Share

Bab 417

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Niko, apa yang kamu lakukan? Kamu kasar sekali pada istri mu sendiri!"

Widia pun berjalan cepat menghampiri Ranti, dia pun mendorong Niko yang menghalangi jalannya.

Kemudian dengan cepat melepaskan ikatan Ranti, hingga kini sudah terbebas.

Widia pun menatap wajah Niko dengan berapi-api, sungguh dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Niko.

Menurutnya selama ini Niko bukan lelaki yang suka kasar pada wanita, tetapi entah mengapa kini malah seperti ini.

Hingga tanpa bertanya sama sekali tangannya pun melayang di udara dan langsung saja mendarat di wajah putranya.

Plak!

"Ma."

Plak!

Widia pun kembali melayangkan tangannya di pipi sebelahnya, benar-benar tidak kuasa menahan amarahnya.

Tanpa mendengar penjelasan anaknya sama sekali.

Bahkan Niko sudah ingin berbicara, namun apa daya. Kenyataannya tangan Widia jauh lebih cepat bersuara.

"UPS!" Ranti pun terkejut melihatnya, sungguh dia tak menyangka bahwa Widia akan menampar anaknya.

Bahkan di depan mata kepala sendiri, entah benar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Restoe Boemi
smg dokter niko dan ranti bs segera akur yaak...
goodnovel comment avatar
Shinta Apple
terimak kasih thir udah update ...
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
lanjut thor..semangat tmk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 418

    Kini hari pun sudah sore, jam pulang kerja ini membuat Ranti merasa begitu bahagia. Apa lagi dia begitu lelah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.Istirahat hati, pikiran dan tubuhnya yang lelah menghadapi Niko.Suaminya itu yang membuatnya kesal bukan main."Dokter Niko, aku pulang duluan, ya, aku sudah lelah dan ingin segera istirahat!" kata Ranti."Siapa juga yang mau menginap di sini, aku juga mau pulang," kata Niko yang sedang membereskan laptopnya untuk dia bawa pulang."Aku bilang, aku mau pulang. Bukannya, menanyakan kamu menginap di sini atau tidak! Dasar aneh!" jawab Ranti dengan sangat kesal, "ah, sudahlah, aku pulang duluan. Percuma juga berdebat dengan mu! Aku sudah lelah, aku tidak mau semakin lelah!"Tanpa menunggu jawaban dari Niko dengan segera Ranti pun berlari menuju pintu, karena dia benar-benar ingin cepat sampai di rumah.Sedangkan Niko hanya diam saja, karena ingin melihat dengan siapa Ranti pulang.Jika dengan Beni, artinya pria itu benar-benar cari masala

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 419

    "Indahnya hidup ini."Ranti pun duduk bersantai di taman belakang rumahnya, dia menikmati udara pagi yang begitu menyegarkan ini.Pagi ini dia hanya bersantai saja di rumah karena Niko sedang ada urusan di luar kota sehingga tidak masuk bekerja.Ini hari yang paling membahagiakan bagi seorang Ranti setelah menjadi istri Niko.Pagi ini memang tampak mendung dengan hujan yang turun rintik-rintik membasahi bumi.Akan tetapi menurut Ranti hari ini begitu cerah secerah hatinya tanpa Niko.Sesekali dia menyeruput teh hangat untuk membuat dirinya semakin segar."Pagi ini mendung, tapi kamu sangat bahagia sekali sepertinya," tanya Tias.Sejak tadi Tias terus saja memperhatikan putrinya.Wajah putrinya Itu tampak berbinar-binar dari semalam hingga pagi ini tak ada pudar."Iya, dong, Bunda. Ranti, sedang menikmati libur bekerja, rasanya sangat indah luar biasa," jawab berhenti sambil kembali menyeruput teh hangat miliknya."O, begitu. Lalu, Niko bagaimana kabarnya? Apa kau sudah menanyakan dia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 420

    Dua hari kemudian.Dua hari sudah berlalu, Niko belum jug kembali dari luar kota.Ranti pun masih menikmati kebebasannya, bebas bekerja dan bebas gangguan dari seorang lelaki yang sangat dibencinya setelah ucapan Niko yang pernah membuatnya merasa tersakiti."Nggak kerja?" tanya Asih saat melihat adik iparnya yang baru saja datang ke kamarnya untuk melihat dua bayi mungil yang sangat menggemaskan."Enggak, Kak. Dokter Niko, masih di luar kota," jawab Ranti.Ranti pun menggendong bayi lucu tersebut, namanya Alif, sedangkan Alfa masih terlelap di dalam box bayinya."Kamu kenapa tidak ikut?" tanya Asih lagi, mengingat keduanya adalah suami istri.Sehingga tak ada masalah jika pun Ranti pergi kemana pun Niko pergi.Bahkan keduanya bebas untuk pergi kemana pun berdua saja."Ngapain? Lagian apa, iya ngikutin dia," kata Ranti yang sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Asih.Asih pun tersenyum mendengar jawaban adik iparnya tersebut.Membuat Ranti pun bertanya-tanya mengap

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 421

    Rembulan malam tampak begitu bersinar di malam ini, Ranti pun kini berdiri di balkon kamar.Entah mengapa tiba-tiba matanya sulit untuk terpejam.Bahkan Ranti pun sudah berusaha untuk terlelap sejak tadi, tapi kenyataannya memang begitu sulit.Mendadak ada perasaan yang tidak bisa dia jelaskan.Lagi-lagi wajah Niko membayangi, entah apa sebabnya. Namun, kenyataannya Ranti begitu sulit untuk menepikan bayangan itu.Seketika dia mengingat ucapan yang keluar dari mulut Kakak iparnya Asih."Jangan terlalu membenci, karena dulu, aku juga begitu benci pada, Kakak mu. Biasa saja, jalani semuanya."Ranti pun menepis semuanya, rasanya tak mungkin dia mulai terbiasa dengan kehadiran Niko.Bukankah dia sangat benci, bahkan sangat menantikan perceraian mereka berdua?Lalu bagaimana mungkin kini dirinya terus memikirkan akan Niko?Kemudian dia pun segera menyalakan kembali ponsel yang sempat dia matikan, dia melihat begitu banyak panggilan dari Niko.Ternyata ada pesan pula yang dikirimkan untuk d

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 422

    Tias bingung dengan putrinya yang belum juga muncul di meja makan di pagi ini, bahkan setelah selesai dengan sarapan pagi bersama yang lainya hanya Ranti yang belum juga muncul.Hingga dua jam berlalu Ranti pun belum juga keluar dari kamarnya, membuat Tias pun bertanya-tanya mengapa bisa putrinya belum keluar dari kamar.Sebab, tidak biasanya Ranti seperti ini. Jika pun dia kembali ke dalam kamar maka setelah sarapan pagi terlebih dahulu.Namun, Tias malah terkejut melihat kamar Ranti yang begitu berantakan. Sedangkan Ranti juga sedang tidur dengan posisi asal di atas ranjang."Ada apa ini? Kenapa berantakan sekali? Seperti kapar yang tidak berpenghuni. Apa dia sakit?"Tias benar-benar bertanya-tanya, kemudian dia pun mendekati Ranti, memegang dahi putrinya tersebut."Suhu badannya baik-baik saja," kata Tias setelah merasa tak ada yang harus dikhawatirkan dari keadaan putrinya tersebut.Akan tetapi Tias tak tahu, karena yang dikhawatirkan saat ini bukan suhu tubuh Ranti. Melainkan per

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 423

    Setelah beristirahat bukannya lebih baik, malah semakin membuat Ranti stres.Karena dirinya yang terus saja memikirkan Niko.Bertepatan dengan itu suara ponselnya pun berbunyi.Ranti langsung saja menjawab tanpa membaca nama yang muncul di layar ponselnya."Halo," jawab Ranti dengan malas, kini dia sedang berguling di atas ranjang karena pikirannya yang tidak baik-baik saja itu."Sebelumnya kamu menelpon ku, ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Niko dari seberang sana.Ranti pun melihat layar ponselnya karena merasa tak asing dengan suara tersebut, ternyata benar. Niko yang kini sedang berada di balik telepon."Nggak ada apa-apa, cuman mau tanya saja. Kapan kamu pulang?" tanya Ranti.Kemudian menutup mulutnya dengan tangan setelah menyadari pertanyaan yang keluar dari bibirnya."Kenapa? Apa kamu merindukan aku?" tanya Niko yang kini malah menggoda Ranti."Apaan sih? Aku cuman tanya, karena aku tidak mau gaji ku di potong karena beberapa hari ini libur!" terang Ranti.Ranti m

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 424

    Sejak tadi Ranti terus saja gelisah, dia terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Niko.Karena akan pergi ke luar negeri, padahal dia tak ingin pria itu pergi lagi.Tapi dia juga bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya pada Niko."Kamu kenapa?" tanya Niko saat melihat Ranti yang tampak sangat gelisah.Niko yang duduk di sofa sambil sibuk dengan laptopnya menyadari bahwa Ranti sedang merasa tidak nyaman.Ranti yang duduk bersila di atas ranjang pun kini menatap Niko."Lah, memangnya aku kenapa?" tanya Ranti kembali.Mungkin saja dia tak menyadari bahwa dirinya sendiri begitu gelisah."Besok, aku ke luar negeri. Kalau kamu ingin ke rumah sakit, juga silahkan. Mungkin kamu bosan di rumah terus," kata Niko."Dok," panggil Ranti.Niko yang sudah kembali berfokus pada laptopnya pun kini kembali melihat Ranti."Ada apa?""Nggak, jadi, deh," Ranti pun segera mainkan ponselnya kembali.Selain karena bingung harus memulai pembicaraan yang hendak dia katakan, dia juga merasa tidak ingin Nik

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 425

    Tapi sebenarnya ucapan maaf yang keluar dari mulut Niko itu benar, dia hanya berusaha untuk tidak membuat Ranti tegang dan suasana pun berubah menjadi tidak nyaman.Dia juga tak ingin Ranti semakin membenci dirinya, karena Niko tak mau itu terjadi. Sebab, dia ingin terus bersama dengan Ranti.Meskipun tahu belum ada perasaan di hati wanita yang berstatus istrinya.Sebab Niko sudah terlanjur nyaman untuk tetap berada di samping Ranti.Lantas bagaimana saat ini?Karena ternyata apa yang dia pikirkan sepertinya salah, karena Ranti mengharapkan ucapannya adalah nyata."Ranti, aku minta maaf," Niko pun kembali lagi berusaha untuk mendapatkan maaf dari Ranti.Karena dia benar-benar merasa bersalah atas ucapannya."Tapi bohong!" kata Ranti yang menirukan suara Niko saat mengatakan kalimat tersebut, hanya saja wajah Ranti yang tampak kesal bercampur kecewa tempak jelas."Nggak, aku serius," Niko pun meraih tangan Ranti, dia berusaha untuk meyakinkan Ranti, bahwa dia benar-benar tak ingin sepe

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status