Share

Part 74

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-09 12:32:14

Part 74

Dania kembali menjalankan mobilnya. Satu titik terang ia dapat. Berharap dalam hati, ia akan cepat mengetahui kebenaran semua itu.

“Kita mau kemana?” tanya Cika.

“Terserah kamu mau kemana,” jawab Dania.

“Aku sebenarnya tidak mau kemana-mana. Tetapi di rumah pintunya sudah ditutup. Makanya aku malas untuk keluar.”

“Kamu ingin pulang?” tanya Dania. “Baiklah. Aku yang akan mengetuk pintu. Coba nanti ya, Ines akan membukanya atau tidak. Jika tidak, kamu akan kuajak ke rumah kosku. Oh, iya, kamu maunya kita tes DNA kapan?”

“Kita?” tanya Cika.

“Ah, maaf, maksudnya kamu. Karena aku yang akan bantu kamu, jadi ingatnya kita,” jawab Dania sambil berusaha mengurangi rasa gugup. “Kalau bisa secepatnya, Cika. Kamu harus ambil rambut mama dan ayah kamu. Nanti serahkan sama aku.”

“Aku ambil bagian tubuh mereka?”

“Iya.”

“Gimana caranya? Ines saja tidak mau dekat sama aku.”

“Kamu cari waktu pas Ines sedang pergi. Dan masuk ke kamarnya. Biasanya di sisir ‘kan ada rambutnya.”

“Kalau tidak nemu?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mia NuSa
bgus dania trus cari celah deketin ines trus tinggal blas dendam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 75

    Part 75“Jadi bagaimana, Ibu? Mau beli berlian yang saya jual?” tanya Dania.“Modelnya bagus-bagus. Aku jadi bingung memilih yang mana,” sahut Ines tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. “Kalung yang ini seratus lima puluh juta. Kalau yang satu set dengan cincin dan gelang, ini tiga ratus juta. Ah, aku jadi bingung mau pilih yang mana. Ini dua-duanya bagus dan aku ingin beli.”“Kalau dua berarti tiga ratus lima puluh juta. Kecil bagi Pak Han,” sahut Dania.“Kalau beli sampai tiga ratus lima puluhan juta kayaknya tidak boleh.”“Lhoh, Ibu tidak punya tabungan sendiri?”Ines kali ini memandang Dania. “Itu rahasia perusahaan,” katanya sambil tertawa lirih.‘Masa kalah sama aku sih, Bu, yang dikasih mahar satu miliar.’ Dania tertawa dalam hati.“Menurut kamu, aku beli yang mana?” tanya Ines bimbang.“Ya kalau suka semua, beli semuanya lah, Bu. Biar bisa gonta-ganti. Masa istri seorang pengusaha harus pikir-pikir buat beli barang ini sih, Bu?” Dania terus merayu. “Kalau mau jual lag

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 76

    Part 76“Jangan lupa, berliannya kalau sudah datang, langsung kamu antar ke sini,” kata Ines saat hendak turun dari mobil Dania.“Siap, Nyonya,” kata Dania sambil memberikan gerakan hormat.Ines berhenti sejenak mendengar Dania memanggilnya nyonya.“Kenapa?” tanya Dania sambil tersenyum saat menyadari Ines urung turun.“Ah, enggak apa-apa. Panggilan kamu mengingatkan dengan seseorang. Tapi, itu tidak mungkin kalau dia adalah kamu,” kata Ines. “Kamu dan dia jelas beda meskipun sama-sama babu. Dia juga sudah me….”“Me apa, Bu?” tanya Dania.“Ah, enggak. Aku harus turun segera.”“Bu ….” Dania menahan.Ines yang tangannya hendak membuka pintu mobil jadi urung lagi. “Apa?”“Apa Ibu bisa membantu saya mencarikan teman saya yang hilang? Barangkali Ibu punya kenalan polisi,” kata Dania. “Dia pergi bekerja saat lulus SMP. Tetapi dia tidak pernah kembali lagi. Gosip yang beredar katanya dia sempat dihamili majikannya. Bu, saya sangat merindukan dia dan saya pernah dimintai oleh orang tuanya unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 77

    Part 77 “Cepat!” hardik Ines sambil terus mengacungkan pisaunya. Han dan Dodi yang kalut dan bingung, menuruti perintah Ines. Mereka membawa Aisya dan Simbok ke dalam mobil. Bagian mobil jok Dodi yang belakang. Ines masih kesetanan dengan mengacungkan pisau yang ada di tangan. Kondisi lampu yang hidup padam membuat suasana mencekam. “Aku akan naik mobil Dodi, kamu, Han, kamu urus bayi haram kamu,” kata Ines sambil berlari ke dalam mobil dan menarik paksa lengan Dodi untuk menyetir. Sepanjang perjalanan, Ines masih memegang pisau itu. Sesekali diarahkan ke arah Dodi untuk mengancam lelaki itu. “Kita mau kemana, Bu?” tanya Dodi yang juga merasa ketakutan. “Terus saja! Kita akan membuang jika nanti ada jurang,” jawab Ines. “Itu jauh, Bu, masih ada satu jam lagi perjalanan dari sini.” “Diam kamu, Dodi! Lakukan perintah yang kuberikan atau kamu juga akan bernasib sama dengan mereka,” ancam Ines. Peluh mengalir di wajah Dodi karena panik dan ketakutan. Meski suasana dingin, tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 78

    Part 78Karena kondisi yang kacau di rumahnya, Han memerintah Dodi untuk mencari seorang pengasuh bayi. Maka, datanglah Siti yang akhirnya menjaga bayi Aisya. Bahkan, nama Cika Yesnita, itu pun yang memberi adalah Siti.Bertahun-tahun Ines seperti dihantui oleh suara tangis bayi dan juga suara Aisya yang meminta tolong padanya. Ia depresi dan beberapa kali harus dipasung karena hendak mengamuk seisi rumah.Kevin menjadi anak yang membenci bayi Cika, sehingga ia selalu dijauhkan oleh Intan. Intan menjaga Kevin dan Siti menjaga Cika di kamar belakang bekas Aisya dulu. Intan mengalah dan pindah tidur kamar yang lainnya. Usia belasan tahun, barulah Kevin bersikap sedikit melunak pada Cika meski tidak bisa menjadi kakak yang baik seperti layaknya orang lain.Bertahun-tahun Cika hidup dalam keluarga yang membencinya. Namun, Han masih bisa menganggapnya sebagai anak meskipun tidak dekat dengannya.Ines mengusap air matanya dengan kasar. Ia tersadar dari lamunan peristiwa selama belasan tahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 79

    Part 79 Dengan menaiki mobil pick up milik Riko, Aisya dibawa ke rumah pemuda itu. Riko yang paham kalau Aisya masih trauma mengajak keponakan perempuannya untuk ikut serta. Ternyata rumah Riko cukup jauh dari pusat kota. Berada di sebuah pegunungan yang berhawa sejuk. Kebanyakan kaum perempuannya bekerja menjadi TKW sehingga banyak sekali rumah yang hanya ditinggali kaum lelaki beserta anak-anak. Ada juga rumah yang diisi oleh wanita yang sudah tua yang menjaga cucu-cucu mereka yang ditinggal merantau. Hidup di rumah Riko bersama ibunya, Aisya cukup tahu diri. Setiap hari bekerja dan dia hanya diam. Makan pun jarang karena sadar ia hanya menumpang saja. Seminggu sekali Aisya ziarah ke makam Mbok Sri. Di dekat nisan wanita tua itu Aisya selalu menangis. “Mbok, kenapa aku hidup?” Selalu pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Ibu Riko tidak merasa keberatan dengan keberadaan Aisya di rumahnya. Ia yang kesepian karena anak pertamanya pergi menjadi TKW, sementara cucunya memilih men

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 79

    Part 79Aisya duduk termenung di atas tempat tidur, memandang ke luar jendela yang merupakan sebuah kebun cengkeh dengan pepohonan yang rindang. Sudah dua hari ia tidak mau keluar kamar. Rambutnya terurai berantakan dengan baju yang sama. Namun, sebelum mengurung diri di kamar pribadi yang ia pilih sendiri itu, Asiya sudah meminta izin pada ibunda Riko. “Ibu, saya minta izin untuk tidak bekerja membantu Ibu. Ibu tidak usah risau dengan keadaanku. Aku hanya ingin menyendiri. Terima kasih sudah menerimaku di rumah ini. Aku tidak mau merepotkan Ibu, jadi, Ibu jangan pernah mengkhawatirkan keadaanku,” katanya sebelum masuk kamar dan menguncinya. Ia hanya keluar sesekali untuk buang air saat rumah dalam keadaan sepi.Rumah Riko berukuran cukup besar dengan empat kamar tidur. Awal Aisya ke rumah itu, ia telah diberikan kamar di depan, bekas kamar kakak Riko yang kini sudah menikah dan menjadi TKW. Namun, Asiya yang cukup tahu diri menolak tegas. Ia memilih kamar yang letaknya paling ujung d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 80

    Part 80Aisya mengusap air mata yang sejak sebelum Mirna datang sudah menggenang di pelupuk mata. “Aku pasti akan pergi, Mbak. Maafkan kalau sudah menjadi benalu di rumah ini. Aku akan pergi jika umurku sudah tujuh belas tahun. Aku akan pergi jadi TKW seperti Mbak Mirna. Aku akan mengembalikan semua uang yang sudah Mas Riko keluarkan untuk aku,” jawabnya dengan suara bergetar.“Baguslah kalau kamu punya pemikiran seperti itu. kalau memang kamu ada niat seperti itu, aku izinkan kamu tinggal di rumah ini sampai usia kamu genap tujuh belas tahun. Aku sudah mendengar banyak tentang kamu dan aku tidak ingin tetangga berpikiran macam-macam. Apalagi kalau sampai kamu suka sama Riko. Dia adikku satu-satunya dan aku berharap dia menikah dengan wanita normal. Gadis yang masih perawan dan berasal dari keluarga serta masa lalu yang jelas,” kata Mirna.“Jangan khawatir, Mbak. Aku cukup tahu diri,” jawab Aisya.“Baguslah! Jarang ada orang seperti ibuku yang memberi makan gratis sama orang yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 81

    Part 81"Kamu makan lahap sekali, Aisy," kata Riko."Enak. Aku tidak pernah makan makanan seenak ini," jawab Aisya sambil menghabiskan kuah di sendok terakhir."Kenapa tidak pernah minta sama aku?" tanya Riko dengan tatapan kecewa."Siapa aku, Mas? Aku ini hanyalah wanita kotor yang menumpang di rumah Mas Riko. Tapi hari ini, aku mau meminta bayaran karena sudah membuat ladang Mas Riko yang gersang menjadi hijau. Tentang hutangku, aku tetap akan memikirkan."Riko meminta lagi satu mangkok bakso tanpa mie dan memberikan pada Aisya. "Makanlah! Kamu sangat kurus. Aku dikira memanfaatkan tenaga gratis kamu. Anggap ini bayaran untuk kamu."Aisya tersenyum dan kembali melahap bakso di hadapan tanpa rasa malu. Dari kemarin ia memang tidak makan karena saat akan membakar singkong, Mirna datang dan mengatakan segala hal tentang budi baik keluarganya. Membuat Aisya urung menyalakan api."Kamu sudah terlalu lama di rumahku. Kapan pergi? Apa usia kamu belum genap tujuh belas tahun?" tanya Mirna s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status