jika adiknya tengah diajari oleh Rindu?Wait. Sejak kapan keduanya sangat dekat?Dia pikir keduanya bukan berada pada angkatan yang sama, selain itu, Lia cukup ekstrovert menjadi manusia. Sangat tidak jika Rindu bisa berteman dengan adiknya yang bar-bar. Apa jangan-jangan….“Bang?”Rindu yang tidak menyadari kehadiran sosok itu lekas mengalihkan pand

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    12- Maaf

    Sudah beberapa hari berlalu, tapi sosok Ragata tidak pernah muncul di depan Rindu. Senja berlalu dan tidak ada yang istimewa. Sepertinya Rindu sudah terbawa virus tercandu-candu oleh ketampanan Ragata, dan juga perangai baiknya. Habisnya, siapa anak gadis yang tidak akan baper jika diperlakukan seperti itu?“Lo…kenapa? Kelihatannya dari tadi gak serius, something wrong?” Pandu yang duduk di sebelah Rindu memang memperhatikan gerak-gerik Rindu yang terlihat bukan biasanya.“Gue emang kenapa?”“Ya lo kayak lagi gak pengen belajar gitu, kan biasanya lo yang semangat 45 buat nugas.”Miquel yang duduk di hadapan Rindu akhirnya ikut memperhatikan. Mereka sedang berada di discussion room perpustakaan. Ruangannya tertutup, dan bisa di isi sampai dengan 10 orang. Biasanya digunakan untuk diskusi atau kerja kelompok.Lalu tatapan Miquel jatuh pada lengan Rindu. “Tangan lo kenapa? Lo sakit?”Pandu baru me-notice. Tatapannya mengikuti arah Miquel, dan benar saja, lengan Rindu ada tusukan dan meli

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    13 – Boleh Saya Peluk, Dok?

    Rindu POVSialan, aku benar-benar ingin meremas wajah lelaki itu. Jadi kejadian malam hari itu dia bilang tidak sengaja? Padahal kami hampir berciuman di acara prom, dan kini dia bisa tertawa lebar dengan beberapa dosen seolah tidak melakukan kesalahan. Jika dia adalah roti yang sedang aku makan ini, sudah aku lenyapkan dia dari seluruh penjuru dunia.Bohong kalau aku mengatakan tidak baper waktu itu. Aku tidak pernah mendapatkan perhatian seperti itu, apalagi dari seorang ayah. Jadi ketika pertama kali diperhatikan begitu, aku…hatiku terasa tidak baik-baik saja. Rasanya mendebarkan, setiap malam aku memimpikan wajahnya. Lalu di pagi harinya, aku bangun dengan perasaan kesal karena apa?Karena semuanya hanyalah mimpi.Dimana, itu tidak mungkin pernah terjadi?!“Rindu, lo kenapa sih dari tadi bete mulu? Mana waktu prom kemarin lo juga ngilang.”Pandu bergabung denganku di taman, lalu tidak lama Miquel dengan wajahnya yang selalu datar dan tanpa ekspresi ikut bergabung. Entah kenapa aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    14 – Kesempatan?

    “Lo lagi apa?”Hampir saja Rindu menumpahkan kopinya. Tatapan setajam elang itu tertuju pada Pandu yang tidak peduli sama-sekali. Bahkan dia langsung duduk di depan Rindu dan meletakkan ompreng berisi nasi sebakulnya itu. Tidak lama Miquel juga bergabung dengan ompreng yang sama.Tatapan Miquel jatuh pada makanan Rindu, belum disentuh sama-sekali. Padahal selang mereka di kantin sekitar 20 menit.“Lo gak makan gara-gara nunggu kita berdua?”Rindu menghela nafas, dan kini menatap kedua sosok di depannya dengan kesal. Jelas-jelas dia sedang menghindari seseorang, dan kini usahanya gagal. Ragata berhasil mengetahui keberadaannya, dan itu tidak baik untuknya. Masih teringat jelas kegilaan yang Rindu lakukan beberapa waktu lalu. That’s the point. Sayangnya, usahanya kali ini benar-benar gagal total.“Ya, emang lo berdua dari mana aja sih? Lama banget, kayak pengantin baru aja.”“Yeee…tumben banget lo kepo kami berdua darimana.” Pandu mengambil tangan Miquel, yang langsung ditepis oleh lela

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    15 – So, What…?

    Suara sirine ambulance yang terdengar sampai ke kantin membuat Ragata, Angga dan Andreas yang baru menyelesaikan setengah makan mereka langsung pergi terburu-buru. Sudah larut, dan mereka bertiga mendapat giliran untuk jaga malam.“Awas lo.” Ujar Angga mendorong lengan Andreas yang masih menahan pinggangnya.“Lo yang awas, sepatu gue bego.”“Anjir, tangan lo.”Ragata menghela nafas, melihat Andreas dan Angga yang kelihatan bodoh di depannya, membuatnya pergi lebih dulu. Setibanya di langkah panjangnya membuat dia tiba lebih awal. Seorang perawat sudah sigap di sebelah pasien.“Korban kecelakaan dok.”“Reaksi pupilnya masih bagus. Segera bawa ke ruang periksa.” Guman Ragata usai memeriksa pupil korban tersebut dengan senternya.Angga dan Andreas baru muncul, dan segera membantu Ragata. Layar monitor menunjukkan pemindahan hasil X ray, dan syukurnya tidak ada masalah serius.“Apa keluarga sudah di hubungi?”“Sudah dok, mereka sedang perjalanan kemari.”“Tidak ada masalah dengan bagian

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Istri Mungil Dosen Tengil    16 - Suka Duluan

    Rindu tetap setiap memantau semua pergerakan yang ada di depannya, sedangkan Miquel yang ada di sebelahnya sudah mulai menguap sesekali. Sudah pukul 18, dan operasi masih tersisa 2 jam lagi. Itu berarti mereka berdua sudah berdiri seperti patung selama 8 jam lamanya. Dokter residen di sebelah mereka berdua mendekat, menyodorkan botol berisi air hangat.“Ini, kalian pasti kedinginan.”“Terima kasih dok” ujar Rindu sembari menerima botol itu. Tangannya memang sudah mengerut karena kedinginan.“Kalian berdua berpacaran?”Rindu dan Miquel sontak saling menatap, lalu menggeleng bersamaan.“Sepertinya memang iya.”“Bukan dok, kami hanya berteman saja.” Rindu menyela, “dia sudah seperti keluargaku sendiri.”Dokter Residen tersebut mengangguk sambil tertawa, semuanya kembali fokus menatap ke depan. Operasi pengangkatan tumor lelaki usia 23 tahun, dan sedikit sulit. Tumor otaknya berada dekat di area optik mata, jika tidak hati-hati maka akan memungkinkan kebutaan pada pasien.“Ini operasi ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri Mungil Dosen Tengil    17 – Sebuah Pelukan

    Nafas Rindu tinggal satu-satu. Otaknya yang pintar tidak bisa mengalir, hingga dia memilih naik tangga saat ada lift. Sekarang dia sudah ada di hadapan pintu Ragata. Tangannya gemetar. Ragu untuk mengetuk, atau….Pintu itu terbuka sebelum tangannya sempat menyentuhnya. Seorang wanita berdiri di hadapan Rindu. Sontak Rindu menelan ludah kasar. Siapa wanita itu, dan kenapa bisa ada di ruangan Ragata? Jas putih yang melekat di badannya dan name tag di dadanya cukup memberitahu Rindu bahwa gadis itu adalah dokter.“Aww…cari siapa?” sosok itu bertanya sedikit sinis, dan memandang Rindu dengan tatapan sinis.“S…saya….”“Lo kenapa belum pergi?” suara itu terdengar dari dalam. Rindu tidak perlu berjinjit karena pada akhirnya sosok yang dia cari muncul juga di depan pintu dengan wajah kusam.“Rindu? Ada perlu apa?”“Anu dok…saya mau ngomong sesuatu sebenarnya. Tapi sepertinya Anda sedang sibuk, jadi, mungkin lain kali saja. Saya pergi dulu.”“Tunggu.” Langkah Rindu tertunda karena Ragata menah

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04

Bab terbaru

  • Istri Mungil Dosen Tengil    75 – Pandawa Part II

    Resort ramai. Mereka memutuskan menginap di resort karena semalaman penuh, Bali diterjang hujan. Bahkan pagi ini, gerimis masih terlihat menyelimuti tempat wisata. Namun tetap saja ada rombongan yang berkunjung, bahkan sang sopir terlihat baru keluar dari mobil usai memarkirkan bus besar di parking area hotel.Jarum jam sudah menunjuk ke arah pukul 09.00, dan Pandu yang baru saja memarkirkan mobil hanya bisa berceloteh ringan. Bahkan sosok yang membuatnya bangun pagi-pagi buta untuk menuju bandara I Gusti Ngurah Rai, tidak mengatakan apa-apa setelah mobil tiba di parkiran hotel.Langsung membuka pintu mobil, dan pergi begitu saja. Membuatnya kesal setengah mati. Pandu lekas mengikuti Ragata yang sudah menghilang di balik lift. Memang ya, kalau sudah mencintai seseorang, tidak ada kata bertahan berpisah. Kekesalan Pandu selain itu, karena baru tahu Rindu juga harus pulang malam ini. Itu artinya rencana mereka ke Lombok juga tertunda.Di tengah langkahnya yang hendak menuju kamar Rindu

  • Istri Mungil Dosen Tengil    74 - Karena aku mencintaimu

    Pandu POVMungkin, orang-orang tidak tahu seberapa besar arti dari sebuah persahabatan. Bagiku, bertemu dengan dua manusia yang meskipun sedang sibuk makan seperti pork dan tidak menyisakan bagianku, aku tetap menyayangi mereka tulus dari lubuk hatiku.Hari sedang cerah di luar, terlihat jelas dari gorden ruang tamu yang berterbangan dan cahaya yang menembus sehingga ruang tengah terang benderang.Kami sedang liburan di Bali, mumpung ada weekend, dan aku pun bisa mengambil jatah libur. Awalnya Rindu mengatakan tidak bisa ikut, tapi dengan segala akal yang aku punya, jadilah dia diberikan kesempatan.Sudah beberapa bulan berselang. Bayi imut yang dulu tidak bisa memanggilku kini sudah mulai mengenaliku. Walau tidak bisa mengeluarkan suara. William sedang berada di pangkuanku. Dan lihatlah, dia benar-benar menggemaskan.Setidaknya itu menghilangkan rasa kesalku pada induknya yang sibuk makan di hadapanku. Tidak ada bedanya dengan Miquel. Mereka berdua benar-benar menikmati hidangan itu t

  • Istri Mungil Dosen Tengil    73 – Pergi!

    Pandu sudah mulai membaik, itu sebuah kemajuan besar. Chika sedang duduk sambil mengamati wajah lelaki yang sedang tertidur itu. Sejak semalam, dia tidak pulang. Bersikeras untuk merawat Pandu. Bahkan rela melewatkan seminarnya, padahal itu adalah kesempatan besar untuk Chika. “Kau tidak kerja hari ini, Chika?”Xavier akhirnya bisa menghilangkan pikiran buruk sangkanya setelah melihat bagaimana Chika merawat sang adik. Sambil meletakkan secangkir teh di atas meja, Xavier mengambil duduk tidak jauh dari kedua orang itu. Udara di rumah sakit amat sangat dia benci. Tapi karena itu adalah Pandu, mau tidak mau Xavier harus mengesampingkan egonya.“Saya shift malam, kak.”“Panggil nama saja, tidak usah terlalu formal. Toh juga aku dengan Pandu hanya beda menit lahirnya.”Chika mengangguk, sambil meneguk isi gelas berisi teh Rosella itu. Sepertinya homemade. Dari rasanya Chika bisa tau. Jemari Pandu mulai bergerak, membuat Chika bersemangat. Tapi menunggu sepersekian menit, tidak ada tanda-

  • Istri Mungil Dosen Tengil    72 – Rencana Kedua?

    Suasana rumah sakit di pagi hari sedikit berbeda daripada sebelumnya. Perbedaan itu paling terasa pada Chika. Sejak tadi dia hanya memantau kehadiran sosok yang sudah menghantuinya belakangan ini. Bahkan nomornya saja tidak bisa di hubungi. Dan Pandu tidak masuk sudah beberapa hari. Gimana gak panik coba?Begitu melihat sosok Rindu yang berjalan dengan tenang, Chika berlari. Menarik tangan Rindu yang hampir saja menghindarinya lagi.“Rin, gue tau lo pasti tau kenapa Pandu gak ngangkat nomor gue kan? Please, I need a hand right know, dia gak balas pesan gue udah dua hari ini. Something happened?”Ekspresi datar Rindu membuat Chika menghela nafas. Dia sudah berusaha menjelaskan bahwa malam itu adalah sebuah kesalahpahaman. Tapi tak satupun yang percaya padanya. Miquel dan Rindu, hanya diam saja.“Rin, kalo emang Pandu gak seberarti itu buat gue, ngapain juga gue rela nungguin dan mau ngasih tahu kalo malam di club itu adalah kesalahan? Tapi karena gue suka sama dia, makanya gue mau nge

  • Istri Mungil Dosen Tengil    71 - Salah Paham

    Suasana club mulai ramai. Chika duduk di salah satu sofa, tidak jauh darinya ada seorang lelaki yang tengah meneguk cocktailnya. Malam itu adalah ulang tahun dari salah satu teman Chika, dan seperti biasa bagi kaula muda. Mereka merayakannya di club.“Chika, lo yakin mau ngelanjutin hubungan lo sama dia? Atau lo emang cuman kasihan sama usaha bokap lo?”“Kevin, please deh gak usah bahas soal itu.”“Lo belom move on dari gue?” Kevin menyeringai. Dia tahu Chika belum menerima Pandu, karena itu hanyalah alibi semata.“Kev, lo itu cowok berengsek tau gak sih? Buat apa mertahanin manusia sampah kayak lo. Mending lo jauh dari sini.”“Aigoo…kalian berdua ini seperti kucing dan tikus saja. Setiap bertemu pasti akan berdebat, apa tidak ada kegiatan yang bisa kalian berdua lakukan selain ini?” Gangga menyela sambil menatap Kevin datar. Dia adalah salah satu teman kuliah Chika, dan juga kenal baik dengan Kevin.Chika hanya menghela nafas. Beberapa dari teman mereka sudah mulai mabuk, dan sudah b

  • Istri Mungil Dosen Tengil    70 - Melamar Chika

    “Mas, aku mau kerja lagi.”Ragata langsung berhenti mengetik di tuts keyboardnya. Diam beberapa menit, lalu berjalan mendekati sang istri yang sedang menatapnya sambil berdiri. Seolah Rindu sedang laporan padanya. Ragata tersenyum, mengambil tangan sang istri dan membawanya duduk di sofa.Bukannya ingin membatasi ruang gerak sang istri. Ragata justru senang jika sang istri tetap produktif. Sebab, Ragata tahu istrinya itu hanya merasa bosan. Jika masalah finansial, Ragata yakin mereka tidak kekurangan. Dia memberikan Rindu Black cardnya, dan bebas mau dibelanjakan untuk apa saja.“Kalo kita sama-sama kerja, nanti yang jaga William siapa sayang? Kalo dia udah umur 4 tahun, baru nanti bisa sekolah atau di jaga sama ibu. Dia baru jalan satu setengah tahun, kamu gak kasihan sama dia?”Wajah Rindu sedikit ditekuk. Tapi tidak mengurungkan niat wanita itu untuk membujuk sang suami. “Tapi kalo di rumah terus, aku bosan banget, Mas. Aku bisa ambil shift pagi, terus nanti William di jaga sama i

  • Istri Mungil Dosen Tengil    69 - Mandi Bareng

    Rindu sudah mantap dengan pilihannya. Dia akan kembali bekerja seperti dulu. Bukan karena Ragata tidak mampu membiayai kehidupan mereka, tapi karena Rindu bosan setengah mati di rumah terus. Hanya menjaga putra mereka yang kini sudah berusia satu tahun.Malam ini Rindu harus bicara. Apalagi William sedang dijaga oleh mertuanya. Jadi Rindu sedikit leluasa hari ini.“Lo serius mau kerja lagi? Gue gak yakin sih Ragata ngizinin, dia takut kalo lo ntar kecapean. Lagian masih setahun Rin, apa yang lo kejar sih?” ujar Pandu. Sambil mengambil minuman Ocha yang ada di meja. Mereka bertiga—Rindu, Miquel, dan Pandu—sedang berada di mall di hari weekend ini. Mencoba banyak permainan dan juga games. Rencananya mereka akan menonton juga. Tapi karena filmnya baru mulai sekitar 2 jam lagi, jadilah mereka berakhir di salah satu gerai ramen.“Gue setuju sih, Ragata gak ngasih izin sih feeling gue,” Miquel ikut menimpali.“Tapi bosan banget tau kalo di rumah terus. Selain sama William, kayak gada akti

  • Istri Mungil Dosen Tengil    68 - Jatuh Cinta

    Sudah dua hari sejak percakapan dengan Miquel, Lia masih mengurungkan niatnya untuk memberitahu masalahnya kepada Ragata ataupun orang tuanya. Lia cukup kecewa pada Gary. Sebab mereka itu sudah kenal sejak semester awal. Dan hanya karena masalah peringkat, Gary ingin melakukan hal seperti itu padanya?Demi apapun Lia tidak terima.Hari ini kampus sepi. Wajar, karena jarang mahasiswa yang datang ke kampus di hari Sabtu. Hanya para mahasiswa semester akhir, atau anak organisasi yang sedang sibuk rapat. Lia baru saja keluar dari perpustakaan, untungnya kampus mereka membuka layanan perpustakaan di hari weekend. Tapi, di koridor, mata Lia menangkap manusia yang membuatnya hampir kehilangan kesuciannya. Disana, tepat di dekat parkiran paling pojok, lelaki itu sedang duduk sendirian. Mengenakan hoodie, dan menutupi wajahnya. Seolah keberadaannya tidak ingin diketahui oleh siapapun.Lia menghela nafas, dan berjalan ke arah parkiran. Dia tahu Gary ingin mengatakan sesuatu.“Lia…please, gue m

  • Istri Mungil Dosen Tengil    67 - Syok

    Hari ini jadwal Rindu periksa ke rumah sakit. Berhubung Ragata sedang tugas selama 2 hari di luar kota. Jadilah Lia yang ikut ke rumah sakit. 5 bulan tidak terasa sudah berlalu, dan Rindu sudah sangat sehat. Ragata juga sudah memberinya izin keluar rumah sendiri. Tapi tidak dengan bekerja. “Sini, biar Lia aja, mbak Rin.”Tangan Lia dengan sigap membawa tas bayi dari mobil. Rindu tersenyum. Dia menggendong William yang sedang tidur lelap. Bayinya itu sangat pengertian jika Ragata tidak di rumah. Beda cerita kalau sudah ada Ragata. Bawelnya bukan main. Bahkan waktu mereka berdua selalu terganggu. Seolah William tahu apa yang akan dilakukan oleh ayahnya itu jika berduaan dengan sang ibu.Beberapa orang menyapa Rindu. Baik para perawat, dan dokter lainnya.“Lo bisa gak sih, kalo makan gak usah kayak orang gak makan seratus tahun?” Angga menatap Andreas kesal. Mereka berdua sedang makan cake pemberian Chika di lobby.“Ya kan gue emang gak makan udah seratus tahun. Eh…ada Rindu, nih, lo ma

DMCA.com Protection Status