Petang ini, suasana hangat nampak jelas terlihat di kediaman Ayunda. Di rumah itu bahkan beberapa kali terdengar suara tawa yang menggema disela-sela perbincangan semua orang yang berada di sana. Orang-orang tersebut, terlihat mengenakan pakaian rapi demi menyambut tamu yang sebentar lagi akan hadir.Bukan hanya keluarga Ayunda saja yang berada di rumah itu. Beberapa tetangga terdekat mereka juga turut serta hadir atas permintaan pemilik rumah. Malik beserta keluarga, juga membutuhkan saksi dari tetangga karena peristiwa yang akan terjadi di rumah itu, merupakan peristiwa yang cukup penting.Tanpa orang-orang itu sadari, tak jauh dari rumah tersebut, ada dua pasang mata yang sedang mengawasi kehangatan di rumah itu, dari tempat yang agak gelap. Dua orang pemilik mata itu menatap penuh tanda tanya ke rumah Ayunda sejak beberapa saat yang lalu. Entah ada maksud apa dua orang itu melakukan hal aneh tersebut. Yang pasti dari gelagatnya, selain rasa heran, mereka juga menunjukan beberapa
Malam ini, acara lamaran berjalan dengan lancar. Dari acara tersebut, terjalin beberapa kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak diantaranya, kesepakatan tentang hari pernikahan yang akan berlangsung tiga hari dari sekarang.Awalnya pihak keluarga Ayunda nampak keberatan dengan keputusan itu, karena waktu tiga hari terlalu singkat dan mereka belum memiliki persiapan sama sekali.Namun dari pihak laki-laki malah tiidak mempermasalahkan akan hal itu, sebab semua biaya yang dibutuhkan dan segala keperlauan pernikahan, disiapkan oleh pihak laki-laki. Kedua belah pihak awalnya terus melakukan negoiasi, sampai pada akhirnya pihak Ayunda menyerah dan menyetujui kesepakatan tersebut.Sepanjang pembahasan kesepakatan yang terjadi antara dua keluarga, pihak dari keluarga laki-laki dibuat takjub dengan sikap yang Elang tunjukkan. Terutama Laras, wanita itu seperti melihat sisi lain dalam diri Elang yang kembali muncul setelah sisi itu hilang sekitar 14 tahun yang lalu.Elang nampak bersemang
"Sepertinya ada tamu, Pak," gumam Rumana begitu telinganya mendengar suara ketukan pintu. Bukan hanya dia, suami dan anak gadisnya juga mendengar suara ketukan tersebut sampai kepala ketiganya menoleh ke arah ruang tamu."Siapa yang bertamu jam segini?" Rumana kembali bersuara, saat matanya melihat petunjuk waktu yang terpajang di dinding, tepat di atas meja televisi. Di sana sudah menunjukan pukul sebelas malam."Mana nggak ada suaranya lagi," gerutunya."Mending jangan dibukain deh, Bu, biarkan aja. Takutnya malah orang jahat. Salah sendiri, bertamu cuma ketuk pintu doang," demel Ayunda sedikit kesal. Bagaimana mungkin tidak kesal, tamu itu sama sekali tidak bersuara, tapi malah mengetuk pintu sampai beberapa kali."Ya udah, mending Ibu masuk kamar aja," Rumana bangkit dan beranjak terlebih dahulu. Tak lama setelahnya Ayunda juga beranjak, dan terakhir, Malik yang tidak ada niat untuk menemui orang yang mengetuk pintu.Sementara itu di depan rumah Ayunda, orang yang sedari tadi men
Keesokan harinya, keluarga Ayunda sedang menjalankan pekerjaan pagi yang tidak seperti biasanya. Jika setiap pagi Ayunda akan sibuk belanja dan menyiapkan bahan untuk jualannya, pagi ini dia lebih santai, hanya membantu ibunya membersihkan rumah.Malik juga terlihat lebih santai dari hari sebelumnya. Biasanya tiap pagi, pria itu disibukan dengan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan barang dagangannya, tapi pagi ini, Malik terlihat sedang duduk sembari menikmati berita pagi di layar televisi.Yang nampak lebih sibuk hanya Rumana. Meski sebagian pekerjaan rumah sudah dipegang oleh Ayunda, tapi wanita itu harus tetap melakukan tugas lainnya seperti mempersiapkan keperluan dua anak laki-lakinya yang hendak berangkat sekolah."Lagi sibuk beres-beres, Yun," celetuk salah satu tetangga, yang sedang menjemur baju di halaman rumahnya. Ayunda yang saat itu sedang menyapu teras rumah, langsung mendongak dan mengarahkan pandangan matanya ke arah tetangga sembari melempar senyum. "Iya, Bu
Masih di waktu pagi menjelang siang, suasana yang sedari tadi cukup hangat, kini berubah menjadi agak tegang. Kedatangan dua tamu di rumah Ayunda, menyebabkan suasana pagi itu menjadi tak enak karena munculnya rasa kesal dan geram dalam benak si pemilik rumah."Kenapa kalian kembali lagi? Kalian nggak malu datang kemari? Apa uang hasil menjual sertifikat rumah ini sudah habis?" sebuah pertanyaan yang sangat menohok, keluar dari mulut Rumana. Setelah dari tadi kedua tamunya hanya berbasa-basi tanpa menunjukkan rasa bersalahnya, sekarang dua tamu yang tidak lain adalah Hisyam dan Wati, nampak menunduk dan saling lirik tanpa bisa membalas ucapan kakak ipar mereka."Bu," Malik langsung menatap isrinya. Dengan tatapan matanya, pria itu memberi peringatan kepada istrinya agar bisa menjaga ucapannya.Rumana sontak mendengus semakin kesal dengan sikap suaminya. "Kenapa, Pak? Ada yang salah dengan ucapan Ibu?" sungut Rumana."Mbak, kami sengaja datang ke sini, karena kami ingin minta maaf. Ka
"Mobil siapa itu, Yun?""Nggak tahu, Bu, baru lihat aku.""Mobilnya sangat bagus, apa mungkin milik Elang?"Ayunda hanya mengangkat kedua pundaknya sebagai jawaban.Kelima orang yang sedang duduk di ruang tamu, serentak memperhatikan mobil hitam yang baru saja terparkir di halaman rumah. Dengan benak yang diliputi pertanyaaan, mata mereka terus menatap ke arah mobil sampai seorang pria yang tidak mereka kenal keluar dari mobil tersebut."Permisi," pria itu kini sedikit berseru, menyapa penghuni rumah dari depan pintu. Mungkin dari teras rumah, pria tersebut sudah melihat kalau di ruang tamu ada orang, jadi pria itu memberi sapaan hanya satu kali saja dengan suara yang tidak terlalu lantang.Ayunda mendekat dan langsung menyapa pria yang usianya diperkirakan sudah memasuki angka 50 tahun. "Cari siapa ya, Pak?""Maaf, Non, Nona yang bernama Ayunda kan?""Iya, benar, saya sendiri.""Saya supirnya Nyonya Laras, Non. Saya diminta beliau untuk menjemput Nona."Semua telinga yang mendengar u
Masih di hari yang sama, Elang nampak sedang disibukan dengan beberapa berkas yang berserekan di atas mejanya. Meski sebagian telah dia periksa dan dikasih tanda tangan, masih ada beberapa berkas yang harus dia periksa lagi dengan teliti.Sebagai pemlik beberapa bisnis yang tersebar di berbagai tempat, Elang memang harus lebih teliti dalam memeriksa segala sesuatu yang berhubungan dengan usahanya. Melalui tumpukan berkas tersebut, Elang bisa mendapatkan informasi semua yang berhubungan dengan cabang perusahaannya yang ada di tempat lain."Permisi, Tuan," Aldi, sang asisten menyapanya, setelah tadi sempat mengetuk pintu. Pria yang sudah memiliki satu orang anak laki-laki itu mendekat tanpa membawa apapun di tangannya, membuat Elang yang sempat meliriknya, mengangkat alis mata kanannya."Ada apa?" tanya Elang khas dengan suara baritonnya. Pria itu masih asyik dengan berkas yang cukup membuatnya pria itu pusing."Di bawah ada Nona Ayunda, Tuan," jawaban dari mulut Aldi sukses membuat Ela
Saat ini, Ayunda sudah berada dalam satu mobil bersama pria yang akan menjadi suaminya. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya terdiam dengan perasaan yang cukup rumit. Ingin mengajak ngobrol calon suaminya, tapi pria itu nampak sedang fokus mengemudikan laju mobil yang dikendarainya.Bagi Ayunda, sikap Elang memang sangat membingungkan. Entah pada dasarnya pria itu memang pendiam atau bagaimana, tapi yang pasti wajah datar yang Elang tunjukkan, membuat Ayunda merasa serba salah.Dalam benak, sebenarnya Ayunda ingin mengajak Elang berbincang, tapi raut wajah yang ditunjukkan Elang, membuat gadis berlesung pipi itu mengurungkan niatnya."Di mana tempat yang akan kita kunjungi?" sebuah pertanyaan tiba-tiba meluncur dari mulut Elang. Meski wajahnya tanpa ekpresi, pertanyaan tersebut cukup membuat Ayunda terkejut sampai wanita itu menoleh dan menatapnya dengan tatapan bingung."Kenapa malah lihatin saya?" sebuah pertanyan kembali meluncur dan hal itu sukses memebuat Ayunda salah tingkah.M
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?