Botol bekas minumnya dibuangnya asal kelantai. Dia sengaja memancing amarah Nana. Sebatas mana kesabaran wanita yang sangat disanjung Burhan itu.âLihat tampilanmu yang begitu, lalat saja akan berpikir untuk hinggap.â Bella semakin geram.Bella ingin tahu berasal dari planet mana gadis ini. Tidak ada malu-malunya padahal dia sudah menghinanya.Ini kali pertama seorang Bella yang santun dan lemah lembut bicara kasar. Orang tuanya tak bosan mengingatkannya untuk menjaga nada bicara saat marah sekalipun.âDalam kamar juga kau melepaskan semua itukan. Kalau tidak, mana bisa bayi itu lahir.â Tary menunjuk pakaian yang dikenakan Bella dan melirik pada baby Zizi berada dalam gendongan Nana.âKau, cepat pergi dari sini. Atau Aku akan memanggil security menyeretmu keluar,â usir Bella.âApa hakmu mengusirku, sedang yang punya rumah ini saja tidak terganggu dengan kehadiranku. Dimana-mana memang pelakor itu selalu ingin menguasai,â papar Tary.âAku nyonya dirumah ini. Dan Aku tidak suka kau mene
âDia diruang kerja. Mau guyur-guyur, nunggu cover boy selesai lama,â sindir Bella menyusui baby Zizi menghadap tembok.âNak, Mami dan Bundamu jahat. Membiarkan Papi terjebak dengan manusia planet itu,â ucap Burhan yang ingin menyentuh pipi gembul putrinya. Tapi langsung ditepis Nana.âJangan sentuh anak kita selama masih ada bekas gadis itu. Sana mandi dulu,â sembur Nana.âIya, sana mandi dulu,â sambung Bella.âNanti saja, Abang mau tahu ada angin apa gadis itu berani kesini.â Burhan mendaratkan tubuhnya dikarpet. Tulang punggungnya terasa pegal, terlalu lama berdiri.Bella menceritakan semuanya tapi dia tidak serta-merta mengatakan kekesalannya.âTapi perlu Abang tahu Bundanya Zizi marah sekali, Bang. Dia tidak mau suaminya diambil orang,â ledek Nana.âSiapa yang tidak emosi. Dia dengan yakin mengatakan akan menjadi yang ketiga. Enak saja, gak sudi,â sembur Bella.âLalu Kakak Nana tercinta apa yang dia lakukan. Oo, Abang tahu, pasti dia diam sambil menahan senyum,â sindir Burhan.âKo
Maya mulai mengukur dan menghitung. Banyaknya derita hidup yang harus ditanggung Nana. Karna dendam yang tak pernah mendatangkan kepuasan.Maya masih ingin lagi dan lagi menikmati kesengsaraan Nana. Untung untuknya nyatanya juga tidak ada.âTa-tante.â suara Tary terdengar lemah membuyarkan lamunan Maya.âKamu sudah sadar,â tanya Maya mengulas senyum.âAku dimana? Mengapa Tante ada disini. Apa Aku sudah mati.â Tary memindai ruangan ini.âKamu dirumah sakit. Tadi Tante mendapatkan kamu tergelak dilantai.ââHarusnya Tante biarkan saja Aku mati.â Sudut matanya mengalir cairan bening.âKalau kau ingin mati jangan dirumahku. Aku tidak ingin disalahkan orang tuamu atas kematianmu,â cecar Maya.âTidak akan. Mereka saja lupa punya anak. Orang tuaku tidak pernah peduli, Tante,â lirih Tary.âMereka bukan lupa, hanya sibuk-ââSibuk dengan selingkuhannya masing-masingkan, Tante,â sanggah Tary menghentikan ucapan Maya.âTary, jangan lakukan hal bodoh. Jangan lukai dirimu sendiri lagi. Tante mohon,â
Nana harus bisa punya anak walau hanya satu orang. Anak itu adalah ahli waris sah atas harta peninggalan mendiang orang tua Kakak madunya ini.Bella sangat paham anaknya tidak ada hak untuk mendapatkan semua ini. Baby Zizi tidak ada hubungan darah dengan sang pemilik harta.âSelain itu dia pesan apa lagi?â tanya Burhan menengahi.âGak ada hanya itu, dia mengatakan kalau bisa secepatnya. Mengingat umur Nana yang tidak muda lagi. Usia produktifnya tinggal sedikit lagi,â jelas Ferdi.âMenurutmu bagaimana, Dik. Abang rasa sebaiknya kita periksa saja. Kamu mau ya,â ujar Burhan penuh harap.âAku akan pikirkan lagi, Aku sudah tidak berharap lagi. Toh, sekarang sudah ada Zizi. Dan itu sudah cukup,â timpal Nana berusaha meredam perasaannya.âMANDUL'Rangkaian lima huruf sangat horor bagi mereka yang dapatkan predikatnya.Tidak terkecuali Nana, nyalinya seketika menciut. Kehadiran anak bagi orang yang telah berumah tangga.Hal yang paling penting, saat bertemu dengan siapa pun yang pertama dita
âSelamat pagi nenek,â sapa Bella mengendong bayinya melintasi dapur.Bayi mungil itu akan berjemur dibawah cahaya matahari pagi.âEh, cucu nenek sudah wangi,â sahut Bi Siti mendekati Bella.âYang lain belum bangun, Bi.â Tanya Bella.âBelum, hawa dingin enak buat tidur. Tapi Bibi gak bisa bangun ninggi hari.â Bi Siti mengambil alih baby Zizi.âAku juga. Makanya kami sudah wangi, Nek.ââBiar Bibi yang jemur cucu sayang ini, Bundanya mamam dulu. Isi bensin yang banyak supaya mik Zizi banyak.â Bi Siti mengecup pipi gembul bayi mungil itu.Bi Siti berjalan kehalaman belakang. Tempat yang lantang terkena sinar matahari.Sedang Bella menikmatinya sarapannya. Yang hambar dilidahnya, seret ditelan.Pikiran tertuju pada Nana, wanita sebaik itu harus mengalami banyak cobaan. Semalam hanya beberapa jam saja dia dapat terlelap.Mandul, kata itu terus mengusiknya. Dia sangat prihatin, andai bisa. Ingin dia donorkan rahimnya untuk Nana.Kakak madunya itu telah memberikan banyak. Namun dia tidak mamp
Tary dari tadi bolak balik dibrankar. Dia SEO diri diruang itu sang Tante sedang mencari makan.âKita sudah bisa pulangkan, Tante. Aku bosan berada disini,â rutuk Tary saat Maya baru masuk ditangan menenteng kantong plastik. Berisi makanan dan buah yang dibelinya. Pada pedagang yang menjajakan jualannya sekitar rumah sakit.âHarusnya sebelum kau mengiris nadimu. Siapkan mentalmu untuk betah berada disini,â ketus Maya. âIni makanlah, agar kau punya banyak tenaga untuk menghadapi perceraian orang tuamu.ââMereka akan berpisah, Tante. Mereka sungguh tidak menganggap keberadaanku,â lirih Tary meraih mangkuk berisi bubur ayam yang sodorkan Maya.âKamu harus buktikan pada ayah dan ibumu. Kamu bisa sukses tanpa campur tangan mereka,â ungkap Maya membangun semangat dari putri semata wayang kakaknya.âAku harus membujuk Burhan untuk menyemangati Tary. Tak masalah jika harus memohon asal dia bersedia membantu,â batin Maya.Maya mengatakan pada Tary akan pulang sebentar. Dia harus segera bicara
âMaya Cahayadiningrat , saya Nayla Rahmawati binti Abdul Razak. Putri tunggal dari ibu Rahayu. Apa anda mengenali saya. Mama Maya yanby terhormat,â sanggah Nana menggeram.Nana sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengangkat suara. Wanita yang dia panggil Mama itu. Semakin mengelunjak tidak berpikir kalimatnya melukai banyak orang.âNayla Rahmawati, Nanaku sayang Nanaku malang. Kamu mengenali Mama, Nak,â tanya Maya mata mengarah pada wanita yang berusaha tenang.âApa kurang cukup yang Mama berbuat pada saya dulu, hingga sekarang Mama ingin merampas suami saya.â Nana berdiri mengikis jarak dengan wanita yang dikiranya malaikat.âBaguslah kau sudah tahu, jadi tolong minta suamimu menikahi Tary. Sama yang kau lakukan pada pelakor itu, Mama yakin kalian akan bisa hidup damai. Mama tidak merampas, kau cukup berbagi saja.â Maya menyentuh pipi mulus Nana.âKembalikan rahim saya,â tekan Nana singkat menepis tangan Maya.âNa, kamu sayang Mama-kan. Bisa kamu mengabulkan permintaan Mama ini,â buju
âSudah Tante, ayo kita pulang. Jangan buat keributan disini,â bisik Tary yang masih mencekal lengan Maya.âIya bawa Tantemu, pergi dari sini,â celetuk Bella.âTunggu dulu Tary, urusanku belum selesai. Burhan harus bertanggung jawab pada apa yang terjadi padamu,â tolak Maya.Burhan melirik kearah Tary, benar dipergelangan tangan kirinya ada luka yang masih diperban.Maya tidak bohong, tapi untuk apa gadis itu melukai diri sendiri. Sebesar apa harapan gadis itu yang dia patahkan.Bella mencubit perut Burhan, saat tahu mata Burhan tidak beralih dari gadis baru datang itu.âSakit tau,â bisik Burhan menggosok bekas cubitan Bella.âItu akibatnya tidak bisa menjaga mata,â tekan Bella nada sepelan mungkin.Tary menggunakan seluruh tenaganya untuk membawa Maya pergi dari sana. Maya pun yang hampir terpojok pasrah mengikutinya.Nana berbalik dan merangkul Bi Siti. Pertahanannya roboh seiring perginya Maya dan Tary.âMenangislah luapkan semua kesedihanmu saat ini. Esok kau harus berjanji tidak a
Hati Maya kembali tersayat entah untuk keberapa kalinya.âTunggu sebentar Nduk,â sahut Mbah Ipeh yang sedang melayani pasiennya dari dalam gubuknya.Tempat Nana terjatuh memang tidak begitu jauh dari tempat tinggal wanita tua itu.Itu sebabnya Maya membawanya kesana. Untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sebelum nanti dibawa kerumah sakit yang berjarak cukup jauh dari desa.Maya sudah yang sudah beberapa kali kesana. Tentu sangat hapal jalannya yang masih dipenuhi semak belukar.Ya, wanita itu juga salah satu pasien dukun kampung itu. Yang terkenal mempunyai ilmu hitam yang tinggi.Dalam satu kedipan mata bisa membunuh korbannya. Mereka yang datang kesana pasti mempunyai dendam.âIni siapa Maya,â tanya Mbah Ipeh keluar menemuinya yang duduk diamben menangku Nana.Sesaat pengguna jasanya pergi dari sana. Dari penampilan bisa ditebak wanita itu merupakan bukan wanita yang baik.âIni anak tiri saya, Mbah. Itu tadi siapa?â tanya Maya penasaran.âDia itu yang kerja diwarung dekat kebun it
âSudah Tante, ayo kita pulang. Jangan buat keributan disini,â bisik Tary yang masih mencekal lengan Maya.âIya bawa Tantemu, pergi dari sini,â celetuk Bella.âTunggu dulu Tary, urusanku belum selesai. Burhan harus bertanggung jawab pada apa yang terjadi padamu,â tolak Maya.Burhan melirik kearah Tary, benar dipergelangan tangan kirinya ada luka yang masih diperban.Maya tidak bohong, tapi untuk apa gadis itu melukai diri sendiri. Sebesar apa harapan gadis itu yang dia patahkan.Bella mencubit perut Burhan, saat tahu mata Burhan tidak beralih dari gadis baru datang itu.âSakit tau,â bisik Burhan menggosok bekas cubitan Bella.âItu akibatnya tidak bisa menjaga mata,â tekan Bella nada sepelan mungkin.Tary menggunakan seluruh tenaganya untuk membawa Maya pergi dari sana. Maya pun yang hampir terpojok pasrah mengikutinya.Nana berbalik dan merangkul Bi Siti. Pertahanannya roboh seiring perginya Maya dan Tary.âMenangislah luapkan semua kesedihanmu saat ini. Esok kau harus berjanji tidak a
âMaya Cahayadiningrat , saya Nayla Rahmawati binti Abdul Razak. Putri tunggal dari ibu Rahayu. Apa anda mengenali saya. Mama Maya yanby terhormat,â sanggah Nana menggeram.Nana sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengangkat suara. Wanita yang dia panggil Mama itu. Semakin mengelunjak tidak berpikir kalimatnya melukai banyak orang.âNayla Rahmawati, Nanaku sayang Nanaku malang. Kamu mengenali Mama, Nak,â tanya Maya mata mengarah pada wanita yang berusaha tenang.âApa kurang cukup yang Mama berbuat pada saya dulu, hingga sekarang Mama ingin merampas suami saya.â Nana berdiri mengikis jarak dengan wanita yang dikiranya malaikat.âBaguslah kau sudah tahu, jadi tolong minta suamimu menikahi Tary. Sama yang kau lakukan pada pelakor itu, Mama yakin kalian akan bisa hidup damai. Mama tidak merampas, kau cukup berbagi saja.â Maya menyentuh pipi mulus Nana.âKembalikan rahim saya,â tekan Nana singkat menepis tangan Maya.âNa, kamu sayang Mama-kan. Bisa kamu mengabulkan permintaan Mama ini,â buju
Tary dari tadi bolak balik dibrankar. Dia SEO diri diruang itu sang Tante sedang mencari makan.âKita sudah bisa pulangkan, Tante. Aku bosan berada disini,â rutuk Tary saat Maya baru masuk ditangan menenteng kantong plastik. Berisi makanan dan buah yang dibelinya. Pada pedagang yang menjajakan jualannya sekitar rumah sakit.âHarusnya sebelum kau mengiris nadimu. Siapkan mentalmu untuk betah berada disini,â ketus Maya. âIni makanlah, agar kau punya banyak tenaga untuk menghadapi perceraian orang tuamu.ââMereka akan berpisah, Tante. Mereka sungguh tidak menganggap keberadaanku,â lirih Tary meraih mangkuk berisi bubur ayam yang sodorkan Maya.âKamu harus buktikan pada ayah dan ibumu. Kamu bisa sukses tanpa campur tangan mereka,â ungkap Maya membangun semangat dari putri semata wayang kakaknya.âAku harus membujuk Burhan untuk menyemangati Tary. Tak masalah jika harus memohon asal dia bersedia membantu,â batin Maya.Maya mengatakan pada Tary akan pulang sebentar. Dia harus segera bicara
âSelamat pagi nenek,â sapa Bella mengendong bayinya melintasi dapur.Bayi mungil itu akan berjemur dibawah cahaya matahari pagi.âEh, cucu nenek sudah wangi,â sahut Bi Siti mendekati Bella.âYang lain belum bangun, Bi.â Tanya Bella.âBelum, hawa dingin enak buat tidur. Tapi Bibi gak bisa bangun ninggi hari.â Bi Siti mengambil alih baby Zizi.âAku juga. Makanya kami sudah wangi, Nek.ââBiar Bibi yang jemur cucu sayang ini, Bundanya mamam dulu. Isi bensin yang banyak supaya mik Zizi banyak.â Bi Siti mengecup pipi gembul bayi mungil itu.Bi Siti berjalan kehalaman belakang. Tempat yang lantang terkena sinar matahari.Sedang Bella menikmatinya sarapannya. Yang hambar dilidahnya, seret ditelan.Pikiran tertuju pada Nana, wanita sebaik itu harus mengalami banyak cobaan. Semalam hanya beberapa jam saja dia dapat terlelap.Mandul, kata itu terus mengusiknya. Dia sangat prihatin, andai bisa. Ingin dia donorkan rahimnya untuk Nana.Kakak madunya itu telah memberikan banyak. Namun dia tidak mamp
Nana harus bisa punya anak walau hanya satu orang. Anak itu adalah ahli waris sah atas harta peninggalan mendiang orang tua Kakak madunya ini.Bella sangat paham anaknya tidak ada hak untuk mendapatkan semua ini. Baby Zizi tidak ada hubungan darah dengan sang pemilik harta.âSelain itu dia pesan apa lagi?â tanya Burhan menengahi.âGak ada hanya itu, dia mengatakan kalau bisa secepatnya. Mengingat umur Nana yang tidak muda lagi. Usia produktifnya tinggal sedikit lagi,â jelas Ferdi.âMenurutmu bagaimana, Dik. Abang rasa sebaiknya kita periksa saja. Kamu mau ya,â ujar Burhan penuh harap.âAku akan pikirkan lagi, Aku sudah tidak berharap lagi. Toh, sekarang sudah ada Zizi. Dan itu sudah cukup,â timpal Nana berusaha meredam perasaannya.âMANDUL'Rangkaian lima huruf sangat horor bagi mereka yang dapatkan predikatnya.Tidak terkecuali Nana, nyalinya seketika menciut. Kehadiran anak bagi orang yang telah berumah tangga.Hal yang paling penting, saat bertemu dengan siapa pun yang pertama dita
Maya mulai mengukur dan menghitung. Banyaknya derita hidup yang harus ditanggung Nana. Karna dendam yang tak pernah mendatangkan kepuasan.Maya masih ingin lagi dan lagi menikmati kesengsaraan Nana. Untung untuknya nyatanya juga tidak ada.âTa-tante.â suara Tary terdengar lemah membuyarkan lamunan Maya.âKamu sudah sadar,â tanya Maya mengulas senyum.âAku dimana? Mengapa Tante ada disini. Apa Aku sudah mati.â Tary memindai ruangan ini.âKamu dirumah sakit. Tadi Tante mendapatkan kamu tergelak dilantai.ââHarusnya Tante biarkan saja Aku mati.â Sudut matanya mengalir cairan bening.âKalau kau ingin mati jangan dirumahku. Aku tidak ingin disalahkan orang tuamu atas kematianmu,â cecar Maya.âTidak akan. Mereka saja lupa punya anak. Orang tuaku tidak pernah peduli, Tante,â lirih Tary.âMereka bukan lupa, hanya sibuk-ââSibuk dengan selingkuhannya masing-masingkan, Tante,â sanggah Tary menghentikan ucapan Maya.âTary, jangan lakukan hal bodoh. Jangan lukai dirimu sendiri lagi. Tante mohon,â
âDia diruang kerja. Mau guyur-guyur, nunggu cover boy selesai lama,â sindir Bella menyusui baby Zizi menghadap tembok.âNak, Mami dan Bundamu jahat. Membiarkan Papi terjebak dengan manusia planet itu,â ucap Burhan yang ingin menyentuh pipi gembul putrinya. Tapi langsung ditepis Nana.âJangan sentuh anak kita selama masih ada bekas gadis itu. Sana mandi dulu,â sembur Nana.âIya, sana mandi dulu,â sambung Bella.âNanti saja, Abang mau tahu ada angin apa gadis itu berani kesini.â Burhan mendaratkan tubuhnya dikarpet. Tulang punggungnya terasa pegal, terlalu lama berdiri.Bella menceritakan semuanya tapi dia tidak serta-merta mengatakan kekesalannya.âTapi perlu Abang tahu Bundanya Zizi marah sekali, Bang. Dia tidak mau suaminya diambil orang,â ledek Nana.âSiapa yang tidak emosi. Dia dengan yakin mengatakan akan menjadi yang ketiga. Enak saja, gak sudi,â sembur Bella.âLalu Kakak Nana tercinta apa yang dia lakukan. Oo, Abang tahu, pasti dia diam sambil menahan senyum,â sindir Burhan.âKo
Botol bekas minumnya dibuangnya asal kelantai. Dia sengaja memancing amarah Nana. Sebatas mana kesabaran wanita yang sangat disanjung Burhan itu.âLihat tampilanmu yang begitu, lalat saja akan berpikir untuk hinggap.â Bella semakin geram.Bella ingin tahu berasal dari planet mana gadis ini. Tidak ada malu-malunya padahal dia sudah menghinanya.Ini kali pertama seorang Bella yang santun dan lemah lembut bicara kasar. Orang tuanya tak bosan mengingatkannya untuk menjaga nada bicara saat marah sekalipun.âDalam kamar juga kau melepaskan semua itukan. Kalau tidak, mana bisa bayi itu lahir.â Tary menunjuk pakaian yang dikenakan Bella dan melirik pada baby Zizi berada dalam gendongan Nana.âKau, cepat pergi dari sini. Atau Aku akan memanggil security menyeretmu keluar,â usir Bella.âApa hakmu mengusirku, sedang yang punya rumah ini saja tidak terganggu dengan kehadiranku. Dimana-mana memang pelakor itu selalu ingin menguasai,â papar Tary.âAku nyonya dirumah ini. Dan Aku tidak suka kau mene