Nana yang terkejut oleh ulahnya. Sontak mendorong tubuh besarnya, hingga terjungkal ke belakang.
“Abang.” Nana mengusap matanya menyaksikan tubuh suaminya terlentang di lantai.
“Perkasa juga kamu, Dik.”
“Abang sih, ngagetin. Ini kan bukan kamarku. Aku kira siapa, jika di kamarku. Sudah pasti suami tercinta tanpa perlu buka mata.”
“Maaf, sayang.” Burhan menangkupkan tangannya di dada.
“Sakit gak?” Nana turun dari ranjang membantu Burhan untuk berhenti.
“Encok ne.” Burhan menunjuk pinggangnya dengan meringis.
“Nanti Aku pijit.” Nana mengusap bagian
“Poto? Foto apa. Kalian menyembunyikan sesuatu,” timpal Burhan mengerutkan dahinya.Dan, benar saja dugaan Bella tidak meleset. Mau tak mau rahasia mereka terungkap akhirnya.“Foto yang dikirim orang suruhan Maya,” aku Bella yang melihat Nana gelagapan.“Gambar Abang tidur berdua dengan gadis itu. Hingga surat ancaman agar kami meninggalkan Abang,” jelas Nana yang telah berhasil mengontrol perasaan.“Gadis itu benar-benar tidak waras. Mana barang buktinya.” Burhan ingin melihat seperti apa posenya. Gadis begajulan itu memang harus diberikan pelajaran. Apa sebenarnya tujuannya mengusik ketentraman keluarga ini.“Sudah kami bakar, maaf kami hanya tidak ingin menambah beban A
“Emangnya kamu siapa?” reflek Bi Siti memelintir lengan Tary karna telah mengagetkannya.“Sa-sakit, orang tua,” teriak Tary tenaga Bi Siti boleh diacungi jempol. Dia mampu mengunci tubuh Tary.Beberapa saat kemudian dilepaskan, karna gadis itu sangat kesakitan.“Pembokat aja belagu.” Tary ingin membalas tapi tangannya ditarik Maya.“Justru karna pembokatlah saya wajib melindungi majikan saya. Dari orang-orang yang ingin menyakitinya,” sembur Bi Siti.“Si*lan, ngelunjak ya. Sadar anda itu hanya pelayan pesuruh. Jangan sok mau jadi malaikat pelindung.” tekan Tary mulai naik pitam.Sikap Bi Siti yang santai dan tidak takut m
Ini serba kebetulan, tapi bukan tidak mungkin Tuhan punya alasan. Mengapa akhirnya Maya kembali, apa ada urusan yang belum selesai.Jika iya, urusan yang mana. Seingatnya tidak ada satupun waktu Nana lepas dari pengawasannya. Seluruh yang dialami Nana dia tahu.Atau ini ada hubungannya tentang rahim Nana. Bi Siti merasakan sakit di kepala karna berpikir sangat keras.Dari pada pusing mikirin Maya. Lebih baik dia membuat sarapan untuk ketiga majikannya.Bi Siti menuju wilayah kekuasaannya. Setelah mengguyur air ke badan dan berganti pakaian.Tangannya lincah meracik bumbu untuk masakan. Sesekali melirik jam dengan karakter hello Kitty menempel di tembok.Sudah pukul setengah tujuh,
Sepanjang perjalanan Bella terus merintih, sakitnya luar biasa. Sudah diambang batas rasa sakit orang biasanya.Burhan berusaha tetap menjaga konsentrasi melihat jalan. Serta tidak terpengaruh oleh rintihan Bella yang memilukan.Nana yang dari tadi berusaha tidak meneteskan air mata. Kini sudah berlinang air mata, sungguh dia tidak sanggup melihat ini semua.Dirumah Bi Siti menghubungi Marwa dan Sopie. Mengabarkan bahwa Bella akan melahirkan.Marwa yang mendapat kabar bahagia itu. Segera berkemas, tak dapat dipungkiri dia amat bahagia.Akhirnya dia akan menimang cucu yang akan meneruskan nasab mendiang suaminya.“Amel,” Marwa bukan mengetuk tapi menggedor pintu kamar A
“Kurang tahu saya, Nya,” jawab Bi Siti.Dia tadi memang tidak bertanya karna saking paniknya.“Sudahlah, lanjutkan pekerjaanmu.” Marwa meninggalkannya dan bergabung dengan dua anaknya.Drrrtt ... Drrrtt.Gawainya berdering panggilan dari nomor Burhan.“Assalamualaikum, Ma.”“Wa’alaikumsalam, dirumah sakit mana?”“Mama dan yang lain dirumah saja. Besok pagi kami sudah boleh pulang, siapkan saja makanan yang banyak untuk ibu menyusui ini.”“Sudah lahirkah, Alhamdulillah.”
Kehadiran baby Zizi telah membawa warna dan harapan baru bagi keluarga itu. Satu dekade menanti akhirnya terwujud.Terlahir bukan dari rahim Nana, tetapi dia akan tetap menjadi sang pewaris.“Mami sangat menyayangimu, tak akan ada satupun orang yang bisa menyakitimu. Selama Mami masih ada didunia ini,” bisik Nana sembari mengecup pipi gembul yang kembang kempis karna menghisap sumber makanan.“Jadilah wanita tangguh, agar kelak bisa merawat Mami dan Bunda,” sambung Bella mengeratkan dekapannya gemas.Dua istri buhan itu berbagi tugas dalam menjaga anggota baru itu. Tugas merawat jadi tugas Nana. Selama Bella belum sembuh, Bella hanya menyusui.Kesibukan mengurus bayi kecil, hingga melupakan bayi besar. Juga harus diurus dan diperhatikan.Burhan tidak mempermasalahkan harus diabaikan. Dia juga sedang bahagia, bayi mungil mirip dengannya. Selalu memaksanya untuk segera pulang.Acara tasyakuran akan digelar di panti saja. Sesuai permintaan Marwa, akan dilaksanakan pada hari ketujuh.Ber
Burhan teringat akan Mbah Ipeh yang masih tinggal bersama Ferdi. Sudah saatnya dia membawa Nana bertemu wanita renta itu.Kabar yang diberikan Romlah tadi sangat mengganggunya. Raganya memang berada disini tapi pikirannya berkelana.Sangat hafal Burhan hanya mampu menatap dari tempatnya.Rentetan acara tasyakuran dimulai. Hingga tausiyah dari ustadz usia. Saat ini tinggal acara ramah tamah.Baik Burhan maupun Nana tidak dapat menikmati acara ini. Acara yang mereka nanti-nantikan sepanjang kebersamaan.Satu persatu tamu undangan yang telah selesai menikmati hidangan. Bergiliran mengucapkan selamat lalu meninggalkan tempat itu.Tepat azan zhuhur semua tamu telah pulang semua. Tersisa Burhan sekeluarga dan sang ustadz.Bella memintanya untuk menginap semalam di panti. Sekalian memberi tausiyah pada penghuni panti. Setelah sholat magrib dan sholat subuh esok hari.“Ini pasti rencana kalian berduakan?” tanya Amel.Dia dan kedua Kakak iparnya serta baby Zizi berada dikamar yang khusus untuk
Nana dan Bella cukup menyimak, ini masalah intern keluarga suami mereka. Tidak ada hak untuk mereka ikut campur. Selama pemuda pilihan Burhan itu memang terbaik.“Kalau Mama?” Sopie beralih pada Marwa yang dari tadi bungkam tapi raut wajahnya bahagia.“Mama ikut saja, asal adik kalian mau. Sebab yang akan menikah dia. Dia yang akan menghabiskan sisa hidupnya dengan ustadz itu.” Imbuh Marwa.“Aku punya permintaan, setelah Amel menikah Mama harus mau tinggal sama kami. Tidak ada alasan lagi Mama menolak,” sanggah Nana.“Yang penting Amel nikah dulu. Bagaimana setelahnya kita pikirkan nanti saja. Mama bisa tinggal dimana Mama mau. Pintu rumahku terbuka lebar menyambut Mama,” cerocos Sopie.Marwa kembali tercenung, belum Amel dilamar. Belum punya anak-anaknya rebutan merawatnya.Marwa sangat bersyukur dikelilingi anak dan menantu yang berbakti. Kebahagiaannya sudah sempurna, dia iklas jika Tuhan mengambilnya.Tidak ada lagi yang urusannya yang tertunda. Selepas pernikahan putri bungsunya
Hati Maya kembali tersayat entah untuk keberapa kalinya.“Tunggu sebentar Nduk,” sahut Mbah Ipeh yang sedang melayani pasiennya dari dalam gubuknya.Tempat Nana terjatuh memang tidak begitu jauh dari tempat tinggal wanita tua itu.Itu sebabnya Maya membawanya kesana. Untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sebelum nanti dibawa kerumah sakit yang berjarak cukup jauh dari desa.Maya sudah yang sudah beberapa kali kesana. Tentu sangat hapal jalannya yang masih dipenuhi semak belukar.Ya, wanita itu juga salah satu pasien dukun kampung itu. Yang terkenal mempunyai ilmu hitam yang tinggi.Dalam satu kedipan mata bisa membunuh korbannya. Mereka yang datang kesana pasti mempunyai dendam.“Ini siapa Maya,” tanya Mbah Ipeh keluar menemuinya yang duduk diamben menangku Nana.Sesaat pengguna jasanya pergi dari sana. Dari penampilan bisa ditebak wanita itu merupakan bukan wanita yang baik.“Ini anak tiri saya, Mbah. Itu tadi siapa?” tanya Maya penasaran.“Dia itu yang kerja diwarung dekat kebun it
“Sudah Tante, ayo kita pulang. Jangan buat keributan disini,” bisik Tary yang masih mencekal lengan Maya.“Iya bawa Tantemu, pergi dari sini,” celetuk Bella.“Tunggu dulu Tary, urusanku belum selesai. Burhan harus bertanggung jawab pada apa yang terjadi padamu,” tolak Maya.Burhan melirik kearah Tary, benar dipergelangan tangan kirinya ada luka yang masih diperban.Maya tidak bohong, tapi untuk apa gadis itu melukai diri sendiri. Sebesar apa harapan gadis itu yang dia patahkan.Bella mencubit perut Burhan, saat tahu mata Burhan tidak beralih dari gadis baru datang itu.“Sakit tau,” bisik Burhan menggosok bekas cubitan Bella.“Itu akibatnya tidak bisa menjaga mata,” tekan Bella nada sepelan mungkin.Tary menggunakan seluruh tenaganya untuk membawa Maya pergi dari sana. Maya pun yang hampir terpojok pasrah mengikutinya.Nana berbalik dan merangkul Bi Siti. Pertahanannya roboh seiring perginya Maya dan Tary.“Menangislah luapkan semua kesedihanmu saat ini. Esok kau harus berjanji tidak a
“Maya Cahayadiningrat , saya Nayla Rahmawati binti Abdul Razak. Putri tunggal dari ibu Rahayu. Apa anda mengenali saya. Mama Maya yanby terhormat,” sanggah Nana menggeram.Nana sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengangkat suara. Wanita yang dia panggil Mama itu. Semakin mengelunjak tidak berpikir kalimatnya melukai banyak orang.“Nayla Rahmawati, Nanaku sayang Nanaku malang. Kamu mengenali Mama, Nak,” tanya Maya mata mengarah pada wanita yang berusaha tenang.“Apa kurang cukup yang Mama berbuat pada saya dulu, hingga sekarang Mama ingin merampas suami saya.” Nana berdiri mengikis jarak dengan wanita yang dikiranya malaikat.“Baguslah kau sudah tahu, jadi tolong minta suamimu menikahi Tary. Sama yang kau lakukan pada pelakor itu, Mama yakin kalian akan bisa hidup damai. Mama tidak merampas, kau cukup berbagi saja.” Maya menyentuh pipi mulus Nana.“Kembalikan rahim saya,” tekan Nana singkat menepis tangan Maya.“Na, kamu sayang Mama-kan. Bisa kamu mengabulkan permintaan Mama ini,” buju
Tary dari tadi bolak balik dibrankar. Dia SEO diri diruang itu sang Tante sedang mencari makan.“Kita sudah bisa pulangkan, Tante. Aku bosan berada disini,” rutuk Tary saat Maya baru masuk ditangan menenteng kantong plastik. Berisi makanan dan buah yang dibelinya. Pada pedagang yang menjajakan jualannya sekitar rumah sakit.“Harusnya sebelum kau mengiris nadimu. Siapkan mentalmu untuk betah berada disini,” ketus Maya. “Ini makanlah, agar kau punya banyak tenaga untuk menghadapi perceraian orang tuamu.”“Mereka akan berpisah, Tante. Mereka sungguh tidak menganggap keberadaanku,” lirih Tary meraih mangkuk berisi bubur ayam yang sodorkan Maya.“Kamu harus buktikan pada ayah dan ibumu. Kamu bisa sukses tanpa campur tangan mereka,” ungkap Maya membangun semangat dari putri semata wayang kakaknya.“Aku harus membujuk Burhan untuk menyemangati Tary. Tak masalah jika harus memohon asal dia bersedia membantu,” batin Maya.Maya mengatakan pada Tary akan pulang sebentar. Dia harus segera bicara
“Selamat pagi nenek,” sapa Bella mengendong bayinya melintasi dapur.Bayi mungil itu akan berjemur dibawah cahaya matahari pagi.“Eh, cucu nenek sudah wangi,” sahut Bi Siti mendekati Bella.“Yang lain belum bangun, Bi.” Tanya Bella.“Belum, hawa dingin enak buat tidur. Tapi Bibi gak bisa bangun ninggi hari.” Bi Siti mengambil alih baby Zizi.“Aku juga. Makanya kami sudah wangi, Nek.”“Biar Bibi yang jemur cucu sayang ini, Bundanya mamam dulu. Isi bensin yang banyak supaya mik Zizi banyak.” Bi Siti mengecup pipi gembul bayi mungil itu.Bi Siti berjalan kehalaman belakang. Tempat yang lantang terkena sinar matahari.Sedang Bella menikmatinya sarapannya. Yang hambar dilidahnya, seret ditelan.Pikiran tertuju pada Nana, wanita sebaik itu harus mengalami banyak cobaan. Semalam hanya beberapa jam saja dia dapat terlelap.Mandul, kata itu terus mengusiknya. Dia sangat prihatin, andai bisa. Ingin dia donorkan rahimnya untuk Nana.Kakak madunya itu telah memberikan banyak. Namun dia tidak mamp
Nana harus bisa punya anak walau hanya satu orang. Anak itu adalah ahli waris sah atas harta peninggalan mendiang orang tua Kakak madunya ini.Bella sangat paham anaknya tidak ada hak untuk mendapatkan semua ini. Baby Zizi tidak ada hubungan darah dengan sang pemilik harta.“Selain itu dia pesan apa lagi?” tanya Burhan menengahi.“Gak ada hanya itu, dia mengatakan kalau bisa secepatnya. Mengingat umur Nana yang tidak muda lagi. Usia produktifnya tinggal sedikit lagi,” jelas Ferdi.“Menurutmu bagaimana, Dik. Abang rasa sebaiknya kita periksa saja. Kamu mau ya,” ujar Burhan penuh harap.“Aku akan pikirkan lagi, Aku sudah tidak berharap lagi. Toh, sekarang sudah ada Zizi. Dan itu sudah cukup,” timpal Nana berusaha meredam perasaannya.‘MANDUL'Rangkaian lima huruf sangat horor bagi mereka yang dapatkan predikatnya.Tidak terkecuali Nana, nyalinya seketika menciut. Kehadiran anak bagi orang yang telah berumah tangga.Hal yang paling penting, saat bertemu dengan siapa pun yang pertama dita
Maya mulai mengukur dan menghitung. Banyaknya derita hidup yang harus ditanggung Nana. Karna dendam yang tak pernah mendatangkan kepuasan.Maya masih ingin lagi dan lagi menikmati kesengsaraan Nana. Untung untuknya nyatanya juga tidak ada.“Ta-tante.” suara Tary terdengar lemah membuyarkan lamunan Maya.“Kamu sudah sadar,” tanya Maya mengulas senyum.“Aku dimana? Mengapa Tante ada disini. Apa Aku sudah mati.” Tary memindai ruangan ini.“Kamu dirumah sakit. Tadi Tante mendapatkan kamu tergelak dilantai.”“Harusnya Tante biarkan saja Aku mati.” Sudut matanya mengalir cairan bening.“Kalau kau ingin mati jangan dirumahku. Aku tidak ingin disalahkan orang tuamu atas kematianmu,” cecar Maya.“Tidak akan. Mereka saja lupa punya anak. Orang tuaku tidak pernah peduli, Tante,” lirih Tary.“Mereka bukan lupa, hanya sibuk-““Sibuk dengan selingkuhannya masing-masingkan, Tante,” sanggah Tary menghentikan ucapan Maya.“Tary, jangan lakukan hal bodoh. Jangan lukai dirimu sendiri lagi. Tante mohon,”
“Dia diruang kerja. Mau guyur-guyur, nunggu cover boy selesai lama,” sindir Bella menyusui baby Zizi menghadap tembok.“Nak, Mami dan Bundamu jahat. Membiarkan Papi terjebak dengan manusia planet itu,” ucap Burhan yang ingin menyentuh pipi gembul putrinya. Tapi langsung ditepis Nana.“Jangan sentuh anak kita selama masih ada bekas gadis itu. Sana mandi dulu,” sembur Nana.“Iya, sana mandi dulu,” sambung Bella.“Nanti saja, Abang mau tahu ada angin apa gadis itu berani kesini.” Burhan mendaratkan tubuhnya dikarpet. Tulang punggungnya terasa pegal, terlalu lama berdiri.Bella menceritakan semuanya tapi dia tidak serta-merta mengatakan kekesalannya.“Tapi perlu Abang tahu Bundanya Zizi marah sekali, Bang. Dia tidak mau suaminya diambil orang,” ledek Nana.“Siapa yang tidak emosi. Dia dengan yakin mengatakan akan menjadi yang ketiga. Enak saja, gak sudi,” sembur Bella.“Lalu Kakak Nana tercinta apa yang dia lakukan. Oo, Abang tahu, pasti dia diam sambil menahan senyum,” sindir Burhan.“Ko
Botol bekas minumnya dibuangnya asal kelantai. Dia sengaja memancing amarah Nana. Sebatas mana kesabaran wanita yang sangat disanjung Burhan itu.“Lihat tampilanmu yang begitu, lalat saja akan berpikir untuk hinggap.” Bella semakin geram.Bella ingin tahu berasal dari planet mana gadis ini. Tidak ada malu-malunya padahal dia sudah menghinanya.Ini kali pertama seorang Bella yang santun dan lemah lembut bicara kasar. Orang tuanya tak bosan mengingatkannya untuk menjaga nada bicara saat marah sekalipun.“Dalam kamar juga kau melepaskan semua itukan. Kalau tidak, mana bisa bayi itu lahir.” Tary menunjuk pakaian yang dikenakan Bella dan melirik pada baby Zizi berada dalam gendongan Nana.“Kau, cepat pergi dari sini. Atau Aku akan memanggil security menyeretmu keluar,” usir Bella.“Apa hakmu mengusirku, sedang yang punya rumah ini saja tidak terganggu dengan kehadiranku. Dimana-mana memang pelakor itu selalu ingin menguasai,” papar Tary.“Aku nyonya dirumah ini. Dan Aku tidak suka kau mene