“Aku pegang kata-katamu, Sayang.”
Wajah Bram dan Laras saling mendekat, wanita itu mengembangkan senyumnya lalu ia mencium bibir Bram dengan kasar. Mereka pun bercumbu di sana dengan panasnya, tidak peduli jika akan ada orang yang melihat karena saat ini mereka masih berada di ruang publik.
Seseorang menekan tombol merah rekamannya, ia baru selesai mengabadikan semua percakapan yang tadi terjalin antara Bram dan Laras. Orang itu menganga kaget setelah itu dia bergumam, “Wow, plot twist yang gila. Ketika seorang ayah berselingkuh dengan mantan pacar anaknya dan ternyata si ayah dikhianati selingkuhannya. Epik momen, beruntung banget gue nonton adegannya secara live. Ratu mesti tahu, nih.”
Surya tersenyum penuh rencana, ia bergegas pergi dari sana untuk menggemparkan dunia dan seisinya. Terutama keluarga Rezan, entah reaksi macam apa yang akan mereka berikan terhadap Lars dan Bram. Satu hal yang Surya yakini, Ratu akan berpesta set
Surya menegangkan urat di tenggorokannya untuk mempertahankan bantahan atas tuduhan baru yang dilayangkan padanya. Dia bukan produser film porno atau apa pun namanya yang berkaitan dengan hal itu. Surya dengan tegas mengakui semua kesalahannya kecuali untuk yang satu itu, ia bahkan sempat beradu mulut dalam ketegangan dengan petugas yang menginterogasinya.“Sudah berapa kali saya bilang, saya tidak pernah memproduksi film porno atau segala hal yang berkenaan dengan itu.”“Bagaimana kami bisa percaya pada pernyataan Anda sementara profesi Anda sendiri lebih buruk dibanding pembuat film porno atau mungkin kalian sama saja. Sama-sama mengeksploitasi perempuan, katakan dengan jujur selain Anda, siapa lagi sosok yang menjadi mucikari dalam prostitusi online ini?”“Saya akan menjelaskan semuanya setelah Anda mengembalikan ponsel saya dulu, Pak. Tolong, ada hal penting yang harus saya kirimkan pada sahabat saya.”&ldq
“Apa?! Bagaimana bisa ketahuan?” panik Laras yang masih berada di dalam kamar, dia baru selesai memberi asi pada bayinya dan langsung dihantam dengan kabar mengejutkan.“Tidak ada waktu untuk menjelaskan, cepat keluar dari rumah itu dan bawa bayi kita! Rezan bisa membunuh kita jika sampai tertangkap. Dia dan orang kenalannya sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Dermawan. Aku akan menunggumu di gerbang depan. Sebaiknya kamu bergegas dan hati-hati, penjagaan di sana cukup ketat. Jangan sampai kamu dicurigai. Sepertinya Rezan belum mengatakan apa-apa pada orang-orang di rumah itu. keadaan di sana masih aman bukan?”“Sejauh ini masih aman, aku akan bersiap.”“Oke, jangan lama-lama.”“Iya.”Laras melesakkan ponselnya ke dalam tas, ia kemudian membuka lemari dan mengambil kotak perhiasan miliknya. Tidak lupa ia pun membuka brankas sang suami, mengeruk semua uang yang ada di
Sementara itu di halaman depan, Laras sudah tidak bisa berkutik ketika di hadapannya sudah ada Rezan dan Ronald yang menghadangnya. Hanya dua orang itu yang datang, tanpa didampingi pihak kepolisian atau pengawal karena mereka ditugaskan Rezan untuk berjaga-jaga di luar gerbang rumah.“Kenapa teburu-buru, Laras, apa yang kamu hindari?” tanya Rezan dengan ekspresi dinginnya, pria ini masih belum tahu kekacauan yang terjadi di dalam rumah akibat ulah Laras.“Menyingkir Rezan, aku tidak punya waktu untuk bercanda denganmu!”“Saya sedang tidak bercanda, jangan pergi dulu, saya sengaja datang ke sini karena mendengar sesuatu yang menarik tentangmu.”“Berhentilah tertarik pada kehidupanku dan urus hidupmu sendiri!”“Justru karena itu saya ada di hadapanmu sekarang. Saya ingin mengurus hidup saya dengan benar agar tidak ada benalu yang hidup di sekitar saya seperti dirimu. Saya harus mencabutnya hingga
Rezan merasakan suhu tubuhnya memanas, luka di tangannya sudah terbalut perban. Sakit di luka tangannya tidak sebanding dengan sakit ketika melihat ayahnya berbaring tak sadarkan diri dengan berbagai alat bantu kesehatan. Dokter yang menanganinya mengatakan kondisi Rezan masih terlalu lemah untuk keluar dari ruang rawat namun pria itu tak memedulikannya. Sehingga kini, tepat di jam kesepuluh pasca kejadian berdarah-darah akibat ulah Laras, Rezan sudah siuman lebih dulu dan menemani ayahnya dalam diam.Tidak banyak yang dia ucapkan atau mungkin tidak ada sama sekali, pria itu hanya mematung, menatap sang ayah dengan pandangan berkecamuk. Ratu sempat menawarkan diri untuk menemani suaminya di sana tapi Rezan menolak. Dia mengatakan butuh waktu berdua saja dengan Restu. Pria itu pikir, setelah semua luka yang dia terima karena sang ayah, hati Rezan sudah cukup kuat untuk melepas sosok itu dari hidupnya.Apa pun yang menimpa Restu, Rezan tidak akan peduli, dia sangat meyak
Satu bulan berlalu sejak hari itu, kehidupan Rezan dan keluarganya benar-benar kembali normal seperti sedia kala. Keharmonisan yang sempat hilang kini terbentuk dengan lebih indah. Orang-orang yang membawa musibah pada keluarga mereka sudah sepenuhnya hilang. Seminggu lalu Laras dikabarkan mati bunuh diri di sel tahanan, sedangkan Bram sudah ke alam baka lebih dulu tepat di hari penuh darah itu terjadi. Ketika mengetahui Laras tertangkap oleh Ronald, Bram memutuskan kabur dengan mobilnya. Dia mengalami kecelakaan fatal karena mobil yang dibawanya terlindas truk besar di tengah perjalanan. Mereka mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan.Kebaikan memang tidak selalu indah namun kejahatan akan selalu menemukan jalan menuju tempat yang seharusnya. Penderitaan yang dialami keluarga Rezan adalah ujian kesabaran untuk mereka, hidup keluarga itu akan terlalu sempurna jika tidak ada Laras yang mengujinya. Selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari setiap keja
Ini pengalaman pertama bagi Rezan menjadi seorang calon ayah, rasanya menyenangkan walau sedikit membingungkan juga. Terkadang ada beberapa hal yang terjadi pada istrinya dan sulit untuk pria itu tangani. Sesuatu yang tidak ada dalam kamus pengetahuannya sebagai seorang dokter. Rezan paham betul bahwa hormon perempuan hamil itu berbeda. Mereka bisa menjadi lebih sensitif dari biasanya terhadap apa pun.Tak jarang, permintaan-permintaan aneh saat ngidam membuat pria itu mengerutkan kening. Apa yang Ratu inginkan jadi lebih sulit ia dapatkan karena wanita itu selalu meminta hal di luar batas kemampuan suaminya. Rezan lebih baik disuruh membelikan barang-barang mewah dan tas mahal seperti yang biasa ia lakukan. Kalau seperti ini Rezan mau menyerah, ingin balik kanan secepat mungkin tapi tidak bisa karena sang istri sudah memasang wajah sendu dan kecewa. Baku hantamlah perasaan Rezan.“Jadi kamu enggak mau ngambilin mangga itu, Mas?”“Sayang, bukan
Sepasang suami istri itu akhirnya tiba di kediaman kakek Dermawan, mereka sengaja dipanggil ke sana untuk kumpul-kumpul saja. Acara yang mulai rutin diadakan setidaknya satu bulan dua kali. Tujuannya adalah untuk mempererat silaturahmi dan keharmonisan keluarga yang sempat dibuat carut marut oleh Laras itu. Sesilia, Geo, dan Darel sudah tiba lebih dulu ternyata.Geo tampak gembira bertemu dengan atenya lagi, terlebih sekarang perut Ratu sudah kelihatan membuncit ketika kandungannya memasuki usia empat bulan. Mereka berkumpul, mengobrol sambil makan-makan santai. Ratu pun mengajak Sesil dan yang lainnya untuk makan mangga apel yang dia bawa. Sebenarnya Rezan agak tidak rela dengan hal itu. Dia mengambil mangga itu khusus untuk istrinya, kenapa sekarang malah dimakan sama semua orang. Tapi karena itu permintaan Ratu, jadi dia tidak bisa berbuat banyak.Di tengah acara kumpul-kumpul itu, Rezan pamit keluar sebentar. Katanya dia ingin membeli sesuatu, Geo berinisiatif ingi
Ratu baru saja bahagia atas kehidupan indah yang dia miliki, adiknya berbahagia, sahabatnya tengah berupaya menjadi orang yang lebih baik lagi, dan suaminya teramat menyayangi Ratu dengan sangat. Kebahagiaan yang ia jaga selama empat bulan terakhir sirna seketika usai mendengar peringatan kakek Dermawan tadi. Dalam perjalanan pulang Ratu bahkan sampai pura-pura tidur pulas karena ia tidak ingin Rezan menyadari kerisauannya. Begitu tiba di basement, Ratu pun tidak banyak bicara, dia hanya menggandeng suaminya dalam damai lalu berjalan menuju unit apartemen tanpa berkata sepatah pun jika Rezan tidak bertanya.Lima jam setelah itu, Ratu masih memikirkan masalah kakek Dermawan, malam menaburkan gelapnya di luar sana. Langit pekat, tidak ada rembulan atau bintang yang menghiasinya. Angin berembus dingin menusuk, Ratu merasakannya namun ia tidak berniat meninggalkan area balkon sedikit pun. Dia justru berharap dinginnya angin bisa membekukan rasa sakitnya, biar Ratu mati r
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia