William perlahan memejamkan kedua matanya. Dia sungguh tidak menyangka ternyata selama ini dirinya telah dipantau oleh Dragon Queen. Kini dia mengerti kenapa Dragon Queen tidak marah tadi.Saat William menghadap Dragon Queen kembali, dia melihat di belakang Dragon Queen ada seorang pria yang tidak dia kenal. William merasa tidak terima saat melihat pria itu karena selama ini, hanya dialah yang boleh masuk ke dalam kamarnya Dragon Queen.Dragon Queen menyalakan sebatang rokok dan menatap William dengan sikap yang sangat angkuh. William yang merasakan tatapan sinis Dragon Queen pun segera berlutut di depannya, “Dragon Queen, tolong dengar penjelasanku dulu. Ini juga bagian dari rencanaku?”“Bagian dari rencanamu?” tutur Dragon Queen tertawa.Sudah seperti ini saja William masih bisa bersandiwara. Apa dia benar-benar mengira Dragon Queen tidak tahu apa-apa? Walau begitu, Dragon Queen ingin melihat sejauh mana rencana William berjalan, jadi dia pun bertanya dengan senyuman tipis di wajahny
William tidak terima dirinya digantikan oleh seorang pria lemah.Pria itu juga tentu menyadari kemarahan William, maka itu dia berkata, “Kak William kenapa malah marah? Apa karena kamu lemah, makanya kamu jadi emosi?”William tahu kedoknya telah terbongkar, makanya dia pun segera meminta pengampunan, “Dragon Queen, aku kan sudah setia begitu lama, tolonglah ampuni aku.”Dragon Queen yang mendengar itu pun menatap sinis William dan berkata, “Oke, karena kamu sudah melayani aku bertahun-tahun, kamu aku maafin.”William langsung merasa lega mendengar hal itu. Untung saja Dragon Queen mau mengampuninya. Meski sekarang William tidak punya pekerjaan, setidaknya dia masih hidup.“Dragon Queen, aku saranin lebih baik kita bunuh dia, biar nanti dia nggak ngebocorin informasi penting tentang kita,” kata White Fox.“Dia sudah nggak ada gunanya lagi, ngga ada bedanya sama sampah,” cibir Dragon Queen.William marah sekaligus sedih mendengar ucapan tersebut. Dia tidak menyangka Dragon Queen akan ber
“Ternyata dari dulu Dragon Queen sudah tahu aku berkhianat, makanya dia siapin perangkap biar aku ketahuan. Aku hampir saja mati di sana,” keluh William.Toby tidak merasa bersimpati terhadap William, tapi dia tetap saja menghela napasnya. Lantas jika seperti ini, apakah petunjuk tentang kedua orang tuanya terputus begitu saja? Semua kerja keras Toby hingga dia bisa sampai di sini seketika sia-sia, dan William juga sudah tidak berguna sedikit pun.William pun buru-buru menunjukkan kemampuan menjilatnya dan memeluk kaki Toby sambil berkata, “Pak Toby, eh, Den Toby, tolonglah aku. Tadi aku sudah bikin si White Fox itu marah. Dia pasti bakal cari aku.”“Maaf, aku nggak mau nolong kamu, tapi aku punya obat penawarnya. Kamu bertahan hidup saja sendiri,” kata Toby sembari menyerahkan obat penawarnya untuk William. Hanya inilah sedikit kebaikan yang bisa diberikan oleh Toby.William telah melakukan banyak hal yang buruk, dan Toby mengingat semuanya. Karena itulah, dia tidak mau semudah itu me
Orang itu bersembunyi di tempat yang tidak bisa ditemukan oleh orang biasa. Meski persembunyiannya bagus, dia tetap tidak lolos dari mata Toby yang jitu.“Kalian keluar saja dulu, jangan sampai misah dan jangan keluar dari gedung ini. Aku ada urusan sebentar,” kata Toby.“Hati-hati, ya,” pesan Helena.Toby pun melayangkan sebuah senyuman untuk Helena dan segera berangkat.“Cih, cuma segini doang? Kirain jago.”Pembunuh yang sedang bersembunyi itu mengira Toby adalah seorang ahli, tapi ternyata hanya segitu saja kemampuannya.Kalau saja Toby bisa membaca isi pikiran si pembunuh itu, dia pasti sudah tertawa terbahak-bahak.“Kayaknya sudah cukup, waktunya beraksi,” kata si pembunuh.Awalnya dia hanya ingin bermain-main, tapi mengingat perintah dari atasannya, dia pun tidak membuang-buang waktu lebih lama lagi. Akan tetapi, ketika dia kembali membidik, ruang kantor Helena sudah kosong melompong.Pembunuh itu sudah menduga akan seperti ini, dan dia pun mencari tempat lain untuk membidik. Di
“Boleh juga keberanian kamu ini,” puji Toby.Namun tiba-tiba, Toby menendang pergelangan kakinya sampai terdengar suara patah tulang yang nyaring. Akhirnya, pembunuh itu tidak tahan lagi dan menjerit kencang.“Kalau nggak mau ngomong juga nggak apa-apa. Aku punya cara untuk bikin kamu buka mulut.”Raut wajah pembunuh itu langsung berubah dan keringat dingin pun membasahi wajahnya. Cara dia menatap Toby pun bagaikan sedang menatap seorang iblis.Dari luar Toby memang terlihat jinak, tapi tidak ada yang tahu seberapa kejam dia sebenarnya.“Aku nggak mau kasih kamu terlalu banyak kesempatan, jadi aku harap kamu cepat kasih tahu. Kalau nggak, aku patahin kaki satunya lagi sampai kamu cuma bisa hidup di atas kursi roda.”Dia dijanjikan uang sebesar sepuluh miliar untuk menjalankan tugasnya. Namun … dia telah gagal, dan uang itu pun melayang. Berhubung sudah seperti ini, lebih baik dia menyelamatkan diri sendiri saja.Ketika Toby hendak menendangnya lagi, pembunuh itu akhirnya menyerah dan b
Ketika Toby turun dari gunung, mendadak dia melihat seorang lelaki yang menutupi wajahnya dengan topeng mulai melangkah menuju Group Center Cloud. Tentu saja lelaki bertopeng itu ditahan oleh sekuriti gedung.Toby bisa melihat dengan jelas kalau lelaki itu tiba-tiba mengangkat pistol semprotan di tangannya dan menyemprotkannya ke dua orang sekuriti yang ada di depan pintu masuk.Kedua sekuriti tersebut tampak sempoyongan sesaat dan nyaris tidak bisa berdiri tegak. Kesadaran mereka kelihatan mulai menipis. Lelaki bertopeng itu berkata sambil tertawa, “Aku masuk untuk mengurus kerjaan, kalian jangan menghambatku!”Kedua tersebut terlihat membiarkan lelaki bertopeng itu masuk ke dalam. Kening Toby berkerut seketika, seharusnya Group Center Cloud memeriksa identitas diri dulu. Sedangkan Toby tahu pasti kalau lelaki bertopeng itu tidak mengeluarkan identitas apa pun.Dia yakin pasti ada yang tidak beres dengan lelaki bertopeng itu. Diam-diam Toby mengikutinya masuk ke gedung.“Berhenti, kam
Toby masuk ke dalam toilet dan membuka bilik pintunya satu persatu. Dia tiba di bilik toilet terakhir bertepatan dengan lelaki bertopeng itu yang berjalan keluar.Hanya dalam satu tatapan saja, kedua orang itu dapat merasakan sorot akan pembunuhan di kedua mata mereka masing-masing. Udara di sekitar mereka mendadak sunyi senyap.Lelaki bertopeng itu menyadari tatapan Toby yang melirik ke arah dalam bilik toilet dan menutupnya dengan tubuhnya sendiri seakan tidak ingin dilihat oleh Toby.Toby hanya tersenyum sambil berkata, “Kamu nggak perlu menyembunyikannya lagi. Aku sudah tahu semua rencanamu!”“Aku nggak ngerti dengan maksudmu,” sahut lelaki bertopeng itu yang terlihat terkejut, tetapi dia berusaha untuk tetap terlihat tenang.Sebenarnya dia tahu identitas Toby yang sebenarnya, tetapi dia tidak berani mengatakannya dan hanya berharap Toby tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Toby langsung mendorong lelaki itu ke samping dan terdiam kaget ketika melihat apa yang ada di dalam mas
Toby tersenyum lagi dan berkata pada lelaki itu, “Kamu sudah boleh kembali sekarang.”Lelaki bertopeng itu hanya mengangguk patuh dan berbalik keluar. Dia berjalan keluar dan bertemu dengan rekannya. Menyadari wajah linglung dari lelaki bertopeng tadi membuat rekannya berkata dengan nada bercanda,“Sudah, sudah, kerjamu bagus sekali.”Dia langsung menekan tombol di tangannya. Wajahnya berubah 180 derajat ketika mendengar suara mesin. Dengan cepat dia membuka baju rekannya dan dengan cepat mengatur kekuatan ledakan menjadi yang paling kecil.Namun yang tidak dia ketahui adalah, ledakan paling rendah dari bom itu tetap akan membuat mereka terlempar jauh. Karena panik membuat dia lupa kalau yang harus dilakukan pertama kali adalah kabur.Suara bunyi ledakan terdengar menggema. Meski suaranya tidak besar tetapi juga mampu membuat seluruh Larnwick gempar.Di dalam kamar Dragon Queen.Blake terbahak ketika menerima telepon dari anak buahnya. “Hahaha! Sudah masuk berita. Sepertinya sudah berh