Ratu mengantar Sesilia dan Geo ke depan pintu unit apartemennya setelah kurang lebih empat jam mereka mengobrolkan banyak hal. Mulai dari kasus penculikan minggu lalu, kondisi kesehatan Geo, perubahan sikap Rezan, bahkan sampai berita tentang Laras yang baru melahirkan tak luput menjadi bahan obrolan.
Sesilia terpaksa pamit karena ada hal lain yang mesti ia urus hari ini. Padahal dia masih betah bercengkerama dengan adik ipar bayarannya itu. Kalau boleh jujur, meski awalnya memang Sesilia membayar Ratu demi menggoda Rezan namun lama kelamaan Sesilia merasa Ratu benar-benar cocok untuk menjadi pendamping adiknya.
Mendengar keberhasilan Ratu dalam menggoyahkan hati Rezan membuat Sesilia sangat senang. Akhirnya dia bisa benar-benar lega karena ternyata adiknya masih normal. Rezan bukan gay seperti yang dibicarakan orang-orang. Sesil tidak perlu merasa bersalah kepada mendiang ibunya atas kasus selera sang adik yang melenceng. Ia juga tidak perlu membenci Rezan atas
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun Rezan tak kunjung pulang. Ratu bahkan sampai ketiduran di ruang tamu dengan celemek yang masih terpasang di tubuhnya. Makanan yang tadi disiapkan pun sudah dingin dan beberapa ada yang berkeringat. Rencana mengunjungi Nayla pun terpaksa batal karena seperti yang diketahui, Ratu masih agak takut kalau harus bepergian sendiri tanpa Rezan.Sejam berlalu, tepat pukul sepuluh terdengar suara pintu apartemen terbuka. Rezan melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah, ia melangkah dengan wajah lelah. Masuk ke ruang tamu lantas mendapati sang istri sedang meringkuk lucu di atas sofa. Pria itu menghampiri Ratu, menyimpan tasnya di meja lalu duduk di samping celah sofa dan mejanya.Sebersit rasa tak enak hati muncul, Rezan tak sempat mengabari Ratu kalau hari ini dia lembur karena tiba-tiba pasien membeludak di rumah sakit. Terjadi keracunan masal di salah satu acara sebuah perusahaan, semua korban dilarikan ke Citra Med
“Please, enggak usah iseng malam-malam.”“Saya bukan orang iseng yang suka bercanda, saya serius mau dekat sama kamu terus di sini.”“Oke, oke, kalau mau deketan enggak masalah tapi mending dokter pakai baju dulu, deh. Biar enggak masuk angin.”“Buat apa, nanti juga saya lepas baju lagi sama kamu.”“Heh!” sentak Ratu, wajahnya merah tomat digoda demikian.Rezan cukup puas mengerjai istrinya, ia pun terkekeh lalu menegapkan posisinya lagi. Pria itu berkacak pinggang di depan istrinya.“Saya tidak suka dipanggil Mas dokter Rezan, camkan itu!”“Iya, aku ganti nanti.”“Jadi apa?”“Mas buaya,” celetuk Ratu lalu Rezan pun hendak mendekatkan wajahnya lagi Ratu langsung menahan dada pria itu agar tidak mendekat, “Mas Rezan, fix, aku bakal manggil kamu mas Rezan, oke?”“Deal
"Saya sedang tidak menerima tamu," ketus Rezan pada wanita yang baru memasuki ruangannya. Wanita itu membeliak, berjalan angkuh duduk di kursi yang berhadapan dengan sang dokter."Well,aku bukan tamu Anda, dokter Rezandra yang terhormat. Aku datang ke sini dengan membawa mandat kakek karena cucu pria kesayangannya tak kunjung menerima panggilan atau membalas pesan yang dia kirim. Kakek memintamu dan Ratu menjenguk istri ayah yang baru melahirkan, kamu tahu kan kita harus melakukan tradisi keluarga jika ada anggota keluarga baru yang hadir.""Jadwalku padat, tidak akan ada hari senggang di akhir pekan sekali pun."Sesilia mendecih, "Aku tahu kamu akan mengatakan itu. Sejujurnya aku juga malas Zan datang ke sana. Anggota baru apanya, bayi itu bukan adikku. Laras dan ayah sedang ada di atas awan sekarang karena bayi yang lahir benar-benar laki-laki."Rezan tidak peduli, dia tidak ingin tahu apa pun jenis kelamin adik satu ayahnya itu. Ikhlas m
Nayla sangat bersemangat hari ini, dia mendapat kabar bahwa kakaknya sudah bersedia menemuinya setelah beberapa hari Ratu menutup akses bertemu. Gadis itu mengajak serta kedua temannya untuk bertemu Ratu, kebetulan Brenda dan Nicole juga sudah lama tidak bersua dengan kakak sang sahabat. Mereka mengatur janji di sebuah kafe tak jauh dari tempat kuliah Nayla.Sebenarnya Ratu masih sedikit takut keluar sendiri tapi dia berpikir tidak bisa selamanya mengurung diri di apartemen. Sedikit demi sedikit dia harus berjuang menghapus ingatan buruk dan trauma yang sempat dia rasa. Sudah terlalu banyak orang yang Ratu abaikan karena keegoisannya ingin menyendiri. Hari ini giliran wanita itu untuk menebus semua kesalahannya terutama kepada sang adik.Pintu kafe terbuka, kebetulan Ratu sedang menoleh ke sana, datang tiga orang gadis yang langsung melambaikan tangan ke arah Ratu. Wanita itu tersenyum menyambut mereka, Nayla melangkah cepat lebih dulu dan langsung memeluk kakaknya tan
“Ratu,” panggil Rezan ketika ia tak menemukan sang istri di ruang tamu, dapur, dan kamarnya.“Ratu, kamu di mana? Cepat keluar!” panggil pria itu lagi sambil terus mengelilingi setiap sudut di apartemennya.“Ratu saya bilang keluar! Saya tahu kamu ada di sini,” dari nada suara pria itu terdengar ada getar khawatir. Langkah Rezan semakin cepat tapi ia tetap tak menemukan keberadaan Ratu di mana pun.“Ratu Anayasa jangan bercanda! Cepat kemari atau saya akan marah sama kamu!” ancam pria itu sambil membuka pintu ke balkon dan hasilnya masih tetap nihil, Ratu tidak ada di sana.Mobil dan ponselnya ada, tidak ada tanda-tanda wanita itu sedang keluar rumah tapi kenapa Rezan tak bisa menemukan keberadaannya di mana-mana. Rezan menyugar rambutnya, ia mengeluarkan ponsel untuk bertanya pada pihak keamanan apakah mereka melihat Ratu keluar dari gedung apartemen atau tidak, namun sebelum Rezan melakukan itu sebuah tang
“Aku enggak akan ketipu sama akal bulus kamu ya, Mas! Pokoknya malam ini aku enggak bakal ngasih kamu jatah apa pun yang terjadi. Mau kamu marah kek, mau kamu kesakitan, atau tersiksa sekali pun aku enggak bakal peduli. Aku bakal teguh sama pendirian aku buat enggak tergoda dan luluh sama kamu, aku bakal ngambek selama mungkin. Bikin kamu kesel dan dongkol sepanjang har—“Ucapan Ratu yang panjangnya nyaris menyaingi rel kereta api terhenti usai ia melihat dua tiket pesawat tepat di depan matanya. Ratu membaca dengan saksama bahwa tujuan tiket itu adalah ke Australia, salah satu negara yang ingin Ratu kunjungi juga. Dulu dia belum sempat ke sana karena keluarganya keburu bangkrut dan terkena banyak masalah. Mata Ratu mengerjap beberapa kali, ia lalu menoleh ke samping di mana wajah suaminya berada.“Saya berniat mengajak kamu ke sana minggu depan tapi kalau kamu tidak mau sepertinya saya harus membatalkan reservasi hotel dan—“
Ratu khawatir tentang kebohongan yang dirangkai Nayla namun wanita itu tidak ingin berpikir yang macam-macam tentang adiknya. Berusaha terus positif terhadap apa pun pernyataan yang Nayla katakan padanya, Ratu mencoba percaya. Untuk menjernihkan pikiran, dia memutuskan menikmati momen bulan madu yang ditawarkan suaminya. Walau sedikit terlambat tapi Ratu tetap bahagia Rezan mau menyisihkan waktu untuk jalan-jalan berdua saja dengan Ratu walaupun waktunya sangat singkat.Kedua orang itu sudah berada di pesawat, beberapa menit lagi mereka akan lepas landas dan meninggalkan negeri kelahiran. Rezan masih sibuk bertukar pesan dengan Ronald, perkara apa yang mereka bicarakan Ratu tidak tahu dan tidak mau tahu juga. Sejak ia dan Rezan menjalankan malam pertama, hati Ratu sudah cukup tenang dan tidak lagi emosi kalau Rezan berinteraksi dengan Ronald.Usai urusannya dengan Ronald selesai, Rezan menonaktifkan ponselnya lalu memasang seatbelt dengan benar. Pemberitahuan
Setelah kurang lebih menempuh perjalanan selama 6 jam 15 menit, akhirnya pasangan suami istri itu tiba di sebuah hotel yang ada di Gold Coast yang dikenal sebagai surganya pantai-pantai terbaik yang ada di negeri Kangguru ini. Di hari pertama belum ada agenda khusus dari keduanya, mereka memutuskan beristirahat di kamar—mengumpulkan banyak tenaga untuk bersenang-senang di hari berikutnya.Rezan memilih Gold Coast dibanding tempat-tempat lain di negara ini karena dia memang lebih suka liburan dengan nuansa alam daripada perkotaan. Mereka sudah membuat list tempat wisata yang akan dikunjungi selama tiga hari terakhir. Semua tempat ditentukan oleh Rezan, Ratu ikut-ikut saja karena dia juga cukup senang liburan di alam terbuka seperti halnya pantai atau gunung jika ada. Hanya ada satu syarat yang wanita itu ajukan pada suaminya yaitu, di mana pun dan ke mana pun mereka pergi, jika Ratu ingin belanja maka Rez
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia