Home / Romansa / Istri Muda / 9. Tuduhan Kiya

Share

9. Tuduhan Kiya

last update Last Updated: 2021-07-29 16:29:06

 

“Abang pasti sudah meniduri Huri?” Kiya masih terisak pedih. Ia memunggungi Elang. Sama sekali enggan untuk melihat wajah suaminya. Hatinya sudah terlanjut terbakar api cemburu.

 

“Itu tidak benar.” 

 

“Oh ya? Mana ada laki-laki yang bisa menahan godaan wanita cantik dan seksi di depannya. Halal pula. Jangan berbohong, Bang,” sergah Kiya masih dengan suaranya yang bergetar. Elang tidak mengeluarkan suara. Ia tahu istrinya pasti saat ini merasakan api cemburu yang membara dan juga sakit hati yang amat dalam. Tangan Elang terulur untuk meraih ujung rambut Kiya, membawanya ke hidungnya. Elang sangat suka aroma sampo yang dipakai oleh istrinya. 

 

“Kamu tuh harus tahu, Kiya—bahwa tidak ada wanita yang lebih cantik, lebih seksi, dan lebih menggoda dari kamu. Saat bersamanya saja, Abang selalu merasa bersalah pada kamu.” Terdengar lebay di telinga Kiya. Wanita itu memutar bola mata jengahnya. Ada apa dengan suaminya yang mendadak melankolis seperti ini? Biasanya Elang tidak jago menggombal. Pasti ini semua gara-gara Huri. Wanita itu pasti sudah membacakan doa pada minuman suaminya, sehingga Elang berubah aneh seperti ini.

 

“Lepaskan aku, Bang! Aku masih marah.” Kiya beranjak dari tempat tidurnya.

 

“Tunggu! Kamu mau ke mana? Abang disuruh datang, tetapi kamu malah marah dan mengamuk. Tahu gitu, Abang langsung ke toko saja tadi. Mana perut lapar. Sial sekali!” wajah Kiya yang merah karena marah, berangsur cerah kembali. Jadi, suaminya tidak mau makan di rumah istri mudanya? Bagus kalau seperti itu. Kiya bergumam senang dalam hati.

“Memangnya Abang belum makan?” tanya Kiya sambil memperhatikan wajah suaminya.

 

“Tentu saja belum, tadi saya kesiangan ke sini karena benerin motor Huri yang mogok saat dia mau ke kampus. Nih, tangan Abang saja belum sempat dicuci, karena terburu-buru ingin cepat sampai di sini. Abang minta maaf kalau Abang terlambat. Gak boleh suusdzon melulu sama suami. Dah, sana, siapin roti mi rebus aja buat sarapan Abang.” Memang tadi dirinya sempat membetulkan motor di tengah jalan, tetapi bukan motor Huri, tetapi motornya sendiri. Sedikit-sedikit, lama kelamaan jadi bukit. Sungguh aku tidak ingin berbohong pada Kiya ataupun Huri, tetapi keadaanya memang sangat sulit buatku. Ya Allah, maafkan hambamu ini,

 

“Iya, Kiya juga minta maaf.” Elang meraih tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Untuk beberapa saat, Elang membiarkan hangatnya tubuh Kiya bersatu dengan dingin suhu tubuhnya. Elang mengusap rambut panjang istrinya sambil berbisik, “Abang hanya cinta sama kamu. Kamu harus percaya itu.” Kiya mengangguk, lalu semakin mengeratkan pelukan pada tubuh suaminya.

 

“Masih datang bulan ya? Kapan selesai?” bisik Elang lagi sambil menggoda telinga Kiya. 

 

“Dih, baru juga kemarin. Paling hari kamis baru selesai, Bang.” Kiya menunduk malu. Walau sudah menikah lama, tetap saja wanita itu merasa sungkan dan malu membicarakan hal yang berbau ranjang secara terang-terangan pada suaminya. Yah, bukan hanya obrolan, aktifitas pun ia lakukan dengan malu-malu. Untunglah Elang tidak masalah jika Kiya memang hanya nyaman dengan satu posisi, saat mereka sedang bersama.  

 

Kiya menyiapkan sarapan dengan cepat. Sedangkan Elang membantu Kiya membereskan rumah yang tampak baru seperti terjadi Tsunami lokal. Bahkan elang ikut membantu menyapu rumah dari dapur sampai ke depan, hingga rumah bersih kembali. Kiya menata mi rebus yang telah matang di atas meja, tidak lupa dengan segelas the manis hangat, lalu ia menemani suaminya duduk di meja makan untuk melahap mi rebus buatannya.

 

Nampak tidak terlalu antusias seperti biasanya, tetapi Kiya tidak mempermasalahkan itu. Bisa saja karena sarapan suaminya sudah kesiangan, sehingga jadi tidak berselera. Kiya tidak tahu saja, Elang berusaha mati-matian menelan sarapannya. Ia terpaksa berbohong mengatakan belum sarapan di rumah Huri, padahal dia menambah nasi hingga dua kali saat di sana.

 

“Kenapa, Bang? Udah kesiangan sarapan, jadi tidak berselera ya?” tanya Kiya. Elang menggeleng. “Tidak, Abang hanya merasa sedikit tidak enak tenggorokannya. Abang minta tambahkan air hangat saja,” kilah Elang lagi-lagi berbohong. Kiya beranjak dari kursi, lalu berjalan ke arah dispenser air untuk menambahkan air panas ke dalam gelas suaminya.

 

“Sepertinya Abang di rumah saja deh, tidak perlu ke toko. Pengen bermanja dengan sang istri.” Elang bangun dari duduknya setelah menghabiskan air di dalam gelas. Ia membawa Kiya masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang.

 

“Katakan padaku, Abang sudah tidak akan ke rumah Huri lagi’kan? Cukup menikahinya saja, tanpa perlu tinggal bersama?” wajah Kiya berbinar penuh sharap. Elang menoleh dengan alis yang bertaut. Ia tidak paham dengan ucapan Kiya.

 

“Maksudnya?”

 

“Ish, pura-pura gak tahu!” Kiya mendorong pundak suaminya.

 

“Abang udah gak boleh ke sana lagi. Di sini saja bersamaku. Abang sudah memenuhi maunya Ibu dan sekarang Abang harus memenuhi maunya aku. Aku yang lebih berhak atas Abang. Bukan Huri atau Ibu.” 

 

“Tidak bisa, Kiya. Abang juga sudah bertanggung jawab atas Huri. Dia juga istri Abang.” Elang merasa Kiya mulai terlalu berlebihan. Tidak mungkin sama sekali ia tidak menampakkan diri ke rumah Huri. Apa kata orang nanti? Lagian, gadis itu hanya meminta jatah satu hari. Rasanya ia akan sangat egois dan berdosa jika benar-benar mengabaikan Huri.

 

“Kenapa tidak bisa? Abang sudah mulai jatuh cinta dengannya? Iya? Apa Abang juga sudah menidurinya? Oh … pasti Abang sangat suka dengan rasa Huri. Apalagi dia perawan. Tidak seperti istrimu ini yang kau nikahi dalam keadaan sudah tidak tersegel.”

“Stop, Kiya!” Elang menggertakkan giginya menahan amarah.

 

 

-Bersambung-

  

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bohong sekali dua kali lama2 jd lancar bohongnha seperti air yg mengalir, dr yg ndak pernah marah2 menjadi sk marah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Muda   10. Kekecewaan Huri

    Elang menarik ujung bibirnya dengan ringan, membentuk senyuman samar, sekaligus tragis. Ia tidak ingin mengingat apapun dari masa lalu Kiya yang kelam. Cukup untuk menjadi rahasia mereka berdua saja. Bahkan Ibunya saja tidak mengetahui cukup baik perihal kehidupan Kiya sebelum bertemu dengannya. Elang menatap istrinya tanpa kata-kata. Pandangannya sekilas memang terasa sedang emosi, tetapi Elang berusaha mengontrol dirinya. Ia tidak boleh marah pada Kiya. Karena di posisi saat ini, Kiyalah yang paling terluka dan itu karena dirinya dan juga ibunya.Kiya yang merasa suaminya sedang marah, hanya bisa diam sambil mengepalkan tangannya. Jarang sekali amarah Elang tersulut seperti ini dan dia belum pernah sama sekali dibentak oleh suaminya. Namun baru sehari saja di rumah Huri, Kiya hampir tidak mengenali suaminya. Ia memalingkan wajah, malas bertatapan dengan Elang.“Aku sudah sering mengingatkanmu, Kiya, jangan pernah singgung masa

    Last Updated : 2021-07-29
  • Istri Muda   11. Meminta Maaf

    Jumat pagi, Elang mengatakan pada Kiya akan masuk bekerja hari ini. Ada beberapa pelanggan yang memintanya untuk membetulkan AC dan juga kulkas. Malam panas yang dilewatinya dengan Kiya, tidak serta-merta membuatnya lupa akan janjinya pada Huri. Sepanjang malam tidurnya tidak nyenyak mengingat istri mudanya itu mungkin sedang menunggunya. Sarapan mi goreng yang dihidangkan istrinya dimakan dengan lahap, begitu juga dengan segelas air putih hangat.“Abang nanti lembur lagi?” tanya Kiya saat mengantar Elang sampai di depan teras.“Kalau sedang banyak panggilan saja, kalau tidak ya … langsung pulang,” jawab Elang sambil tersenyum. Kiya pun membalas senyuman suaminya dengan hangat, lalu mengambil punggung tangan Elang untuk dikecup.“Abang berangkat ya.” Elang sudah naik ke atas motor. Menyalakan mesin motornya, lalu meluncur di jalanan yang tidak terlalu rata.Jika Kiy

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Muda   12. Nonton Bioskop

    “Mau ke mana?” tanya Elang dengan canggung saat berjalan beriringan dengan Huri di koridor kampus E.“Ke kamar.” Langkah Elang terhenti dengan wajah menegang. Lelaki itu menelan ludahnya kasar, tanpa berani menoleh pada Huri. Sedangkan gadis yang berdiri di sampingnya malah tertawa cekikikan. Inilah yang membuat Huri sangat sedih bila Elang mengabaikannya. Suaminya ini bagai anak perjaka yang selalu digoda janda. Malu-malu tidak jelas.“Saya hanya bercanda. Bagaimana kalau nonton bioskop? Ada film horror yang lagi rame di media sosial. Judulnya ‘Huri Ngesot’.” Elang lagi-lagi terpaksa menghentikan ayunan langkahnya mendengar ucapan Huri yang selalu saja asal sebut. Ingin ia tertawa, tetapi tidak mungkin. Ia harus tetap jaim di depan istri mudanya.“Mana ada judul seperti itu? yang betul ‘Suster Ngesot’,” tukas Elang sambil kembali melangkah menuju parkiran mot

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Muda   13. Menjebak Elang

    Ketika Elang mengatakan 'ya', bukan main bahagianya hati Huri. Wajahnya menunduk malu dengan detak jantung yang tidak beraturan. Apakah secepat ini? Tangan dan kakinya terasa membeku dan tidak bisa digerakkan. Baru sekedar ucapan, belum sampai jadi nyata.Film suster itu pun kini sudah tidak menarik lagi. Di kepalanya hanya memikirkan bagaimana nanti saat tidur bersama Elang. Apakah dia sudah menggosok daki? Atau apakah dia sudah memakai deodoran tadi? Huri menjadi pusing sendiri memikirkan bagaimana nanti malam pertamanya dengan suaminya.Elang pun ternyata membuktikan ucapannya. Lelaki itu benar-benar tidur bersama Huri di bioskop. Film horor yang sebenarnya tidak terlalu ia suka, karena bisa berdampak padanya saat di rumah, terpaksa harus ia pelototi selama hampir delapan puluh menit. Maka Elang memutuskan memejamkan mata, dengan kepala bersandar di punggung kursi."Bang, eh ... kok tidur? Ayo, filmnya sudah habis," ser

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Muda   14. Ide Kiya

    Kiya menunggu suami kembali dari toko. Seperti biasa , Elang akan pulang sebelum Magrib, jika toko sedang tidak terlalu ramai. Nmaun jika ada pekerjaan yang harus diburu, maka bisa saja Elang pulang jam sembilan malam. Kiya baru selesai salat, saat suara motor suaminya memasuki teras rumah. Segera ia bergegas berjalan keluar kamar untuk membukakan pintu. Rumah kontrakan yang mereka tempati memang sedikit berbeda dari kontrakan pada umumnya. Jika di kontrakan Kiya, ada dua kamar dan juga satu ruang tamu, serta dapur berukuran kecil. Kamar mandi juga lumayan kecil, hanya dua kamar saja berukuran cukup besar. Mereka memang mencari kontrakan yang memiliki dua kamar, karena mengira Bu Latifah;ibu dari Elang akan tinggal bersama mereka.“Assalamualaykum,” seru Elang saat melihat Kiya membukakan pintu rumah masih dengan mukenanya. Wanita itu mencium punggung tangan suaminya, lalu meraih ransel Elang untuk digantung di paku yang ada di ruang tengah

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Muda   15. Malam Pertama Elang dan Huri

    Huri menatap langit mendung yang memayungi bumi siang ini. Sudah pukul satu siang dan dia baru saja selesai melaksanakan salat. Masih dengan mukenanya, Huri duduk di dekat jendela sambil membayangkan kehidupan pernikahan yang ia jalani saat ini.Seminggu sudah dari pertemuannya dengan Elang, tetapi lagi-lagi lelaki itu tak ada kabar. Huri tidak tahu harus menghubungi ke mana, karena sepertinya nomornya sudah diblokir Kiya. Tidak mungkin Huri menanyakan suaminya pada mertuanya, pasti nanti Elang ditegur oleh ibunya.Huri semakin bimbang. Apakah dia harus pergi melihat ke toko Elang? Apakah nanti di sana dia tidak akan bertemu dengan Kiya? Dapat dipastikan ia tidak akan bisa terlelap malam ini jika tidak menemui suaminya. Percaya atau tidak, walau Elang cenderung abai dengannya, tetapi ia tidak masalah dan hal itu membuatnya semakin penasaran.Langit malah semakin gelap, dengan bunyi p

    Last Updated : 2021-08-04
  • Istri Muda   16. Malam Pertama Kedua

    Khusus Dewasa dan setengah tua ya.Dua orang orang wanita paruh baya tengah memasang baik-baik telinganya di daun pintu kamar Huri. Mereka adalah Bu Rima dan Bu Latifah. Dua orang tua yang berharap rencana mereka kali ini berjalan dengan lancar. Keduanya saling pandang saat dari dalam kamar Huri tidak menangkap sinyal apapun. Baik erangan, atau rintihan nikmat belum terdengar sama sekali.“Mbak yakin yang dikasih bukan obat tidur?” tanya Bu Latifah pada besannya dengan berbisik.“Iya, Mbak, saya yakin udah kasih obat perangsang, bukan obat tidur, tapi kenapa sepi sekali? Apa jangan-jangan udah kelar?” tanya Bu Rima balik. Bu Latifah mengangkat bahunya tidak paham. Mereka kembali memasang telinga baik-baik di daun pintu.“Akh … s-sakit … Bang.” Dua wanita tadi terbelalak kaget deng

    Last Updated : 2021-08-04
  • Istri Muda   17. Pengantin Baru

    Elang Herlambang tidak ingat sudah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk memandangi keadaannya yang sangat memalukan ini. Saat kesadaran benar-benar pulih dan efek obat sudah hilang total, barulah lelaki itu merasa begitu bersalah pada Huri.Elang menutup wajahnya dengan telapak tangan dengan posisi kepala Huri masih berada di dadanya. Tubuh mereka begitu dekat dan intim. Elang hampir saja kehabisan napas, jika mengingat kejadian semalam. Ia terlalu terlena dengan hidangan halalnya yang begitu lezat. Diantara sadar atau setengah sadar, ingatan betapa perjuangannya memerawani istri sendiri. Air mata Huri yang menetes sempat tidak dia hiraukan karena napsu yang sudah di ujung kepala. Sekarang, semua telah terjadi. Mau tidak mau ia harus bertanggung jawab sepenuhnya pada Huri dan juga Kiya.Pergerakan yang dilakukan Elang, membuat Huri membuka matanya perlahan. Mata biru itu mengerjap beberapa kali, lalu menoleh ke kiri untuk melihat suami

    Last Updated : 2021-08-04

Latest chapter

  • Istri Muda   56. Ekstra part 2 (Kejutan)

    Kiya tengah melipat pakaian yang baru saja ia angkat dari jemuran. Duduk di ruang depan rumahnya sambil menemani Kamelia yang sedang bermain masak-masakan. Semua daun-daunan yang ditanam di pekarangan rumah sederhananya digunakan untuk bermain."Kiya, buatin mi rebus," seru Jaelani pada istrinya."Iya, Mas, tunggu sebentar, nanggung lipatin pakaiannya. Tinggal dua potong baju ....""Kamu kalau disuruh suami itu gerak cepat, alesan aja. Aku lapar nih!" sentak Jaelani dari dalam kamar. Kiya hanya bisa menghela napas kasar, lalu segera bangun dari duduknya. Ia bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan suaminya."Jangan lupa pakai telur," seru Jaelani lagi dari dalam kamar."Telurnya habis, Mas, harus beli dulu," sahut Kiya sambil menyalakan api kompor gas."Kebiasaan deh kamu, kalau habis itu ya beli

  • Istri Muda   55. Ekstra part 1 Malam Pertama

    Ijab kabul itu dilaksanakan pada hari Minggu pukul sebelas siang, di kediaman Huri. Tidak banyak tamu undangan yang datang. Hanya beberapa kerabat dan juga teman dekat Huri maupun Elang. Ada dua orang dosen yang juga diundang Huri. Sedangkan Elang hanya bicara pada dua orang yaitu Pak Asep dan Bu Jumi, bahwa ia akan menikah dengan Huri, tetapi bukan hanya dua orang yang datang, melainkan dua puluh orang.Dari tiga puluh mahasiswa di kelasnya, lebih dari delapan puluh persen menghadiri syukuran pernikahan Elang dan Huri. Untung saja beberapa tetangga sigap membantu untuk memesan makanan kembali sehingga suguhan untuk tamu Elang yang tiba-tiba membludak."Bang Elang, selamat ya. Kami beneran senang deh, Abang menikah lagi dengan ibunya anak-anak. Gak nyangka dosen kita adalah mantan Bang Elang. Beruntung sekali yang jadi Bang Elang. Istrinya cantik, pintar, kaya, kayak artis pula. Saya boleh minta kontak dukun yang bias

  • Istri Muda   54. Pertemuan (Ending)

    Huri tidak menyangka ia menjadi dosen ekonomi dari mantan suaminya. Kesempatan ini tidak datang dua kali. Sejak dulu, Huri memang ingin mengajar tetapi karena basicnya design, ia tidak berani mencoba. Namun disaat salah seorang dekan kampus yang tidak lain adalah sepupu dari mamanya menawarkan untuk mengajar mata kuliah ekonomi, maka Huri menyanggupi.Huri sendiri saat ini tengah menempuh S2 jurusan managemen yang baru berjalan selama setahun. Sedangkan kuliah design-nya sudah selesai. Siapa sangka, di kampus ini ia malah bertemu dengan Elang;lelaki yang tidak pernah benar-benar hilang dari kepala dan juga hatinya."Apa tugasnya sudah selesai?" tanya Huri setelah tersadar dari lamunannya."Sebentar lagi, Bu," sahut beberapa orang bersamaan. Ekor mata Huri melirik ke bangku Elang. Lelaki itu duduk bersampingan dengan perempuan yang menurut Huri sangat pecicilan dan juga genit. Hana terus saja tertawa cekikikan sambil memuku

  • Istri Muda   53. Sahun, sabun apa yang bau?

    Rasa penasaran Elang terbawa hingga esok hari. Semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan anak kecil yang keluar dari toko roti semalam. Saat akan menuju kampus, Elang menyempatkan diri untuk mampir ke toko roti itu lagi. Untung saja sudah buka sejak pukul sembilan, sehingga tidak mengganggu jadwalnya yang masuk pukul sepuluh.Elang memarkirkan motornya di parkiran toko. Lalu ia masuk dan memilih beberapa jenis roti untuk ia santap jam makan siang nanti."Selamat pagi, Mas, ada yang bisa kami bantu?" sapa pelayan toko dengan ramah."Pastinya saya mau beli roti, Mbak, karena kalau beli batako bukan di sini tempatnya," sahut Elang dengan bercanda. Pelayan toko berwajah manis itu pun ikut tertawa."Silakan dipilih mau roti apa, Mas," kata pelayan itu lagi sambil menunjuk etalase roti yang sudah penuh dengan varian roti dengan berbagai rasa dan harga. Kantong Elang yang tidak ke atas juga tidak ke bawah, tentu s

  • Istri Muda   52. Hidup yang Baru

    "Bang Elang, pocong apa yang disukai emak-emak?""Kamu kalau ngasih tebak-tebakan pasti jawabannya gak bener," sahut Elang dengan wajah malas. Wanita itu tergelak, diikuti enam ibu-ibu lainnya.Sejak teman-teman satu kelas di kampusnya mengetahui ia duda, khususnya para ibu sering sekali menggoda dan cari perhatian padanya. Bukan dirinya GR, hanya saja sedikit gembira saja. Maklumlah, kelas yang ia ambil ini adalah kelas ekstensi khusus karyawan yang jam kuliahnya hanya Sabtu dan Minggu saja. Jika Senin sampai dengan Jumat dia bekerja di toko servis AC, maka akhir pekan ia akan kuliah.Wajar saja jika di dalam kelasnya didominasi oleh kaum para emak dan para bapak. Walau tetap ada juga yang masih gadis, perawan tua, janda pun ada. Sering sekali ia digoda oleh teman-temannya dijodohkan dengan janda kembang bernama Hana."Bang, ye ... kok melamun? Jawab dulu pertanyaan gue dong!""Han, lu pa

  • Istri Muda   51. Kenyataan yang Menyesakkan

    "Jadi besok kamu akan menikah?" tanya Elang dengan suara lemah dan mata berkaca-kaca. Huri yang tengah menunduk, dengan gerakan pelan akhirnya mengangguk."Mmm ... selamat ya, Huri. Semoga pernikahannya sakinah, Mawaddah, wa Rohmah." Suara Elang bergetar menahan tangis."Saya harap, kamu dan anak-anak bisa berbahagia selamanya walau tidak dengan saya," katanya lagi dengan wajah teramat sedih."Oh, iya ... AC kamar hanya bermasalah di remote-nya saja. Sudah bisa dipakai lagi. Saya permisi dulu." Elang mengusap telapak tangannya dengan gugup, lalu berdiri dengan cepat. Langkahnya begitu berat meninggalkan Huri yang masih enggan memandangnya.Lelaki itu menoleh ke kiri dan melihat si kembar El tengah digendong oleh dua wanita yang memakai seragam baby sitter. Pasti calon suami Huri yang telah memberikan dua orang wanita untuk membantu menjaga El. Elang memantapkan hatinya, bahwa ini adalah yang terbaik bagi a

  • Istri Muda   50. Zayyan Ke mana ya

    Apakah Bu Latifah percaya nama yang ada pada kartu undangan adalah nama mantan menantunya? Tentu tidak. Ada banyak nama Huri Hamasah. Tidak mungkin Huri yang ia kenal baik dan saat ini tengah dicari oleh anaknya. Lagian setahunya, Huri tinggal di Bandung dan bukan di Jakarta.Bu Latifah yang penasaran, memutuskan mencari tahu dengan mengecek isi rumah melalui jendela samping rumah. Rumah itu begitu besar dengan banyak perabotan mahal di dalamnya. Tidak ada yang bisa ia temukan di dalam sana, sebagai tanda bahwa ini adalah rumah Huri. Tidak mungkin.Bu Sanusi pasti kenal dengan Huri, karena pernah ikut ngebesan saat Elang menikah dengan Huri waktu itu. Bu Latifah menepuk keningnya. Kenapa ia bisa mempunyai pikiran buruk seperti ini?Wanita paruh baya itu kembali melanjutkan pekerjaannya hingga selesai semua dan jam menunjukkan pukul dua siang. Bu Latifah meminta ijin pada Bu Sanusi un

  • Istri Muda   49. Menjadi Tukang Cuci Piring

    Semua warga di sekitar tempat tinggal Kiya menjadi geger, karena wanita itu memutuskan pindah dan mengosongkan rumah kontrakan pada malam hari, setelah isya. Memang sengaja pindah malam hari, karena agar warga tidak banyak berkumpul dan bertanya.Kiya tidak bersama bayinya, hanya menemani duduk di dalam mobil saja. Ada Jaelani yang mengangkut barang bersama dua orang temannya. Cukup satu kali angkut, maka semua barang sudah berpindah tempat ke kontrakan baru yang letaknya tidak jauh dari rumah Jaelani."Pindah, Neng Kiya? Bang Elang mana?""Istri melahirkan bayi lelaki lain, mana mungkin Bang Elang mau kembali lagi. Udah jijik kali.""Gak nyangka, ih ...!""Sudah, sudah, Mbak Kiya semoga betah di tempat baru. Mohon maaf jika selama beberapa tahun tinggal di sini, kami banyak menyusahkan Mbak Kiya," suara Bu RT menengahi. Kiya turun dari mobil tanpa bersuara. Ia hanya tersenyum sambil menga

  • Istri Muda   48. Berciuman di rumah sakit

    "Elangnya ke mana, Mbak Kiya?" tanya salah satu dari lima orang tetangga yang menjenguk Kiya dan bayinya hari ini di rumah sakit."Eh, itu ... mungkin di toko. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan," jawab Kiya dengan sedikit canggung. Kelima ibu itu saling pandang, lalu dengan ekor mata melirik seorang pemuda yang duduk tak jauh dari Kiya. Tidak ada pasien lagi di dalam ruangan, sudah pasti pemuda itu tengah menunggui Kiya dan bayinya."Oh, harusnya sebagai ayah baru, Elang gak usah masuk aja. Gimana sih ya?""Kejar setoran, Bu. Namanya sekarang jadi punya tiga anak," timpal ibu satunya lagi."Ya sudah, kami pulang dulu Mbak Kiya. Semoga lekas sehat ya. Ini ada titipan dari ibu-ibu RT kita, semoga manfaat. Ada beberapa kado juga yang dititipkan di saya, tapi nanti saat Mbak Kiya sudah di rumah saja.""Terima kasih ibu-ibu atas perhatiannya. Mudah-mudahan besok sudah bisa pulang." Kiya ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status