"Ayo pulang."
Miguel menarik tangan Keyra untuk segera keluar dari kafe tersebut, cengkeramannya yang keras di pergelangan tangan menandakan bahwa saat ini dia sedang marah besar.
"Tunggu, El."
Keyra menahan langkahnya, tak mau mengikuti ajakan Miguel untuk pergi.
Alih-alih ikut melangkah keluar menuju mobil Miguel yang terparkir di depan kafe, Keyra memandang suaminya tersebut dengan wajah serius.
"Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman di sini, tapi hubungan kita adalah hubungan kontrak dan kita sepakat bahwa boleh terlibat dengan wanita atau pria mana pun selama hubungan ini berlangsung. Jadi, apa yang kau lakukan ini, sama saja dengan melanggar kontrak yang telah kita sepakati."
Keyra berbicara panjang lebar, dengan nada sedikit lembut tapi tegas, Keyra memberi tahu Miguel tentang apa yang telah mereka sepakati beberapa hari ini.
Miguel tak bereaksi banyak, bahkan tidak merenggangkan cekalan di pergelangan tangan Keyra.
Seb
Linglung, Keyra masuk ke dalam rumah mengikuti langkah Miguel.Telapak tangannya masih menyentuh bekas ciuman Miguel, dengan termangu.'Astaga, Key. Dia, kan, bilang jika hal itu terjadi karena bibirnya terpeleset. Bagaimana bisa kau sekilas berpikir bahwa pria dingin itu tertarik padamu? Menggelikan.'Keyra menggelengkan kepala, mencoba mengusir perasaan aneh saat dicium Miguel tadi.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Keyra segera mengeluarkan benda pipih itu dari dalam tas dan melihat siapa yang menelepon dirinya di saat seperti ini."Ya, Luna? Ada apa? Apakah ada hal yang mendesak karena kau telepon tiba-tiba seperti ini?"Keyra melayangkan rentetan pertanyaan kepada sepupunya tersebut.Ada sedikit rasa bersalah karena kembali ke kota tanpa pamit kepada Luna atau ibunya, tapi situasi tadi sangat tak memungkinkan untuk Keyra meminta kepada Miguel agar kembali ke rumah dan pamit dengan benar."Apakah Mama mencariku?"Keyra b
"Kau bicara apa barusan?"Pertanyaan dari Miguel, membuat Keyra seketika membeku.Suasana di sekitar mereka tiba-tiba seperti dalam almari pendingin, Keyra menggigil hanya dengan melihat wajah kaku Miguel."Eungh, t-tidak, aku tak mengatakan apa pun," elaknya dengan suara parau.Keyra menunduk, menggigit pelan bibir bawahnya, mengutuk dalam hati atas kalimat yang tadi sudah meluncur dari mulutnya.Meminta dia tinggal? Apakah Keyra sudah gila?Ini semua gara-gara Luna, membuat Keyra berpikiran buruk saat Miguel keluar malam-malam seperti ini, padahal biasanya dia tak peduli."Begitu?"Miguel membalas pelan, nada suaranya masih dingin dan wajah pria itu kaku.Entah kenapa, Keyra merasa bahwa suaminya itu sedang kesal tanpa sebab.Hal itu membuat hati Keyra jatuh, diam-diam dia mundur satu langkah.
"Sekretaris wanita?"Miguel bertanya dengan ekspresi serius, sedangkan Keyra tak berani menjawab apa pun dan hanya bisa mengangguk."B-bukankah di dalam novel, biasanya malam-malam seperti ini bos dan sekretarisnya bertemu dengan alasan lembur pekerjaan, lalu mereka—""Tidak," potong Miguel, melangkah cepat ke sisi Keyra.Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap intens wajah istrinya yang memucat saat didekati Miguel."Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, saat sudah menikah," sanggah Miguel dengan tegas.Ucapan Keyra tersebut melukai harga dirinya, pertama, Miguel bukanlah seseorang yang mudah menodai ikatan pernikahan seperti itu.Dan yang kedua, memang dia mempunyai beberapa bawahan perempuan, tapi Miguel tak pernah tertarik pada mereka apalagi mengajak mereka bertemu di luar jam kerja. Itu merepotkan."Tapi pernikahan kita hanyalah pernikahan di atas kertas...."Keyra berujar dengan kepala tertunduk,
"El ...." Keyra berusaha melepaskan diri dari ciuman Miguel yang menggelora, dia melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka, begitu cemas membayangkan bagaimana jika seseorang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. "Aku tidak keberatan dengan aroma keringatmu," ungkap Miguel sambil menjilat leher Keyra, alhasil, wanita mungil itu pun mendesah pelan. Miguel salah sangka, mengira jika Keyra menolak karena tubuhnya yang saat ini sedang berkeringat. Keyra, yang sudah terangsang karena ciuman-ciuman Miguel yang begitu menggelora, mengalungkan tangannya di leher sang suami, membalas ciuman pria tampan yang kini menggunakan setelan jas hitam dan kemeja berwarna abu-abu cerah tersebut. "Sofa di ruangan ini sepertinya empuk," bisik Miguel dengan suara rendah, mengirimkan rasa merinding yang memenuhi seluruh inci tubuh Keyra. "Kau berniat melakukan hal itu di sini?" balas Keyra dengan suara serak, melirik ke sofa. Miguel mengangguk dengan t
"Boleh." Jawaban ringan dari Miguel tersebut membuat hati Keyra berbunga-bunga, tanpa sadar dia tersenyum lebar. "Kalau begitu, tolong tunggu di sini sebentar, aku akan memesan makanan di dekat sini, kau perlu menu khusus? Aku akan memesannya juga." Keyra bangkit dan mengambil ponselnya, sibuk mengetik sesuatu di sana, Miguel menggeleng dan berjalan ke kamar mandi ruang kerja Keyra tersebut untuk membersihkan diri. "Aku bisa memakan apa pun, pesan sesukamu saja." Miguel mengatakan hal itu dengan acuh tak acuh, bermaksud agar Keyra tak perlu repot-repot memikirkan menu apa yang akan mereka makan siang ini. "Baiklah, aku akan memesan banyak makanan enak untuk kita berdua!" Keyra begitu bersemangat karena untuk pertama kalinya mereka berdua melakukan hal ini, suaminya tiba-tiba datang di tengah jam kerja yang sibuk dan bercinta dengannya. Beberapa hari tak saling melihat karena kesibukan, hal seperti ini sangat menyegarkan
"Tuan Miguel sedang tidak ada di tempat, apakah Anda sudah membuat janji bertemu?" Keyra terdiam di samping daun pintu yang sedikit terbuka, matanya terpaku pada seorang gadis yang kini ada di ruangan Miguel, sepertinya gadis ini baru saja menaruh map di meja Miguel. "Jika Anda belum ada janji bertemu, Anda tidak bisa membuka pintu ruangan ini seenaknya, ini ruangan Presdir, Anda bisa saya panggilkan satpam untuk mengusir Anda," lanjut gadis itu, kini suaranya sedikit ketus. Keyra masih terdiam seribu bahasa, alih-alih memperkenalkan siapa dirinya, Keyra malah menatap lekat-lekat gadis di depannya itu. Pakaiannya lumayan seksi, dengan rok di atas lutut dan kemeja yang kancing bagian atasnya terbuka sehingga terlihat belahan dadanya yang mengintip jelas. Melihat ukuran buah dada gadis itu, Keyra menelan ludah, lumayan besar. Jadi, seperti inikah para perempuan yang bekerja dengan Miguel? Apakah dia ada hubungan istimewa dengan suaminya?
"Ini, gunakan untuk membeli baju yang pantas. Pastikan tertutup dan sopan," ucap Miguel, menggoyang yang kertas yang dia pegang sebagai isyarat untuk diambil oleh pegawai perempuannya tersebut.Tatapannya dingin dengan ekspresi tegas, membuat orang yang diajak bicara dengannya tak bisa berkutik."P-Pak ...."Anna, yang merupakan salah satu sekertaris Miguel, memandang uang kertas di tangan bos nya dengan ekspresi terperangah, buru-buru mengambil uang tersebut, wajahnya yang putih terlihat pucat pasi saat matanya bersirobok dengan tatapan Miguel.Sedangkan Keyra, menatap Miguel tak percaya. Dia tak menyangka bahwa uang tersebut ternyata untuk membuat pegawainya membeli baju yang lebih sopan.Miguel melanjutkan ucapannya, masih dengan wajah dingin dan tatapan datar."Selama ini aku tak peduli dengan pakaian yang kau kenakan karena tak berminat mencampuri urusan pribadimu, ta
"El, kau sudah mengecek kabar terbaru tentang penguntit itu? Kata detektif, nomernya tidak terdaftar."Dean, pengacara sekaligus teman Miguel yang telah membantu banyak hal untuknya, masuk ke ruangan Miguel setelah kepergian Keyra.Dia langsung duduk di sofa dengan santai seperti berada di kantornya sendiri, dia menjulurkan kedua kakinya bertumpu di atas meja.Tatapan Dean tiba-tiba terpaku pada sebuah kotak makan di meja kantor Miguel, sebuah pemandangan yang tak biasa sehingga dia pun mencondongkan badan untuk melihat lebih dekat dengan ekspresi penasaran."Yah, aku benar-benar dibuat pusing olehnya, tapi aku sudah menempatkan bodyguard rahasia di sekitar Keyra untuk memastikan dia aman, jadi aku merasa agak tenang sekarang."Miguel yang sibuk di kursi kantornya, menjawab tanpa menatap ke arah Dean karena dia sibuk sendiri dengan pekerjaan di hadapannya."Syukurlah kalau begitu, aku sendiri heran dengan kasus ini, bagaimana dia tahu bahwa
Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be