Home / Pernikahan / Istri Manja Tuan Indra / Part 05. || Pertemuan Itu

Share

Part 05. || Pertemuan Itu

Author: Feay Hullah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tidak pernah dekat atau pun didekati oleh lawan jenis dan seringkali seorang gadis seperti Keisya Shakira Jasmine putra tunggal dari keluarga Geisya Arthur Jasmine dan William Angkasa dikabarkan akan dijodohkan dengan seorang anak teman lama dari kedua orang tuanya. Tiba-tiba dan tanpa memberitahu sebelumnya. Satu alasan yang mereka katakan ialah, 'Kami hampir bangkrut, Nak! Ada teman papimu yang ingin membantu kami, tapi syarat yang dia minta kamu harus menikah dengan anaknya.' 

Sepulang kuliah dan baru pertama kalinya Keisya merasakan dunia perkuliahan setelah tiga tahun lamanya menduduki bangku Sekolah Menengah Atas di daerah Jakarta Selatan. Tidak ada angin maupun hujan, ia mendengar sebuah percakapan yang di dalam percakapan tersebut mereka menyebut nama dirinya. 

"Jadi serius, Mas Samuel mau bantu kami?" tanya Geisya antusias kala itu, " Hm, untuk masalah Keisya mau menikah dengan anak kamu atau tidak itu akan aku urus sendiri, sih, Maa. Tapi btw, makasih banyak sebelumnya. Ya, mungkin tanpa Mas Sam sekarang kami dan juga anak kami nggak tahu mau kayak gimina." 

Pria tua dengan kumis dan janggut tipis itu mengulas senyum, "Santai sajalah, Gei! Aku dengan suamimu sudah berteman sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku senang bisa bantu dia, bantu kalian. Kalau perjodohan ini, sih sebenarnya tidak memaksa. Hanya saja aku berharap anak-anak kita bisa bersatu di pelaminan dan kita jadi besan."

Raut wajah gadis berhijab satu ini seketika memerah, ia terus menahan sesuatu yang kian memanas, menyesak dan serasa semakin kuat ingin meledak di sudut kelopak mata. Kedua tangan mengepal. Tanpa berlama-lama lagi Keisya melangkah memasuki rumahnya dan maksud hati menghentikan perjodohan ini, tetapi tanggapan yang diinginkan tak sesuai kenyataan.

"Keisya nggak mau, Mi, Pi!" Keisya masuk sembari menutup pintu dengan membantingnya. Ia melangkah mendekat ke arah orang tuanya di sofa ruang tamu, "Jangan pernah meminta Keisya menikah, Mam, Pi. Walaupun kenyataan Om Sam baik ke kita, Keisya nggak mau. Nggak ada kata paksaan, ingat!"

"Tunggu, Keisya! Mami mau kamu tetap menikah sama anaknya Om Samuel, Kei." 

Keisya sangat tidak suka dengan maminya. Bagi Keisya ini sungguh tidak baik, memaksa anaknya menikah di tengah kondisi dia ingin mengejar impiannya. Bersekolah di tempat favorit dan sukses terlebih dahulu. Bukan ia menolak sebenarnya, hanya saja Keisya takut pada keadaan setelahnya. 

Bayangan-bayangan buruk selalu terlintas dalam benak Keisya, terlebih ia memiliki seorang teman di mana temannya itu dipaksa menikah oleh kedua orang tua dengan laki-laki yang tidak dikenali. Ujungnya teman dekat Keisya tidak pernah hidup bahagia. Pengalaman-pengalaman menikah muda itu pun diceritakannya kepada Keisya. Alhasil, sampai detik ini rasa takut itu terus menghantuinya.

"Keisya, Sayang! Tunggu, Nak. Dengerin Mami baik-baik, ya." Geisya menarik tangan putri kesayangannya ini, putri manja yang selalu apa-apa mengandalkan mami dan papinya. "Ada sesuatu hal yang harus kamu tahu, Nak. Usaha Papi kamu mengalami kebangkrutan, bahkan pihak bank akan menyita semua fasilitas kantor termasuk rumah ini. Jika tanpa bantuan Om Sam, kami mau tinggal di mana, Nak?" 

"Terus kenapa harus pakai acara jodoh-jodohan segala? Kalau Om Samuel mau bantu kita, ya udah bantuin aja seikhlasnya. Ngapain mesti suruh aku buat nikah sama anaknya, Mi? Mami harus tahu kah aku nggak suka dan nggak kenal sama anaknya. Gimana kalau dia jelek?" 

Geisya menunduk, ia menghela napas panjang sembari memikirkan bagaimana caranya supaya sang putri kesayangan bisa setuju dan mau mengikuti kemauannya. "Sayang! Kalau seandainya kita bangkrut, terus kita miskin, nih. Kita hidup di lingkungan kumuh, terus nanti teman-teman kamu tahu kamu bukan orang kaya lagi. Yang ada mereka menjauh?" 

"Lebih baik hidup miskin, tapi memiliki iman dan jiwa yang tenang dibanding hidup kaya. Banyak orang yang memanfaatkan kita, Keisya nggak mau. Pokoknya tetep Keisya menolak!" protes gadis itu. "Baru aja mau kuliah, ini malah suruh nikah? Hilih, nikah muda gimana nanti, ya, pasti nggak bakal bisa bebas. Dikit-dikit suruh ini, dikit-dikit itu. Nggak enak banget," gumamnya, kemudian pergi. 

"Gimana caranya bikin Keisya setuju, ya?" Geisya kewalahan menangani Keisya.

Hingga seiring waktu berjalan tidak ada cara lain selain Keisya mengurung diri di kamar. Seminggu ia tidak pernah pergi ke mana-mana dan hanya di kamar saja, membuat Geisya sebagai maminya sedikit khawatir dan ia bahkan menimbang-nimbang lagi keputusannya untuk menikahkan putrinya dengan anak teman lama suaminya.

Seminggu selanjutnya, Keisya memutuskan untuk pergi ke luar sekedar berjalan-jalan di hari minggu. Pengap dan juga bosan rasanya harus terus berada di dalam kamar tanpa pergi atau melakukan aktivitas lainnya. 

"Mami sama Papi pasti lagi keluar, deh. Nggap apa lah Keisya keluar nggak izin sama mereka, kan Keisya cuma jogging aja di taman. Hum," ucapnya seorang diri. 

Keisya yang sudah siap dengan seragam olahraga dilengkapi jaket pinky kesukaannya membuka pintu, berjalan sembari mengulas senyum di wajahnya. Memejamkan mata, menghirup udara segar di pagi hari setelah sekian lama mengurung diri supaya ia mendapat alasan agar orang tuanya membatalkan perjodohan tersebut. Meski nyatanya, usaha Keisya sia-sia. 

"Yuhuuu … olahraga. Selamat pagi dunia!! Selamat pagi udara segar, hm … Keisya nggak nyangka ternyata masih bisa jalan santai, masih tinggal di rumah besar ini dan nggak ada nikah-nika … aaarghh, aduh sakit. Ssssstttt."

Keisya merintih kesakitan tatkala baru saja ia berlari meninggalkan pekarangan rumahnya. Saking terlalu fokus dan berlari sembari menunduk, ia tidak melihat siapa di depan entah ada mobil lewat atau pun motor sekalipun. Beruntung bukan mobil atau motor yang ditabrak maupun menabraknya. 

Yang dirasakan sebelum Keisya terjatuh ialah kepalanya membentur dada bidang seseorang, kemudian kakinya terkilir hingga ia terjatuh lantaran tak mampu menahan nyeri. 

"Sori-sori, gue nggak sengaja. Nggak lihat kalau tadi ada—" 

"Aaarghhh! Bisa-bisanya bilang nggak lihat, ya? Awas aja Keisya bilangin ke Papi sama Mami biar mereka marahin kamu." Keisya memotong kalimat seseorang tersebut, sambil berusaha berdiri tanpa melihat siapa lawan bicaranya.

"Aaarghhh, Mami. Kaki Keisya nyeri." 

Pemuda tampan mengulurkan tangannya. "Ayo gue bantu? Daripada maksa buat bangun, tapi ujungnya lo jatuh lagi, kan?" 

Uluran tangan tersebut tidak ia gapai, ia menyadari tidak baik saling bersentuhan antara lawan jenis. Terkecuali mereka saudara atau suami-suami mereka. Namun, ada hal yang unik saat Keisya menolak uluran tangan dari pemuda itu. Seseorang di depannya menutup lengan dengan handuk kecil, sehingga nantinya antara lengan Keisya dan lengannya tidak saling bersentuhan.

'Cowok itu, siapa sebenarnya dia? Walau Kei coba tolak, dia punya cara agar kami gak sampai sentuhan.' 

Related chapters

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 06. || Tak Sesuai Ekspektasi

    Jatuh cinta itu wajar, mengagumi seseorang pun juga sama-sama hal wajar dan tidak ada yang melarang akan itu. Namun, bagaimana ketika seorang gadis seperti Keisya yang dulunya tidak pernah jatuh cinta bahkan didekati saja ia menjauh tanpa sedikit pun menyakiti lawan jenisnya. Sekarang saat semesta telah menghadirkan seseorang ke dalam kehidupannya, Keisya memandangi orang itu tanpa berkedip. 'Subhanallah, baru kali ini Kei menemukan seseorang yang lain daripada yang lainnya. Kei juga nggak tahu kenapa hati Kei juga ngerasa kek nemuin kenyamanan yang selama ini Kei sulit banget gitu. Aaargh, ya Allah,' batinnya seraya mengulas senyum. "Woi! Elah ngapain pake ngelamun segala, sih? Oh gue tahu ini, pasti lo natap gue sambil kayak gitu senyum-senyum sendiri pasti karena lo lagi tatap gue, kan? Naksir, ya?" Siapa sangka yang Keisya pikir kepribadian pemuda itu jauh lebih baik daripada para pemuda yang selama ini mendekatinya, ternyata Keisya menemukan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ya

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 07. || Penentuan Tanggal Pernikahan

    Amarah dalam diri Keisya masih juga tak kunjung padam pada sang papi dan mami yang ternyata mereka benar-benar ingin menjodohkañnya dengan anak teman lama mereka. Keisya tak mampu berkata-kata lagi ketika ia bertemu dengan calon mertua dan putranya yang mana beberapa jam lalu keduanya telah saling bertemu. "Cih … kalau dia yang jadi calon istriku, ogah deh. Mending nggak usah kayaknya deh, Pa. Papa tahu, nggak? Gadis satu itu manjanya nggak ketulungan, Indra malas, Pa!" protes pemuda itu, kala ia dan Keisya saling bertatap secara langsung. "Jadi kalian berdua sudah saling bertemu?" Geisya yang sangat antusias pun mencoba menggoda putrinya, "Kenapa kamu nggak pernah bilang ke Mami, sih, Sayang? Kalau begini caranya gampang, kan, saling mengenal." Keisya dan pemuda itu sama-sama membantah bahwa mereka pernah saling bertemu. Malam ini justru menjadi kesekian kalinya mereka berdua bertengkar. Namun, bedanya pemuda itu tidak seperti siang hari banyak bicara. Sekarang malah yang ada menu

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 08. || Apa Dia Cemburu?

    "Aaawww." Suara itu terdengar dari arah dalam sebuah ruangan. Indra yang tengah dimarahi oleh papanya akibat dia yang mengunci sang istri terhenti, oleh sang pelayan mengatakan jika ada suara seorang perempuan dari dalam kamar kosong tersebut. Namun, begitu Indra hendak membantu membuka pintu tersebut lantaran kuncinya ia sembunyikan dan hanya ia yang tahu di mana letaknya. Jessica mengalihkan pembicaraan seakan-akan pendengaran Bi Ani salah. Perdebatan pun kembali terjadi, Jessica ingin Indra membawanya keluar dan menikmati momen mereka berdua tanpa seseorang sebagai pengganggu. "Tapi Tuan saya nggak salah dengar, coba deh dengerin lagi kalau nggak percaya," ujar Bi Ani menengahi. "Sudah-sudah. Indra cepat buka pintunya sekarang dan kamu …," Samuel menunjuk wanita yang datang bersama putranya. "Tolong pergi sekarang dan jangan lagi dekat-dekat dengan anak saya. Kamu nggak pantas dan nggak berhak ada di dekat anak saya!" Bola mata Jessica membelalak, Indra sangat jelas memperhati

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 09. || Jangan Ngambeuk

    Hati istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya berdampingan bersama perempuan lain, tatkala Keisya yang baru sadarkan diri pasca dikurung di kamar kosong oleh Indra. Meski pernikahan ini tidak ia inginkan sama sekali, tidak ada cara lainkah yang Indra lakukan selain dari mengunci dirinya di kamar kosong dan perbuatannya tersebut hampir membuatnya mati mendadak. Malam yang dingin dan sudah larut malam Keisya dan Indra masih berada di tepi jalan saling kejar-kejaran. Keisya merasa Indra jahat dan tidak menganggapnya sebagai istri sungguhan, inilah yang ia tidak sukai adanya pernikahan muda terlebih keduanya sama-sama tidak saling mencintai. Namun, katanya, 'Cinta bisa datang kapan saja.' Apa menurutmu itu benar?"Keisya tungguin aku napa!" teriak Indra dari kejauhan. Sejujurnya gadis satu ini tidak mampu lagi untuk berlari, dadanya terasa sesak dan ingin sekali ia berhenti. Sayangnya, jarak antara ia dan Indra sudah semakin dekat. "Keisya jadi cewek jangan ngambekan segala bisa

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 10. || Suami Nakal

    Dua kali gagal membuat sang suami tak nyaman, dua kali juga Indra berhasil menaklukkan hati seorang Keisya—si gadis manja juga omes ini. "Cantik, tapi omes." Begitulah Indra ketika mengejek seorang Keisya. Malam ini gadis itu dipaksa harus tidur bareng bersama suaminya. Yang mana pada kenyataannya Keisya sendiri menolak dan tidak ingin adanya pernikahan ini terlebih jika ada sesuatu kejadian yang membuatnya nanti gagal lagi mengusir Indra dari hidupnya. "Kata Papa seorang istri tidak boleh menolak permintaan suaminya loh," ujar Indra setengah menyindir gadis berhijab itu. "Sebagai istri yang baik itu wajib memenuhi keinginan suami baik lahir maupun batin. Kalau nolak dosa loh," tambah pemuda tampan dengan hidung mancung ini. "Memangnya Kak Indra mau apa dari Keisya?" Keisya mulai tidak nyaman, lantaran guling sebagai pembatas keduanya di kala tertidur diambil Indra. 'Stop, Keisya! Plis, hilangkanlah pikiran burukmu itu. Jangan sampai pikiran aneh bersarang di kepalamu. Istigfar, Kei

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 11. || Terasa Sakit

    "Dasar orang jahat, suami nakal kamu, Kak!" umpat Keisya pada Indra yang kini pemuda itu sudah membuka matanya, sembari mengucek-ngucek. Bukan sekedar khayalan seperti yang ia pikirkan sebelumnya saat Indra mengurung istri sendiri di kamar di bawah tangga. Pagi ini dan malam itu semua benar-benar telah berubah dan nyata terjadi. Keisya sekarang gagu, gugup setengah kesal. Ingin ia memaki-maki suaminya, tetapi ia menyadari tidak ada yang salah dalam hal ini. Pernah ia membaca sebuah artikel yang mana sebagai istri ia tidak boleh menolak saat suami meminta haknya. Lantas, harus apa ia sekarang saat Indra sudah terbangun. Mulut Keisya seakan terkunci dan hanya bola matanya yang kini tengah memandang imamnya ini. "Jangan lama-lama memandang kayak gitu, nanti beneran jatuh cinta loh. Susah dong nanti buat kamu bisa gagalin pernikahan kita ini," sindir Indra, yang mana pemuda itu lebih dulu beranjak dari tempat tidur sembari meraih handuk dan dililitkan di pinggangnya. Lagi dan lagi Kei

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 12. || Gara-Gara Suami Nakal

    Hal paling indah sekaligus yang diinginkan oleh setiap pasangan setelah menikah selain memiliki rumah sendiri, tentu siapa pun ingin disegerakan memperoleh sosok seorang bayi mungil hadir mengisi hari-hari mereka. Kehadirannya, tangisnya selalu menjadi obat 'mungkin' atas setiap lelah yang dirasa. Sayangnya kali ini berbeda dengan seorang gadis seperti Keisya. Namun, meski menolak sebisa mungkin siapa sangka semua telah terjadi dan malam tadi suaminya—-Trimo Indra Gunawan merenggut semuanya. Sehingga detik ini Keisya meraung-raung merasakan sakit di bagian intimnya. "Bibi yakin sakit yang Kei rasain nggak sampai berbulan-bulan, lalu kalau misalkan nanti kejadian mual-mual seperti yang Bibi rasain gimana?" tanya Keisya. Jawaban belum ia dapatkan, tetapi beberapa detik setelahnya. Keisya mendengar seseorang berdeham dari arah belakang. Begitu melihat siapa yang datang, ia malah langsung menutup mulut. "Lah Non Kei kenapa tutup mulut?" Bi Ani hampir keheranan. "Kalian berdua ini, ya

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 13. || Akui Saja Aku Suamimu

    Cantik. Berhijab dan memiliki pemikiran yang cukup bisa dibilang telah 'dewasa' dibanding dengan seorang Keisya. Madina Andini namanya. Salah satu sahabat Keisya sejak TK hingga sekarang berada di kampus yang sama. Namun, antara keduanya tersimpan satu rahasia besar yang menjadikan Madina bertanya-tanya mengapa tingkah Keisya akhir-akhir ini terlihat berbeda. Contohnya seperti sekarang ini, ketika jam mata kuliah pertama baru saja di mulai. Sedang Keisya malah diam-diam berdiri di balik tembok yang posisinya mengarah ke parkiran. Madina tahu di ujung sana terdapat seorang pria tampan tengah berdiri sembari memainkan ponselnya. Akan tetapi, apa hubungannya dengan Keisya?Inikah rahasia besar yang Madina tidak tahu? Keisya tahu siapa pemuda di ujung parkiran sana?"Astagfirullah, Madina. Kamu ini bikin aku kaget saja, deh," ketus Keisya. Gadis manja ini mengelus dadanya, ketika teriakan Madina mengganggu gendang telinganya."Ya lagian kamu di sini lagi ngapain, Keisya Shakira Jasmine?

Latest chapter

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 24. || Ke mana Istriku?

    Mulanya Keisya memang kurang menyukai adanya Jessica datang kembali ke kehidupan suaminya. Siapa pun tentu tidak ingin jika mantan kekasih dari suaminya terus saja merecoki bahkan sampai membuat suatu alasan yang tidak masuk akal untuknya bisa memasuki rumah Keisya sekarang setelah Samuel mengusir Jessica seminggu lalu."Hati kamu sebenarnya terbuat dari apa, sih, Jes?" Keisya memberikan ponsel milik Pak Agung, "Padahal Keisya sekarang udah nggak dendam atau kesal lagi sama kamu, karena kamu selalu dekat-dekat Kak Indra. Tapi, rasa kepercayaan Keisya ke kamu malah dirusak kayak gitu aja, ya, rupanya?" "Sayang-Sayang. Kamu yang tenang, ya! Biar perempuan itu jadi urusan Papi, kamu nggak boleh stres. Kamu duduk dulu sama Indra, Nak!" titah Wilan pada putrinya.Bagaimanapun Keisya sekarang. Gadis dengan julukan 'manja' itu menuruti ucapan papinya. Sementara, sang suami—-Indra menampar Jessica bahkan sempat terlihat sekilas oleh Keisya kalau-kalau nasi TO yang dibawakan olehnya teruntuk

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 23.|| Makanan Beracun

    Makanan yang sebelumnya dibawa Jessica telah diterima oleh Keisya. Gadis itu benar-benar kelewat senang sampai-sampai melupakan sesuatu. Ya, makanan itu dibawa untuknya oleh sang mantan kekasih dari suaminya. Keisya, tetaplah Keisya yang terlalu polos dan kelewat baik. "Ya udah. Makanannya Kei makan sekarang, ya, Jes. Tapi makasih banyak ka—"Kalimat Keisya terhenti tatkala ia menemukan seorang bapak tua dengan napas setengah-setengah memasuki rumahnya. Ruang tamu pun mendadak hening, semua mata tertuju ke bapak-bapak tua itu. Dari mereka hanya Keisya yang mengenalnya. Tidak sang mertua maupun kedua orang tua atau Indra sekali pun. Ia mengenal bapak-bapak tua itu beberapa hari setelah kepindahannya bersama Indra ke sana. Tanpa sepengetahuan siapapun Keisya menolong bapak tersebut yang berada di tengah jalan dan hampir ketabrak mobil. Seingat Keisya, bapak tersebut penglihatannya sangat-sangat minus sehingga terkadang melihat sesuatu pun harus menggunakan kacamata. Tetapi, waktu itu

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 22. || Ngidam Versi Keisya

    Sejak siang hingga menjelang malam suasana hati Keisya malah memburuk. Di rumah selain ada Bi Ani. Kedua orang tua juga mertuanya pun datang dengan waktu yang sama. Mereka telah melakukan berbagai macam cara agar dapat putrinya ceria. Tak lagi memasang wajah jelek. Keisya berdiri, kemudian duduk kembali sembari memegangi perutnya. "Sayang," sapa maminya. "Nak!" sambung papinya, "Anak kesayangan Papi sebenarnya mau apa? Sudah tiga puluh menit semenjak kami datang masa kamu malah mondar-mandir gak jelas kayak gitu. Lihat mertuamu bawain apa, Nak. Sini, makan!" ajak papinya seraya melambaikan tangannya.Makanan yang dibawa mertuanya memang terlihat enak tampilannya. Namun, di meja juga terdapat banyak sekali makanan lain yang Bi Ani siapkan saat tadi Keisya memintanya. Sayang, tak satu pun dimakan olehnya. Ia masih berdiri mondar-mandir seperti sebelumnya membuat para orang tua mengkhawatirkannya. Sesekali ia melihat jam di tangannya, kemudian melangkah ke dekat pintu membukanya dan s

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 21. || Janji

    Walaupun untuk kedua kalinya mendapatkan sebuah pemandangan yang tak layak. Namun, hati Indah kini sudah mantap dengan tidak memiliki rasa cemburu maupun pikiran-pikiran negatif lainnya tentang sang suami seperti saat bersama Jessica tempo hari. Berat memang melihatnya. Akan tetapi, ia berusaha menghilangkan rasa cemburu tersebut meski sedikit ragu dan sulit. Senyuman serta canda tawa yang terjadi antara sang suami di ujung dekat tembok sana membuat Keisya seketika membayangkan kala dirinya telah benar-benar resmi menerima pernikahan ini, tidak ada lagi kata manja dan menyusahkan Indra juga penolakan-penolakan yang terkadang menjadikan Indra harus membujuknya untuk kembali ke rumah."Masya Allah cantiknya bidadari ini," ucap seorang pria dengan postur tubuh sedikit tinggi berpenampilan tak kalah keren dari suaminya, " … boleh kenalan gak, nih? Namanya siapa terus kamu mau ke sini ketemu siapa? Aku, ya?" lanjut orang tersebut sok percaya diri. Keisya menunduk. Gadis itu benar-benar m

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 20. || Malu Tapi Mau

    Tinggal seorang diri di rumah rasanya sungguh membosankan ditambah dalam kondisi hamil muda seperti ini. Melihat Indra—-sang suami tengah bersiap-siap pergi ke kantor, terbersit dalam benaknya untuk meminta suami tercinta mengajaknya. Namun, mengingat percaķapan semalam yang membuat sikap Indra sedikit berbeda pagi ini, Keisya tampak ragu memanggil Indra. Ia hanya duduk di tepi ranjang sembari mengelus perutnya, lalu pandangan matanya mengarah pada punggung suaminya. 'Kei pengen minta maaf soal semalam, tapi gimana caranya, ya? Malu rasanya,' gumamnya. Seakan tahu apa yang tengah dipikirkan sang istri, Indra menoleh sesaat dan ia mengambil sesuatu dari dalam lemari. Pakaian bersih nan indah diberikan Indra kepada Keisya, tetapi anehnya pemuda itu memberi barang tanpa melihat ke arah Keisya. Istrinya sendiri. Apakah Indra masih marah terhadapnya, lalu untuk apa dia memberikan gaun indah lengkap dengan hijabnya sekarang? Sementara untuk hari ini tidak ada jadwal kuliah sama sekali. I

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 19. || Kalimat Menyakitkan

    Hingga malam tiba seluruh teman Keisya masih setia berada di rumah dan jangan salah. Betapa beruntungnya gadis manja itu memiliki teman seperti mereka. Ramah dan saling menyayangi satu sama lain. Keisya bak ratu dalam sehari, begitu pun dengan Bi Ani—pelayannya. Rumah yang sesungguhnya diberikan mertua Keisya teruntuk putra tercinta Indra dan dirinya teman-teman Keisya yang membersihkannya. Semua kinclong, bersih sempurna tidak ada debu sedikit pun dan pukul 19.00 WIB mereka baru menyelesaikan semuanya. Keisya yang merasa tak enak dengan dibantu Bi Ani pun menyiapkan sajian untuk bisa disantap malam ini. "Sayang! Boleh aku bantu, gak? Bosen aku ngerjain tugas kantor terus," ujar Indra, tiba-tiba datang dan sudah berada di depan meja dekat kompor. Madina dan yang lainnya mendengarkan percakapan antara Keisya dengan suaminya. Terlebih ketika Indra tiba-tiba saja memanggil Keisya dengan sebutan 'Sayang', mereka serempak mengerjai gadis itu sampai-sampai pipinya merah merona. "Cieee …

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 18. || Apa Iya Aku Hamil?

    Baik atau tidaknya kabar kehamilan ini yang jelas membuat suasana hati Keisya tidak menentu. Antara senang dan sedih juga risau bercampur menjadi satu. Keisya Shakira Jasmine—si manja, kekanak-kanakan ini ternyata mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa telah diberi titipan seorang janin di dalam rahimnya. Keisya aneh. Gadis itu malah menitikkan air matanya tatkala dua garis biru di benda kecil itu terlihat olehnya dan juga Indra—-sang suami. Indra yang berada di sampingnya pun merasa keheranan atas sang istri. "Kamu kok nangis, sih?" tanya Indra. "Harusnya seneng dong kalau sebentar lagi kamu bakal jadi seorang Bunda dan aku ayahnya. Iya, gak? Cocok, kan, kita? Kamu nggak usah manja lagi, belajar jadi perempuan dewasa!" Nadanya terdengar seperti peringatan.Indra keluar dari kamar mandi. Akan tetapi, samar-samar Keisya mendengar suara seseorang memanggil mami dan papinya. Ah, mungkin itu Indra. Pikirnya yang kemudian Keisya keluar memgikuti Indra. Namun, Keisya terduduk lemas di

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 17. || Dua Garis

    "Apa Kei cek aja ke dokter biar tahu hamil atau tidak?" tanya Keisya saat ia telah tiba bersama mami dan papinya."Nggak. Mami tahu cara lain untuk mengecek kamu hamil atau tidak, Sayang. Sebelum ke dokter, coba kamu pakai testpack dulu sana." Senja telah hilang dan malam datang menyapa. Sebenarnya jauh dalam lubuk hati Keisya, ia tengah berpikir tentang suaminya yang sengaja ia tinggal di kampus. Apakah Indra masih di sana dengan tetap berdiri dan memberi hormat? Ataukah dia justru pergi bersenang-senang dengan wanita itu? Huft, Keisya bahkan tidak tahu harus apa sekarang. Perihal suaminya ia hanya dapat menerka-nerka saja.Sedikit beruntung tadi sore di tepi jalan komplek perumahan sebelah ia bertemu dengan mami dan papinya. Beberapa jam lalu kondisi Keisya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan hampir tidak sadarkan diri lantaran ia menahan mual yang terus saja dirasakan."Kamu lagi mikirin apa, Sayang?" tanya Geisya sembari mengusap puncak kepala putri kesayangannya. "Assalamua

  • Istri Manja Tuan Indra   Part 16. || Mual

    Sudah hampir sejam lebih Keisya meminta sang supir membawanya berkeliling melihat-lihat kota Jakarta. Alih-alih ingin melupakan kesedihan yang ia rasakan pasca penemuannya tadi siang, Keisya merasakan perutnya sedikit berbeda. Berusaha untuk tidak menimbulkan sesuatu yang dapat mengundang perhatian si supir, tetapi nyatanya rasa mual itu terus mengganggunya. "Neng hamil, ya?" Begitu pertanyaan sang supir, yang membuat bola mata Keisya membelalak.Ia tidak menjawab. Pandangannya tiba-tiba menoleh ke sisi kanan, menemukan sebuah taman yang mana terdapat sebuah danau kecil. Gegas Keisya meminta sang supir menghentikan laju kendaraannya dan menurunkan Keisya di sana. Ia merogoh uang senilai lima puluh ribu untuk diberikan kepada si supir.Tak ada kata lain selain ucapan terima kasih lantaran supir angkot itu sudah mau ia repotkan. Kini Keisya duduk di tepi danau tersebut sembari memandangi senja yang sebentar lagi datang dan rasa mual itu kembali terasa. 'Apa mual-mual gini karena Kei be

DMCA.com Protection Status