Share

Bab 112

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa cemberut sekali?" Dion terus saja menatap wajah Nia yang masam, entah apa sebabnya sama sekali tidak dimengerti oleh pria itu.

"Mas, aku sering banget lupa minum pil. Gimana ya, kalau aku hamil," Nia pun mengusap wajahnya beberapa kali.

Bukannya Nia tidak mau, hanya saja Zaki masih terlalu kecil akan sangat kasihan sekali bayi yang baru berusia hitungan Bulan itu nantinya.

Dion pun mengelus kepala Nia, mengerti dengan apa yang dirasakan oleh istrinya tersebut.

Hingga dirinya ingin sedikit menenangkan yang mungkin saja bisa membuat keadaan sedikit membaik.

"Kita minta yang terbaik saja, kalau pun hamil lagi pasti Mas ada buat kamu."

Nia benar-benar tidak mengerti harus bagaimana, tetapi dipikirkan juga tidak lantas merubah apapun.

Hanya saja trauma melahirkan masih menghantui, apalagi saat pendarahan hebat malam itu.

"Kamu tenang dong, jangan stres," lagi-lagi Dion berusaha untuk menyemangati Nia, sebab dirinya sendiri juga paham apa yang kini dipikirkan oleh Nia.

Hingga tiba-t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (27)
goodnovel comment avatar
Yen Anton
keluarga kecil bshagia
goodnovel comment avatar
isma triana
kalau awalnya udah happy ntar pertengahan pasti ceritanya menyedihkan
goodnovel comment avatar
siti mutmainah
lanjut lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 113

    Rumah tangga yang dijalani oleh Nia dan Dion benar-benar sudah membaik, penuh warna dan juga penuh kehangatan.Perhatian Dion terhadap Nia tidak lagi di ragukan, bahkan pagi ini saja keduanya masih berduaan saja."Mas, berangkat dulu," pamit Dion saat berada di depan pintu."Hati-hati," jawab Nia diiringi dengan senyuman manisnya.Namun tidak dimengerti sama sekali, mengapa Dion sudah berpamitan beberapa kali namun tidak juga berpindah dari tempatnya."Kenapa?" Tanya Nia bingung."Apanya?" Dion malah bertanya kembali, karena Nia tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Dion saat ini."Kok nanya balik sih?"Sungguh Nia semakin bingung, Dion yang membuatnya menjadi demikian."Mas, udah pamitan....""Lalu?" Dion mengangkat tangannya, kemudian mengarahkan pada dinding, sementara Nia yang bersandar pada dinding pun semakin bingung."Apaan sih?" Nia mendadak salah tingkah karena wajah Dion yang begitu dekat dengan dirinya, "sana, katanya mau berangkat."Nia pun mendorong dada Dion, b

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 114

    Nia masih saja memikirkan jawaban dari pertanyaan Dion yang aneh pagi tadi, bahkan sampai saat inipun masih saja membuatnya menjadi kebingungan.Untuk menyiram tanaman saja tidak lagi bisa berkonsentrasi.Sebab belum menemukan jawaban dari semua kebingungannya.Sampai akhirnya malah Bunga yang terkena siraman air dari selang yang dipegang oleh Nia."Nia!" Pekik Bunga.Membuat Nia pun sadar dari lamunannya, bahkan dirinya sampai terkejut melihat Bunga yang basah."Maaf Bu," buru-buru Nia menghampiri Bunga, melihat keadaan mertuanya itu yang basah membuatnya menjadi tidak enak hati.Nia benar-benar aneh karena sibuk memikirkan sesuatu hal yang cukup membuatnya menjadi seperti ini."Kamu kenapa? Dari tadi Ibu perhatikan melamun terus, ada masalah? Coba cerita ke saya."Bunga pun tidak ingin ada masalah dalam rumah tangga anaknya, sehingga memilih bertanya secara langsung.Meskipun sejujurnya Bunga tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga anak menantunya, tetapi Bunga lebih tidak

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 115

    Nia pun menyiapkan bekal makan siang untuk Dion, sebab kini dirinya bukan hanya memiliki satu bayi.Tetapi dua, salah satunya adalah bayi besar. Bahkan manjanya mengalahkan Dila."Selesai," Nia pun tersenyum setelah berhasil menyiapkan bekal untuk Dion, kemudian dirinya menitipkan Zaki pada Asih.Setelah itu barulah Nia menuju kantor Dion bersama dengan supir yang sudah dikirimkan oleh Dion untuk menjemput dirinya.Namun, sesampainya di kantor Nia malah melihat Raya dengan rantang di tangannya.Tampaknya itu adalah bekal makanan yang sudah disiapkan untuk Dion.Rasanya sangat tidak masuk akal, tetapi apakah rantang itu sudah kosong karena Dion sudah memakannya?Apa Nia terlambat?"Om, ini bekalnya di makan ya," kata Raya dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin.Tetapi Dion tidak perduli sama sekali, malah menggerakkan tangannya ke arah Nia.Perlahan Nia pun berjalan masuk, hingga akhirnya berdiri di dekat meja mereka Dion.Tanpa di sangka Dion menariknya hingga duduk di atas pangk

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 116

    "Jangan pulang dong, Mas minta maaf ya," Dion pun menahan Nia untuk tidak pulang, sebab Dion masih ingin bersama dengan Nia lebih lama.Dengan terpaksa Dion pun menghentikan tawanya, sebab tidak ingin membuat Nia tidak nyaman kemudian memilih untuk pulang terlebih dahulu.Meskipun sebenarnya dirinya masih ingin tertawa karena ulah Nia yang aneh dan juga sangat lucu, sungguh istimewa sekali istrinya itu karena berbeda dari wanita lainnya."Nggak mau!""Sejak kapan istri Mas bisa ngambek begini?" Dion terkekeh geli melihat tingkah laku Nia yang mengemaskan.Terbilang cukup mustahil seorang Nia bisa marah, tapi itulah yang kini terjadi.Dion pun memaklumi, mungkin saat ini Nia sudah sangat nyaman berada di dekatnya sehingga bisa bersikap demikian.Apakah masalah untuk Dion?Tentu saja tidak.Belum lagi bibir Nia yang mengerucut semakin membuat Dion merasa gemas, ini sungguh sangat luar biasa.Rasanya seperti panas dingin, ulah Nia yang tanpa sadar malah membuat Dion semakin hanyut dalam

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 117

    Tiada hari tanpa kebahagiaan itulah yang kini dirasakan oleh seorang Nia, suami yang penyayang, anak yang cantik dan tampan kini sudah dimilikinya.Apa lagi?Semuanya benar-benar begitu indah tanpa ada yang bisa menggantikannya sama sekali."Mas, udah bangun?" Tanya Nia yang masuk ke dalam kamar.Seperti pagi-pagi sebelumnya, Nia akan disibukan dengan aktifitas sehari-hari.Seperti mengurus Dila, Zaki, kemudian membuatkan sarapan pagi.Setelah semua itu selesai barulah Nia menuju kamar dan melihat suaminya, apakah memastikan sudah bangun ataupun belum.Bahkan Nia juga harus mengurus bayi dadakannya itu dengan penuh kehangatan."Anak-anak di mana?" Tanya Dion sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Nia.Istrinya itu memang sangat pendek, bukan hanya pendek saja, tapi juga masih terlalu muda.Usia mereka memang terpaut begitu jauh, meskipun begitu tetap saja tidak menjadi alasan untuk tidak bahagia."Dila, udah berangkat sekolah sama Asih. Zaki, sedang main sama Ibu.""Usia Zaki sud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 118

    "Mas, jangan banyak gerak. Entar Nia jauh!""Dasar penakut!" Akhirnya Nia pun selesai memasangkan dasi pada Dion, kemudian dengan bantuan Dion pula dirinya turun dari atas meja.Keduanya pun berjalan beriringan menuju pintu, namun belum juga pintu di buka sudah ada yang membukanya.Nia pun bingung melihat seorang wanita yang kini berdiri di depan pintu kamar, sesaat kemudian wanita itupun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar.Tanpa ijin sama sekali, membuat Nia semakin bingung saja.Wanita itu tampak tenang, berjalan ke arahnya Dion yang berdiri di samping Nia.Hingga tiba-tiba wanita itu melingkarkan tangannya pada tengkuk Dion."Apa kabar sayang, aku kangen banget sama kamu," kata wanita itu dengan begitu manjanya."Sayang?" Nia bertanya-tanya mengapa bisa wanita itu melakukan hal itu dengan lancangnya, bahkan memanggil Dion dengan begitu mesranya.Nia pun menatap Dion dengan penuh tanya, tidak tahu apakah yang sebenarnya terjadi."Mas?" Tanya Nia bingung.Dion masih dia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 119

    Nia hanya bisa diam di tempatnya, tanpa kata tanpa bicara menyaksikan ini semua.Ini bukan kebahagiaan melainkan sebuah kesakitan yang begitu mendalam.Hingga akhirnya Nia pun menatap Bunga yang juga melihat ke arah depan sana.Seakan Bunga pun masih dalam sebuah keterkejutan yang begitu luar biasa."Bukanya Ibu bilang Mas Dion duda?" Tanya Nia secara langsung.Bunga pun terdiam, sejenak mengingat apa yang pernah dikatakannya pada Nia.Bunga mengingat itu semuanya bahkan tanpa terlupakan sedikitpun."Nia, Ibu tidak menyangka dia kembali lagi. Sebab, dia sudah pergi saat beberapa tahun yang lalu demi karirnya. Bahkan, mengatakan tidak akan pernah kembali lagi pada Dion. Meskipun saat itu Dion memohon."Kilas balik itupun kembali berputar di benaknya, dimana peristiwa masa lalu yang pernah di saksikan nya itu tidak pernah bisa terlintas dibenaknya.Saat itu Karina yang mengatakan sendiri untuk pergi ke luar negeri demi karirnya, karena dirinya mendapatkan tawaran kontrak."Karina, bagai

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 120

    Tidak berpikir semuanya akan sesakit ini, karena semuanya sudah selesai tanpa ada rasa kasihan.Yang diharapkan oleh Nia saat ini adalah sebuah kejelasan, karena kini dirinya hanya orang lain diantara hubungan Dion dan Karina.Apalagi Dila yang tampak begitu bahagia dengan kehadiran Karina, siapakah kini Nia? Nia pun tidak tahu.Tidak bisa dikatakan istri, sebab dirinya benar-benar terlupakan dan tidak dianggap sama sekali.Untuk sekedar berbicara dengan Dion saja Nia tampak sulit, seakan dirinya hanya orang luar yang ingin menemui pemilik rumah itu.Bahkan saat ini dirinya hanya menatap dari kejauhan saat melihat Dila yang sedang bersama dengan Karina dan juga Dion yang duduk di ruang keluarga.Biasanya Nia yang ada di sana, tetapi kini sudah tidak lagi. Dirinya sudah tidak berguna sama sekali."Mami, ini jawabnya berapa?" Tanya Dila pada Karina saat dirinya yang sedang menyiapkan tugas sekolahnya.Sedangkan Dion duduk di samping Karina sambil memperhatikan Dila yang sedang sibuk den

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status