Nathan berpikir keras maksud perkataan Lucky. Dia mencoba mengingat sesuatu tentang weekend kali ini. "Jika bukan itu, lalu apa, Lucky?!"Lucky kembali duduk berhadapan dengan Nathan. Dia mengutak-atik ponselnya. "Lihatlah, Tuan Muda! Lihatlah!"Lucky menunjukkan sebuah akun sosial media di ponselnya kepada Nathan. Akun tersebut merupakan salah satu akun Korean Pop terkenal kegemarannya. Dan, seketika itu juga berhasil membuat Nathan tercengang. "Gosh! Jadi, kau akan pergi ke konser BlackPurple Girls itu, Lucky?!"Lucky mengangguk dengan cepat berulang kali. Dia juga berseru menjawab pertanyaan Nathan, "Yes! Yes! Yes!"Lucky meletakkan ponselnya di atas meja kerja Nathan. Dia mendorong kursi ke belakang, lalu memperlihatkan kedua tangannya kepada Nathan. "Lihatlah, Tuan Muda! BlackPurple Girls ... in your area! BlackPurple Girls ... in your area!"Nathan memijit dahinya ketika Lucky melakukan gerakan tari seperti grup musik favoritnya yang terdiri dari 4 wanita cantik asal Korea Se
Nathan melihat Alicia mengerucutkan bibirnya. Wanita yang menjadi istri kontraknya tersebut pun memutar tubuhnya."Hei, apa yang kau tertawakan?"'Oh, astaga! Apakah aku telah melakukan kesalahan sehingga Nathan melemparkan tatapan menyeramkan seperti itu?' Alicia buru-buru mengubah sikapnya usai menerima tatapan tajam dari Nathan. Alicia mengapit lengan kiri Nathan. Kemudian, dia bertanya sekaligus memberikan alasan atas pertanyaannya, "Suamiku, apakah salah jika aku menyapa Nenek Ellena? Karena aku belum memperkenalkan diriku kepada Nenek."Alicia bersikap manis. Dia tidak ingin membuat kesalahan di depan umum atau Nathan akan menghukumnya di atas ranjang! "Ayo, pulang!"Nathan tidak menatap Alicia. Dia bahkan tidak menanggapi pertanyaannya. ***Bruk! Sesampainya di mansion keluarga Czarford, Nathan mendorong tubuh Alicia ke atas ranjang. Alicia mengaduh. "Uhh!"Nathan melihat Alicia mengerutkan dahi. Dia berdiri tepat di depan Alicia. "Buka email di ponselmu sekarang!""Hah?
Bella mengingatkan Alicia. Sang istri kontrak Nathan tersebut pun segera beranjak. Dia berjalan dengan anggun menuju pintu ruang ganti. Semua wanita yang memandang sungguh terkagum-kagum. "Anda benar-benar sangat cantik, Nona!" seru Bella kepada Alicia. "Jika Tuan Muda melihatnya, dia pasti akan tambah mencintai Anda, Nona."Kalimat pujian itu tidak lantas membuat Alicia senang ataupun terhibur. Pasalnya, dia hanyalah seorang istri kontrak yang tidak diketahui oleh siapapun. Alicia terpaksa mengulas senyum. Namun, dia mencibir kalimat pujian Bella di dalam hati. Dia berkata, 'Apa untungnya menjadi seorang Istri kontrak? Tidak ada suami yang mencintai Istri kontraknya secantik apapun dia!' Ya, itulah yang saat ini dirasakan oleh Alicia. ***"Betapa kaya rayanya keluarga Czarford! Pilar-pilar mansion ini sungguh besar, kokoh dan indah!"Alicia berseru mengagumi keindahan bangunan mansion keluarga Czarford. Dia menatap pemandangan langka di depan kedua matanya."Bahkan keluarga mendi
Zachary menoleh ketika mendengar suara Alicia. Pria tua itu tersenyum. "Alicia, kemarilah!"Alicia mengerjap ketika namanya dipanggil oleh Zachary. "Kakek, apakah di sore seperti ini Anda memberikan makan ikan-ikan hias ini?"Alicia berjalan mendekati Zachary tanpa canggung. Alicia memang seorang wanita, tetapi dengan gaya kasual sore ini dia tampak lebih menawan dari biasanya. "Ya, ini adalah rutinas di sore hari," jawab Zachary. Dia menatap Alicia dengan lembut. Bibir Zachary yang pucat tersenyum tipis dan membuat Philip terkejut. 'Tuan Besar, Anda tersenyum? Setelah beberapa tahun lamanya saya tidak pernah melihat senyum menghiasi bibirnya, tetapi kali ini Nona Alicia berhasil membuatnya tersenyum hanya karena pertanyaan sepele,' pikirnya. 'Apakah hanya perasaanku saja kalau Kakek sangat lembut? Oh, sikapnya sungguh berbeda dari biasanya,' gumam Alicia. "Kakek, apakah Anda tidak keberatan jika saya membantu memberi makan ikan-ikan ini?"Kedua tangan Alicia menengadah meminta t
"Ha! Ha! Ha!"Terdengar suara tawa Zachary. Philip terkejut. Dia benar-benar terkejut.. "Apa yang kau pikirkan, Alicia? Apakah kau berpikir bahwa Kakek adalah seorang penipu? Begitukah?"Philip meletakkan papan catur di atas meja kecil. Kemudian, Zachary dan Alicia menyusun bidak-bidak catur. Alicia teringat mendiang papa kandungnya yang telah lama meninggal dunia. Kemudian, dia membalas pertanyaan Zachary. Dia menjawab, "Saya hanya terlalu bahagia, Kakek. Karena ternyata masih ada seseorang yang akan mengabulkan apapun keinginan saya."Nada bahagia itu berubah menjadi kesedihan. Karena ingatan apapun tentang sang papa kandungnya akan membawa Alicia larut dalam kesedihan yang tidak berkesudahan. "Baiklah, Alicia. Mendengar penjelasanmu yang tulus dan tidak dibuat-buat, maka Kakek telah memutuskan ...."'Ada yang tidak beres di sini,' pikir Philip. 'Apa yang akan dikatakan oleh Tuan Besar selanjutnya? Benar-benar di luar dugaan!'"Apa itu, Kek? Anda benar-benar membuat saya penasaran
Meskipun menolak, Philip tetap menyediakan kursi untuk Nathan. Sedangkan Alicia seolah tidak peduli jika suaminya tidak mendukung permainan catur dirinya melawan Zachary. "Jangan gunakan itu, Bodoh! Bagaimana kau akan menang melawan Kakek jika kau bodoh!" Kalimat hinaan itu berasal dari mulut Nathan yang pedas. Dia tidak sadar bahwa dirinya telah melanggar kesepakatan dengan Alicia. "Apa kau bilang?" tanya Alicia. Dia berdiri tanpa melepaskan tatapan matanya ke arah Nathan. Melihat hal demikian, Zachary dan Philip hanya bisa menatap mereka keheranan. Apakah keduanya tidak akan ikut campur urusan rumah tangga Nathan dan Alicia? "Kau bilang aku bodoh?! Hmm?!" Masih dengan gaya arogannya, Nathan menjawab, "Aku berbicara sesuai dengan data. Dan, di dataku kau termasuk wanita bodoh." Alicia membuka matanya semakin lebar. Dia membalas ucapan Nathan dengan berbisik, "Tidak sadarkah kau kita sedang berada di hadapan Kakek dan Philip?" Nathan segera sadar. Dia diam seribu bahasa. "Oh
Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu ruang tidur menyelamatkan Nathan dari situasi. Sedangkan Alicia mengatupkan mulut rapat-rapat. Nathan menghela napas panjang. 'Syukurlah Bella datang tepat waktu. Aku enggan menjawab pertanyaan Alicia dan aku menghindari adu argumentasi dengannya karena emosi yang meluap,' pikirnya. "Masuk saja, Bella!"Nathan berteriak dari tempatnya. Pintu pun terbuka. Nathan dan Alicia melihat Bella datang bersama satu pelayan wanita yang mendorong sebuah meja segi empat dengan roda pada kakinya. "Selamat malam, Tuan dan Nona Muda," sapa Bella riang. "Saya membawakan makan malam untuk Nona Alicia sesuai dengan permintaan Anda, Tuan Muda.""Ya. Susun dengan rapi di atas meja di sudut sana!" perintah Nathan seraya menunjuk sudut ruang tidur. "Kemudian, temani Istri saya sampai dia selesai memakan semua menu yang kalian bawa! Pastikan tidak ada yang tersisa dan laporkan kepada saya beserta bukti fotonya!"Semua orang terkejut. Kedua mata Alicia hampir saja terlep
"Nath, kau yang benar saja!" Zachary mencoba protes atas sikap Nathan kepadanya. Pria tua itu tersinggung. Sedangkan Philip hanya terdiam memperhatikan sikap Nathan kepada sang tuan besar keluarga Czarford. "Ada apa ini?!" tanya Thomas penasaran. Dia menatap Nathan. "Sebenarnya, apa yang terjadi diantara kau dan Kakek?" Rupanya Thomas bertanya kepada anaknya. Dia menatap Nathan dengan kedua mata birunya yang memerah. "Anda bertanya, ada apa? Dan, apa yang terjadi?!" Aura tegang langsung terasa begitu Nathan mengulangi kalimat tanya sang ayah. "Bukankah sebelumnya sudah saya katakan untuk bertanya kepada Kakek?" Nathan menjawab sambil melirik Zachary yang sedang sibuk memotong steak daging sapi miliknya. Zachary terlihat tidak merasa bersalah. Nathan berdiri. Dia pergi meninggalkan ruang makan masion utama bersama Gavin tanpa mengatakan apapun. Brak! Thomas membanting alat makan. Semua orang terkejut. Namun, tak ada yang berani menegurnya. "Kau lihat dia, Ainsley?! Lih
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber