Li Mei kembali ke dapur dan bekerja. Dia masih harus menyiapkan Acar Cakar dan Bola Cahaya untuk Restoran Meiwei. Dia juga masih harus menyiapkan perjamuan. Besok rumah mereka selesai dibangun, tiga hari setelah itu adalah hari baik untuk memasuki rumah baru dan membuat perayaan. Selama ini A Guo tinggal bersama Yu Jie. Yu Jie merasa sangat senang karena dia memiliki teman di rumahnya. Lagipula dia hidup sebatang kara. A Guo anak yang tahu diri dan patuh. Dia menyukainya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.Namun, begitu rumah Bai Changyi dan Li Mei jadi, A Guo akan pindah dan tinggal bersama mereka. Yu Jie merasa sedih, namun dia tidak bisa memaksakan apapun. Mungkin dia memang ditakdirkan untuk hidup sendirian dan kesepian di sisa hidupnya.***Rumah mereka akhirnya sudah selesai dibangun. Rumah itu mempunyai tiga halaman. Halaman pertama hanya terdapat sebuah bangunan kecil yang digunakan sebagai aula untuk menerima tamu, dan juga kolam ikan yang cukup besar dan dalam. Li Mei
"Jenderal Besar Fu?" Li Mei terbelalak kaget ketika melihat sesosok agung yang menuruni kereta. Kereta yang digunakan Fu Xingshen kali ini jauh lebih sederhana dari sebelumnya. Dia juga hanya ditemani seorang kusir dan dua orang pengawal di sisinya.Seluruh halaman kembali sunyi. Li Mei segera melangkah maju dan menangkupkan tangan untuk memberikan salam, "salam Jenderal Besar Fu!"Melihat itu, seluruh penduduk desa berdiri dan ikut memberikannya salam.Ini kedua kalinya mereka melihat Fu Xingshen. Setidaknya mereka bisa sedikit sombong di depan desa-desa lain. Desa mana yang pernah kedatangan seorang legenda perang sampai dua kali?"Nyonya Li," sapa Fu Xingshen datar. Dia hanya menganggukkan kepalanya ringan dan memandang sekelilingnya tanpa ekspresi. Auranya begitu kuat dan menekan, membuat siapa saja yang hadir di sana merasa kagum, namun juga tegang. Beberapa penduduk bahkan tanpa sadar mengusap kening mereka yang mulai dipenuhi keringat."Jenderal Besar Fu, selamat datang di Desa
Bai Changyi menatap kitab yang diletakkan di depannya dan membaca judulnya."Teknik Jari Iblis?!" tanya Bai Changyi tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Teknik Jari Iblis adalah teknik untuk pertarungan tangan kosong. Ketika seseorang menggunakan teknik ini, dia hanya terlihat sedang mengetukkan jarinya dengan ringan kepada lawannya, namun efeknya dapat membuat lawannya langsung jatuh pingsan. Semakin besar tenaga dalam yang digunakan, maka kemungkinan lawan untuk hidup akan semakin kecil.Sayangnya, tidak semua orang yang bisa bela diri, dapat menguasai Teknik Jari Iblis. Itulah kenapa teknik sebagus ini hampir punah."Apa Jenderal Besar Fu menguasai Teknik Jari Iblis?" tanya Bai Changyi terlihat penasaran."Itu tidak sulit," jawab Fu Xingshen. "Dari lima ratus ribu tentara yang ada di bawah komandoku, sekitar seribu diantaranya dapat menguasai teknik ini, termasuk Fu Yi."Bai Changyi menatap keduanya bergantian dengan tatapan takjub. Dia semakin ingin menguasai Teknik Jari I
Bai Changyi menggendong tubuh Li Mei dengan mudah. Bagi Bai Changyi yang terbiasa berlatih bela diri, tubuh Li Mei seringan kapas.Li Mei merasa sangat terkejut ketika merasakan tubuhnya yang terangkat dengan tiba-tiba. Dengan cepat, dia segera melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya.Bai Changyi terus saja menatapnya dengan tatapan yang dalam. Li Mei merasa malu, dia sedikit menundukkan kepalanya dan menggigit pelan bibir bawahnya, yang malah membuat Bai Changyi semakin kalut saat melihatnya.Dia memasuki kamar, dan menutup pintunya dengan rapat. Langkahnya semakin cepat mendekati tempat tidur, lalu meletakkan Li Mei dengan perlahan, seakan-akan Li Mei adalah barang berharga yang mudah pecah.Li Mei berbaring di atas kasur. Tatapan matanya semakin meredup, rona di pipinya semakin memerah ketika melihat tatapan Bai Changyi. Jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Perasaan Li Mei begitu campur aduk antara senang, takut, dan menantikan."Bolehkah?" tanya Bai Changyi dengan suara
"Istriku, sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan denganmu," kata Bai Changyi setelah Li Mei selesai memakan sarapannya."Ada apa?"Bai Changyi terlihat mengeluarkan sebuah surat dan menyerahkannya kepada Li Mei, "Jenderal Besar Fu menyerahkan ini sebelum dia pergi ."Alis Li Mei berkerut ketika melihat surat itu. Surat itu terlihat terbuat dari kertas yang berkualitas baik. Terlihat segel bertuliskan nama serta jabatan Fu Xingshen di tengah-tengah surat.Li Mei mengulurkan tangannya untuk meraih surat dan membukanya. Matanya bergerak-gerak membaca tulisan yang ada di dalam surat tersebut satu demi satu."Surat … rekomendasi kemiliteran?" Li Mei tertegun."Ya," jawab Bai Changyi. "Di pertengahan musim gugur ini, barak kemiliteran Kota Barat Laut akan mengadakan seleksi untuk pemilihan Tentara Emas. Itu adalah tentara khusus yang berada langsung di bawah komando Jenderal Besar Fu. Dia memiliki lima ratus ribu tentara, dan hanya akan memilih seribu orang dari mereka untuk menjadi Tentar
"Nenek Yu!"A Guo segera meletakkan Sup Ayam Ginseng ke atas meja. Setelah itu dia berlari menghampiri tubuh Yu Jie yang tergeletak di lantai."Nenek Yu! Nenek Yu!"Tidak ada tanggapan. Mata Yu Jie tetap tertutup rapat, namun untungnya, A Guo masih dapat merasakan nafasnya.A Guo menggertakkan giginya, lalu mengangkat tubuh Yu Jie dan meletakkannya perlahan ke atas tempat tidur. Setelah itu dia berlari pulang. Dia ingat kalau Li Mei memahami ilmu pengobatan."Kakak Ipar! Kakak Ipar!" A Guo berteriak memanggil Li Mei ketika dia memasuki halaman kedua. "Kakak Ipar, gawat!"Li Mei dan Bai Changyi terkejut ketika mendengar teriakan A Guo yang ketakutan. Begitu pula Xia Jianli dan orang-orang yang berada di dapur. Beberapa di antara mereka keluar untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.Xia Jianli mendatangi A Guo dan memukul kepala bagian belakangnya, "bocah ini! Apa yang membuatmu berteriak seperti itu di siang bolong?! Apa kamu baru saja dikejar anjing?!"A Guo meringis seraya m
Li Mei segera menjelaskan keseluruhan situasinya kepada Wu Dashan. Setelah mendengar itu, mereka semua mengangguk-anggukkan kepala mereka tanda mengerti.Segera saja dua orang pemuda gagah pergi dan kembali dengan sebuah tandu yang memang biasa digunakan untuk mengangkat orang yang terluka ataupun sakit.Setelah beberapa saat, Yu Jie tampak digotong keluar menggunakan tandu. Dia tersenyum kepada orang-orang yang datang dan berusaha untuk menenangkan mereka.Sesampainya di rumah Bai Changyi, sebuah kamar sudah disiapkan untuknya. Kamar itu jauh lebih bagus dari rumah Yu Jie sehingga membuatnya sedikit gugup."Xiao Mei, apa benar tidak apa-apa?" tanyanya sedikit ragu."Nenek Yu, tenangkanlah dirimu. Istriku pasti akan membuatmu cepat sehat," kata Bai Changyi."Baik! Baik!" Setelah beberapa saat, An Cang datang dengan semangkuk obat di tangannya,."Bibi Yu, meskipun pahit, kau tetap harus meminumnya!""Aiya!" Yu Jie ingin mengeluh, namun dia menahan dirinya. Meskipun tidak suka, dia teta
Li Mei menoleh dan melihat tiga orang gadis bangsawan yang berdiri di depan mereka dan sedang menatap rombongan Li Mei dengan tatapan mengejek. Li Mei menaikkan alisnya lalu bertanya dengan suara yang terdengar datar, "apa ada peraturan di Toko Kain Mian kalau orang desa seperti kami dilarang masuk ke dalam toko?"Mendengar perkataannya, ketiga gadis bangsawan itu tertawa mengejek."Nona Pertama Mo, sepertinya orang udik ini belum pernah masuk ke Toko Mian sebelumnya. Dia pasti tidak tahu berapa harga kain di Toko Mian," kekeh seorang gadis bangsawan lainnya dengan nada mengejek."Hei! Apa kamu tahu? Bahkan kalau kamu menjual tubuhmu, kamu tidak akan pernah bisa membeli baju di sini!" ejek gadis lainnya. Namun, segera setelah dia mengatakan perkataannya, gadis itu menyusutkan lehernya. Entah mengapa dia merasakan ada aura yang berbahaya. Ketiganya langsung menoleh ke arah Bai Changyi dan tiba-tiba saja merasakan punggung mereka semakin dingin. Tampan! Tapi sangat menakutkan!Wanita
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing