Edgar mual.
Dia ingin sekali muntah untuk mengeluarkan isi perutnya yang terlalu di aduk.
Dia terlalu muak melihat bagaimana wanita itu meliuk mendamba sentuhan. Karena dia hanya mengakui Navier sebagai wanitanya, Edgar menyuruh salah satu anak buahnya untuk melakukan bagiannya. Tentu dengan beberapa trik pada wanita itu.
Dia memang menyetujui untuk membiarkan wanita itu di sisinya. Namun, itu hanya ungkapan semata. Edgar tidak benar-benar menepati ucapannya.
"Kau ... kau seperti yang kubayangkan," ucap Karin--wanita yang mendatangi Edgar dan membuat kesepakan dengannya.
"Jangan berkata lagi atau kita hapuskan kesepakatan ini!" bentak Edgar.
"Baiklah! Baiklah! Jangan hentikan!"
Edgar muak, tetapi tidak bisa pergi dari sana.
Dia terpaksa melihat bawahan dan wanita itu saling menyentuh.
Karena kalau dia pergi, bisa saja wanita itu bertanya dan membutuhkan jawabannya.
Karena muak, Edgar memberi perintah baahanya untu
"Setelah kau menemukan titik lemah mereka, kau masih menyimpan wanita itu, dan menjadikannya Nyonya?" "Hanya sementara!!!" Brak! Felix menggebrak meja, tak tahan dengan sikap yang ditunjukkan Edgar padanya. "Istrimu sedang menunggui anakmu di rumah sakit, dan kau enak bermain dengan wanita itu? Juga, di mana otakmu, Ed!? Kau memberinya wewenang seolah dia nyonya rumah yang harus dihormati!" Sudah satu bulan sejak saat wanita itu dibawa FElix, selama itu pula wanita itu tinggal di kantor Edgar. Hanya saja, Edgar memakai ruang Sean sementara pria itu belum sadar dari komanya. "Dia akan baik-baik saja," ucap Edgar dengan tenang. "Baik-baik saja? Kami di sini yang tidak! Kau tidak tahu bagaimana kelakuannya pada para karyawanmu!" Felix meremat rambutnya frustasi, "dia sudah keterlaluan sampai bisa memecat karyawan biasa yang hanya menyenggolnya!" "Aku tahu!" Tanpa diberitahu Felix, Edgar tahu akan hal itu. B
lix tidak kembali ke perusahaan Edgar. Justru, dia pergi ke Jonathan. Ada banyak kejanggalan yang bisa dia tangkap dari drama perpisahan Navier dan Edgar. Untuk itu, Felix berusaha untuk mencari jalan keluar sendiri. Bagaimanapun juga, Felix akan sangat menyayangkan jika mereka berdua sampai benar-benar berpisah. "Apa Edgar sudah memecatmu, sampai-sampai kau ke sini?" tanya Jonathan. Felix menggeleng. "Aku tidak betah di sana. Ada banyak hal yang tidak masuk di akalku," keluhnya. "Sudah lama tidak datang padaku, dan begitu ke sini kau hanya bisa mengeluh segala macam permasalahan? Kau pikir aku tempat sampah masalahmu?" Felix menepuk keningnya. Dia tak menyangka jika kakek tua itu akan menjadi sesenditif ini hanya karena dia jarang mengunjunginya. Padahal, dia-lah yang menyuruh Felix untuk membantu Edgar."Aku bosan dengan cucumu yang pemilih itu. Dia juga tidak memberiku libur yang layak."
"Aku sama sekali tidak menuduhmu berbohong. Hanya saja, aku merasa semuanya janggal!" kilah Sean.Felix, seniornya ini datang tak lama setelah dia dinyatakan bangun. Tentu saja saat ini tubuhnya sedang menyesuaikan, setelah tidak bergerak selama beberapa waktu.Jangankan untuk mengeluarkan emosi, untuk berkata seperti tadi saja Sean merasa payah."Nah, kan! Aku saja merasa semuanya begitu janggal. Hanya saja kakek tua itu juga tidak bisa berkutik. Aku diberi pesan untuk berhati-hati. Mungkin ada penyadap, atau mata-mata di perusahaannya!"Sean terdiam.Jika sudah seperti itu, maka semuanya akan menjadi masuk akal.Edgar yang tidak menolak berpisah, dan Jonathan yang diam seribu bahasa tentang mereka.Setahunya, keadaan tidak seperti itu."Aku tahu kau merasa berat untuk memikirkannya. Tapi untuk saat ini, kurasa hal termudah untuk kita adalah diam. Kita tidak biaa mendesak Tuan Edgar atau Tuan Jonathan, Sean. Apalagi Nyonya Nav
"Nyonya, ini aku. Maafkan aku yang baru bisa mengunjungimu," ucap Sean.Dia menunduk dari kursi roda yang dia pakai. Di belakangnya, Felix juga menundukkan kepala sebagai rasa hormat kepada istri tuannya."Tidak apa-apa. Maafkan aku juga yang belum bisa menjengukmu sampai saat ini. lihat? Kau yang sakit dan belum sembuh dengan benar saja menyempatkan waktu untuk menjenguk putraku," balas Navier.Sean tersenyum. "Tidak apa-apa, Nyonya. Saya bisa memakluminya," ucapnya.Seminggu setelah siuman, Sean meminta Felix untuk menemaninya menjenguk Henry. Beruntung mereka dirawat di rumah sakit yang sama.Jadi, Sean tidak perlu menempuh perjalanan jauh."Apa lukamu masih parah?""Sudah tidak, Nyonya. Hanya penyembuhan lebih lanjut dan beberapa kali terapi otot saja. Setelah itu, saya bisa beraktivitas seperti sebelumnya.""Syukurlah," desah Navier.Dia lega melihat orang yang dipercaya suaminya itu sudah lebih baik. Sebelumnya, dia khawat
"Aku bisa membiayai pengobatan anakku juga kakekku sendiri!" Navier berucap tegas. Dia tidak meragu sama sekali dengan apa yang akan terjadi.Tidak masalah jika Edgar membuang mereka. Tidak masalah jika Edgar tidak menganggap lagi adanya mereka, Navier masih bisa hidup seorang diri."Tapi, Nyonya. Meskipun Anda bisa membiayai mereka sendiri, Tuan Jonathan tetap tidak akan mengizinkan. Beliau sudah mengambil kendali penuh atas pengobatan Tuan James. Jadi, saya harap Nyonya tidak bertindak gegabah," ucap Felix.Dia lebih mengetahui tentang apa yang bisa saja terjadi pada Navier, karena lebih banyak membantu Jonathan dalam mengangani masalah mereka.Felix juga tahu jika Navier bisa melakukan apa yang dia ucapkan. Tanpa mengatakan pada Jonathan, Felix sudah tahu apa yang akan terjadi jika Navier meminta kakeknya di rawat di situ.Sebenarnya, Fel, aku adalah orang yang paling berhak dalam pengobatan kakekku. Aku satu-satunya keluarga yang beliau punya.
"Jangan melampaui batasmu!" bentak Edgar.Dia melepas paksa tangan Karin yang bergelayut di lengan kirinya.Karena tenaga yang dipakai Edgar untuk melepasnya tidak main-main, Karin tersungkur. Beruntung dia tidak membentur sudut meja yang ada di dekatnya."Kau! Kenapa kau begitu kejam padaku!? Aku sedang mengandung darah dagingmu, dann kau hampir membunuhnya! Di mana hatimu, Edd?""Kau tanya di man ahatiku? Bukankah kau seharusnya yang paling tahu di mana hatiku berada?""Mana kutahu! Kau tidak pernah mengatakan apa pun! Semua yang kau tanyakan padaku hanya tentang musuh, musuh, dan musuhmu saja! Tidak pernah kau tanyakan bagaimana keadaan anak yang akan lahir ini!"Edgar berdecih.Dia berbalik dan memunggungi Karin tanpa mau membantunya berdiri sama sekali.Sudah tujuh bulan sejak tu, Karin semakin menjadi. Dia menyatakan dengan lantang di hadapan semua orang kalau dirinya adalah pasangan Edgar. Tanpa segan memecat dengan alas
"Kupikir kau orang yang sederhana. Tapi ternyata aku kelru, ya?" tanya Edgar.A ... aku, tidak! Tentu saja aku hanya bisa menyimpulkan jika Felix telah membawanya, dan segera memproses permintaan itu. Kalian sudah menandatanginya bersama, jadi tidak akan ada masalah untuk ke depannya, bukan?" elak Karin.Sebisa mungkin dia mengatakan banyak hal agar Edgar memercayainya lagi.Edgar berbalik memunggungi Karin. Dia berjalan menuju jendela kaca lebar, yang memperlihatkan pemandangan kota.Dari jendela itu, dia bisa melihat gedung rumah sakit tempat Henry di rawat. Di gedung itu pula ada Navier yang menunggu Henry setiap waktu, dan Sean yang dalam masa terapi penyembuhan.Tanpa orang mengabarkan, dia sudah tahu jika Sean telah sembuh. Dia juga yang telah membuat kesembuhan Sean tidak diketahui banyak telinga. Bagaimanapun juga, kesembuhan Sean menjadi hal yang berbahaya bagi musuh-musuhnya."Kalau kukatakan jika surat itu sama sekali tidak pernah ada, apa yang akakn kau lakukan?""Tidak mu
"Kau masih memiliki keinginan untuk menyangkal semuanya?" tanya Edgar. "Kau ... sejak awal hanya menjebakku, kan?" Karin menatap nanar pada Edgar yag berdiri menjulang. Tubuhnya masih merasa sakit akibat melahirkan, dan tidak sanggup untuk melawan. Sebenarnya, dia justru ingin memberontak saat Edgar memberitahukan hasil tes mereka. Di dalam map itu, tertulis jelas bahwa anaknya dan Edgar sama sekali tidak memiliki hubungan darah. "Aku tidak menjebakmu. Aku hanya melakukan apa yang kau lakukkan. Kau berniat memanfaatkanku, aku sebaliknya." Karin menunduk, menyesali semua perbuatannya. Dia tidak menangka jika Edgar begitu sulit untuk ditakhlukkan. Tidak seperti korban-korban yang selama ini menjadi targetnya. Semuanya luluh begitu dia mengatakan hamil. Padahal, dia hanya merekayasa semua itu. Hanya dengan Edgar dia benar-benar hamil. Karena itulah dia sangat yakin jika bayi yang dikandungnya adalah putra Edgar.