"Istriku Sayang ... cantik sekali."
Miguel yang baru masuk kamar hotel tempat mereka menginap setelah pulang kerja dan disambut oleh Keyra di depan pintu, secara spontan melontarkan kata-kata itu.
Tentu saja pipi Keyra langsung merona merah, merasa begitu tersanjung saat dipuji cantik oleh Miguel.
Tidak sia-sia dia hari ini menghabiskan waktu di spa untuk merawat tubuhnya dan sedikit berdandan.
Mungkin dia akan sering-sering seperti ini, menyambut suami kontraknya dengan berdandan cantik sehingga mendapat pujian darinya.
Keyra yang malu-malu berdehem satu kali.
"Ehm, aku tadi pergi ke spa untuk merawat tubuh, bukan karena untuk menyambut kamu, tapi tubuhku rasanya capek sekali sehingga—"
Ucapan Keyra seketika terhenti saat Miguel membelai sisi kanan pipinya dan tersenyum menawan.
Keyra mengernyitkan dahi melihat senyum itu, merasa tiba-tiba mendapat firasat buruk atas sikap Miguel yang mencurigakan.
"Kau ngomong ap
Keyra yang menyadari kegelisahan di wajah Miguel saat Keyra bercerita tentang buket mawar tersebut, bertanya dengan ekspresi curiga."Tunggu sebentar, dari ekspresimu, apakah buket mawar itu bukan kiriman kam—""Tidak," potong Miguel cepat.Dia tersenyum dengan ekspresi menawan, mengusap lembut pipi Keyra dengan penuh perhatian."Maafkan aku karena mungkin bunga itu membuat kau mengingat Milo, lain kali aku tidak akan membuat kesalahan serupa lagi dengan memberimu bunga warna merah muda," ucap Miguel dengan tenang, mengelak cepat atas kecurigaan Keyra.Keyra menatap Miguel dengan kebingungan atas perubahan sikapnya ini, tapi memilih untuk tidak ambil pusing."Jadi itu benar-benar dari dirimu?"Miguel mengangguk dengan santai, menyeruput minumannya."Ya, apakah kau suka bunganya, Key?"Keyra hanya mengendikkan bahu, dipikir lagi, bunga mawar merah yang disiapkan Miguel pagi ini lebih menarik dan membuat hatinya terk
"Kalau kau kehilangan minat untuk melanjutkan ini, bilang saja padaku, aku tidak akan pernah memaksa," bisik Miguel, setelah jeda ciuman mereka yang panjang.Keduanya duduk berdampingan, dengan jarak yang begitu dekat sehingga bisa merasakan hangat napas masing-masing.Miguel menyelipkan anak rambut Keyra ke belakang pipi, tersenyum lembut."Suasana kamar ini sangat khas dirimu, maafkan aku yang sudah mencium tanpa izin," lanjut Miguel dengan penuh perhatian.Keyra selalu tak habis pikir pada sosok di sampingnya ini, dia selalu bisa bersikap gentleman di mana pun pria ini berada.Sangat meresahkan."Aku ... aku tidak masalah!"Suara Keyra sedikit melengking karena gugup, tapi mendengar itu, senyum Miguel langsung melebar.Dia tahu Keyra tak keberatan melanjutkan aktivitas yang menegangkan ini.Miguel semakin memotong jarak di antara mereka sampai pahanya menempel pada paha Keyra.Tangan Miguel yang panas menekan p
"Keyra, astaga! Kau ini benar-benar belum sadar kalau sudah menjadi istri orang, ya! Lihatlah, bahkan suamimu yang menyiapkan masakan! Kau sungguh tak bisa diharapkan! Ubah kebiasaan burukmu itu, Key."Saat pertama kali keluar kamar dan duduk di meja makan, omelan seperti inilah yang menyambut Keyra dari ibunya.Keyra mengerang pelan, melirik ke arah Miguel dengan tak enak hati.Jika itu Milo maka dia tak ambil pusing karena Milo sudah sangat paham watak ibu Keyra yang keras dan selalu tak puas dengan apa pun yang dilakukan oleh Keyra.Namun saat ini berbeda, yang duduk di sampingnya adalah Miguel, pria asing yang bahkan baru pertama kali bertemu keluarganya.Keyra sangat khawatir bagaimana pandangan Miguel tentang dirinya saat melihat Keyra diomeli ibunya seperti ini."Mama, sudah. Kita sedang sarapan. Bisa-bisanya mama marah-marah saat seperti ini, di depan menantu baru lagi," desah Keyra, menahan malu.Mama Keyra yang mengira bahwa
"AA? Ah, iya, benar. Seperti yang kau lihat. Kau sudah pernah bertemu dengan dia sebelumnya, bukan?"Keyra menyambut sepupunya yang lebih tua satu tahun dari senyum lebar, beberapa minggu sebelum pernikahan, Keyra tidak sempat bertemu dengan Luna karena kini dia sering berada di luar kota, tempat tinggal sang pacar.Keyra sedikit heran kenapa menjelang pernikahannya kurang beberapa minggu, Luna malah ada di rumah ibunya.Setahu Keyra, gadis dua puluh tujuh tahun itu sudah tinggal satu rumah dengan sang kekasih di luar kota.Tak merasakan tatapan keheranan dari Keyra, Luna duduk dengan santai di meja makan dan mulai mengambil sarapan.Ibu Keyra sudah selesai sarapan dan mengatakan akan pergi ke suatu tempat sehingga Keyra dan Luna hanya berdua di ruang makan."Iya, memang aku pernah bertemu dengannya beberapa kali. Tapi kenapa aku merasa auranya sangat berbeda saat ini, ya? Kami tadi berpapasan saat aku masuk ke sini dan dia menuju mobilnya,
Tuk.Keyra seketika menoleh ke samping saat merasakan hawa dingin sebuah minum kaleng di pipinya.Seorang pria tersenyum lebar, berdiri di samping wanita cantik tersebut dan bergegas mengambil tempat duduk, saat matanya bertemu pandang dengan Keyra."Senang rasanya bertemu kamu di sini, Key."Keyra hanya tersenyum tipis, memandang pria dari masa lalunya.Jackson.Ada masa di mana sebelum berpacaran dengan Milo, Keyra begitu mencintai pria tampan di depannya ini.Hidung mancung, bibir seksi dan rahang yang tegas dengan tatapan tak peduli, Jackson masih setampan saat mereka SMA."Kau bekerja di kota ini sekarang?"Keyra bertanya dengan rileks, sudah tak ada hubungan apa pun antara keduanya semenjak Keyra pacaran dengan Milo, tapi setidaknya mereka menjadi teman baik waktu itu.Jackson menggeleng, membuka kaleng minuman yang dia bawa dan mulai menenggak isinya."Tidak, ini salah satu cabang usahaku, Key. Hari
"Ayo pulang."Miguel menarik tangan Keyra untuk segera keluar dari kafe tersebut, cengkeramannya yang keras di pergelangan tangan menandakan bahwa saat ini dia sedang marah besar."Tunggu, El."Keyra menahan langkahnya, tak mau mengikuti ajakan Miguel untuk pergi.Alih-alih ikut melangkah keluar menuju mobil Miguel yang terparkir di depan kafe, Keyra memandang suaminya tersebut dengan wajah serius."Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman di sini, tapi hubungan kita adalah hubungan kontrak dan kita sepakat bahwa boleh terlibat dengan wanita atau pria mana pun selama hubungan ini berlangsung. Jadi, apa yang kau lakukan ini, sama saja dengan melanggar kontrak yang telah kita sepakati."Keyra berbicara panjang lebar, dengan nada sedikit lembut tapi tegas, Keyra memberi tahu Miguel tentang apa yang telah mereka sepakati beberapa hari ini.Miguel tak bereaksi banyak, bahkan tidak merenggangkan cekalan di pergelangan tangan Keyra.Seb
Linglung, Keyra masuk ke dalam rumah mengikuti langkah Miguel.Telapak tangannya masih menyentuh bekas ciuman Miguel, dengan termangu.'Astaga, Key. Dia, kan, bilang jika hal itu terjadi karena bibirnya terpeleset. Bagaimana bisa kau sekilas berpikir bahwa pria dingin itu tertarik padamu? Menggelikan.'Keyra menggelengkan kepala, mencoba mengusir perasaan aneh saat dicium Miguel tadi.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Keyra segera mengeluarkan benda pipih itu dari dalam tas dan melihat siapa yang menelepon dirinya di saat seperti ini."Ya, Luna? Ada apa? Apakah ada hal yang mendesak karena kau telepon tiba-tiba seperti ini?"Keyra melayangkan rentetan pertanyaan kepada sepupunya tersebut.Ada sedikit rasa bersalah karena kembali ke kota tanpa pamit kepada Luna atau ibunya, tapi situasi tadi sangat tak memungkinkan untuk Keyra meminta kepada Miguel agar kembali ke rumah dan pamit dengan benar."Apakah Mama mencariku?"Keyra b
"Kau bicara apa barusan?"Pertanyaan dari Miguel, membuat Keyra seketika membeku.Suasana di sekitar mereka tiba-tiba seperti dalam almari pendingin, Keyra menggigil hanya dengan melihat wajah kaku Miguel."Eungh, t-tidak, aku tak mengatakan apa pun," elaknya dengan suara parau.Keyra menunduk, menggigit pelan bibir bawahnya, mengutuk dalam hati atas kalimat yang tadi sudah meluncur dari mulutnya.Meminta dia tinggal? Apakah Keyra sudah gila?Ini semua gara-gara Luna, membuat Keyra berpikiran buruk saat Miguel keluar malam-malam seperti ini, padahal biasanya dia tak peduli."Begitu?"Miguel membalas pelan, nada suaranya masih dingin dan wajah pria itu kaku.Entah kenapa, Keyra merasa bahwa suaminya itu sedang kesal tanpa sebab.Hal itu membuat hati Keyra jatuh, diam-diam dia mundur satu langkah.
Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be