"Jaga dirimu, aku tahu kau adalah wanita yang aktif tapi kau harus ingat bahwa kau sedang hamil!" kata Nenek saat Rachel dan Nicholas berpamitan. Rachel tersenyum manis,"Jangan khawatir Nenek, aku pandai menjaga diri, jadi, sampai jumpa minggu depan?""Tentu saja, ayo peluk aku!" kata Nenek ringan.Nicholas berdeham, "Jadi aku orang asing sekarang? Aku bingung, sebenarnya cucumu yang mana, Nek?""Maaf, kau siapa?" goda Rachel bercanda membuat mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Nicholas membungkuk untuk memeluk erat Neneknya yang duduk di kursi roda."Aku sangat senang untukmu Nico, hari yang kunantikan akhirnya akan datang!" bisik Nenek tepat di telinga Nicholas."Aku tahu, jangan lupakan janjimu! Kau harus menepatinya jika ingin melihat kami bahagia," katanya dengan intonasi serius. Nenek tersenyum lebar, "Tentu saja aku janji, lagi pula aku ingin hidup lebih panjang agar bisa menimang cicitku," sahutnya dengan riang. Ia selalu menghindari intonasi sedih saat membahas penyakitny
Pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara JFK dengan mulus. Mereka berjalan beriringan menuju lobi tempat sopir Nicholas menunggu. Mereka belum berbicara sama sekali sejak percakapan terakhir mereka di pesawat."Aku mau ke apartemenku," kata Rachel saat mereka sudah berada di dalam mobil. Nicholas menoleh padanya, "Lebih mudah jika kau ikut denganku ke penthouse," jawabnya datar. Rachel berdeham, "Jangan khawatir aku tidak akan lari darimu, aku hanya, aku hanya perlu memperbaiki keadaan..." dia tergagap. Nicholas mengangkat bahu, "Oke," jawabnya singkat, dia tidak bisa menahan Rachel karena mereka belum menikah.Mobil bergerak dengan kecepatan sedang menuju apartemen Rachel. Rachel menggigit bibirnya, menatap jendela dengan pandangan kosong. Bagaimana jika dia hamil? Bagaimana dia bisa menjadi orang yang begitu bodoh!"Kau tidak akan hamil, percayalah," kata Nichola seolah bisa membaca pikiran Rachel. Rachel menoleh ke arahnya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Mereka tetap
"Kemana kau pergi?" tanya Lucy saat melihat Rachel keluar dari kamarnya membawa tas tangan. "Um, aku akan menemui seseorang," jawabnya dengan santai."Seseorang?" Lucy mengernyit curiga. Rachel meringis, dia melompat ke atas sofa dan duduk di samping Lucy, "Apakah kau ingat Trey Cole dari Michigan?" dia bertanya.Lucy mengangguk, “Ya, seniormu di perguruan tinggi, kenapa? Kau mau bertemu dengannya?” dia tidak terdengar senang sama sekali. "Ada apa dengan wajah itu?" tanya Rachel, memiringkan kepalanya.Lucy menghela napas, melipat tangannya di depan dada.“Dengar, pernikahanmu hanya tinggal menghitung hari! Kau tidak bisa menemui siapapun pada saat seperti ini! Nicholas sangat terkenal di kalangan warga New York! Orang-orang akan bergosip tentangmu!”Rachel menggigit bibirnya sambil menggaruk bagian belakang lehernya, bingung. “Kami hanya berteman, aku dan Trey Cole! Orang-orang akan mengerti!” katanya, mencoba membuat alasan.“Tidak, mereka tidak akan melihat kalian dengan tatapan s
Sebelum Lucy sempat menjawab, ponsel Rachel tiba-tiba berdering. Panggilan dari Nicholas. Dia mengambil napas dalam-dalam, tidak bisakah dia punya waktu sendiri? Mengapa Nicholas selalu menghantuinya?"Apa?" sapanya singkat."Kau harus ikut denganku, kita harus bertemu dengan wedding organizer yang akan mengurus pernikahan kita," kata Nicholas datar."Untuk apa? Lagipula pendapatku tidak penting? Kau yang mengatur semuanya, aku tidak peduli dekorasi apa yang akan dipasang olehmu," kata Rachel acuh tak acuh."Oke, aku akan memberitahu mereka bahwa kita akan menggunakan tema Disney seperti yang kau mau.""Tunggu! Apa? Tema Disney? Kau, kau tidak sedang bercanda, kan?" Rachel menjadi sangat bersemangat."Katakan kapan aku pernah bercanda? Keluar sekarang, aku di lobi,""Bagaimana kau tahu aku ada di sini?!" Rachel benar-benar terkejut, seingatnya tidak ada yang tahu ia berada disana."Kau lupa siapa aku? Aku Nicholas Anthony!" katanya dengan bangga.Rachel memutar matanya, "Oke, aku akan
Rachel berdeham,"Apa pun yang ada di kepalaku saat itu bukan urusanmu! Aku ingin tahu apa yang benar-benar membuatmu kesal? Apakah karena aku ingin membatalkan perjanjian hubungan seksual yang konyol itu, atau karena aku bilang aku mencintai Trey Cole? Kau tahu? Kau selalu menuduhku memiliki perasaan lain terhadapmu, tetapi apakah kau menyadari bahwa di antara kita kaulah yang selalu terlihat cemburu!" bentaknya, tidak ingin terpojok. Ia harus membalikkan serangan agar Nicholas tidak semena-mena terhadapnya, mengapa seolah-olah semua masalah selalu datang karena salahnya?!Nicholas tampak terkejut melihat ocehan Rachel yang berani, dia segera menegakkan punggungnya seolah-olah dia telah ditampar oleh kata-kata Rachel yang terasa begitu benar."Aku bilang aku tidak menyukai pria itu! Dan kau! Selama kau berada di bawah kontrak pernikahan denganku, kau tidak dapat melakukan apa pun dengan siapa pun! Apakah kau mengerti?! Bukan karena aku menyukaimu atau apa, tapi karena aku Nicholas An
"Apakah kau bercanda? Untuk apa kau ikut dengan kami?" oceh Rachel yang akhirnya membatalkan rencananya untuk pergi makan malam dengan Danny. Nicholas mengangkat bahu, "Aku hanya ingin bergabung, apa salahnya?" katanya ringan. "Haha, kau pikir aku percaya? Kau hanya senang merusak kesenanganku!" Rachel memutar matanya, lalu memalingkan wajahnya ke jendela lagi. Saat itu mereka sedang berada di dalam mobil, baru sajakeluar dari kawasan The Plaza. "Kemana kita akan pergi?" Rachel bertanya dengan acuh tak acuh. "Pulang," kata Nicholas singkat. "Oke, antarkan aku ke apartemenku," kata Rachel dengan tegas. "Tidak, kita akan kembali ke penthouseku," sahut Nicholas sama tegasnya, ia tidak menerima penolakan. "Oh ayolah! Kita belum menikah! Kita tidak harus hidup bersama! Aku ingin kembali ke apartemenku!" Nicholas menepikan mobilnya, "Dengar, aku tidak punya waktu untuk menjemputmu! Pernikahan tinggal beberapa hari lagi! Kau pikir mudah mengatur pernikahan mendadak?!" katanya dengan
"Mom?" suara Rachel begitu serak, tertahan di tenggorokan.Terjadi keheningan panjang di antara mereka."Apakah itu benar? Apakah semua yang mereka bilang itu benar?”Rachel bisa mendengar sedikit kekecewaan dalam suara ibunya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. "Tapi aku sudah mendapatkan sertifikat rumah kita di tanganku sekarang Mom, kau tidak perlu khawatir tentang itu, okay?""Bukan itu intinya Rach, kau melakukan semua itu tanpa sepengetahuan kami! Bagaimana kau bisa! Kau menusuk kami dari belakang, apakah itu pantas? " suara Mom bergetar seolah hampir menangis.Rachel tahu seharusnya dia meminta maaf tetapi entah mengapa ia malah merasa sangat marah,"Aku tidak pernah berpikir kau akan mengatakan itu kepadaku Mom,, terutama setelah apa yang dilakukan Nicholas untukmu dan Dad! Aku benar-benar kecewa dengan kalian berdua, aku tidak bisa bicara sekarang, aku harus pergi!" ia bergegas menekan tombol merah dan mengembalikan ponsel Nicholas kepadanya."Bisakah kau ting
Lucy berdeham pelan,"Um, aku mendapat nomor telepon Nicholas dari kantornya, aku mengatakan pada sekretarisnya bahwa ini adalah urusan hidup dan matimu, dan untungnya Nicholas mengangkat teleponku jadi di sinilah aku!" kata Lucy sambil meringis. Rachel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, sebenarnya dia sedikit curiga tapi dia memilih untuk percaya pada ucapan sahabatnya itu."Jadi, apakah kau akan pergi ke suatu tempat?" tanya Lucy, mengamati Rachel dari ujung kepala sampai ujung kaki."Yeah, kami berencana untuk melakukan fitting gaun pengantin, kau mau ikut dengan kami? Pasti seru!" ujar Rachel dengan senyum lebar di wajahnya."Oh Wow! Kedengarannya sangat menyenangkan! Tapi karena kau sudah baik-baik saja dan ada Nicholas yang akan menjagamu, aku akan pergi saja, ada urusan yang harus kuselesaikan. Ingat Rach, jangan dengarkan apa pun yang orang katakan tentangmu! Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan apapun! Kau tau aku pasti akan membantumu kan?" kicau Lucy dengan sungguh-s
Beberapa minggu kemudian,"Aku tidak percaya diri dengan tubuhku..." bisik Rachel ketika Nicholas mencoba membuka resleting gaunnya. "Jangan merasa seperti itu, kau wanita paling seksi yang pernah kukenal dalam hidupku..." kata Nicholas, mencium bagian belakang lehernya. Gaun Rachel jatuh ke lantai, hanya menyisakan bra dan celana dalam. Dia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan bibir Nicholas di kulitnya.Dia mengangkatnya dan membaringkannya di tempat tidur dengan lembut. "Kau hanya perlu berbaring dengan santai, aku akan melakukan segalanya..." gumam Nicholas dan mulai menurunkan celana dalam Rachel. "Jangan masuk ke sana, aku tidak ingin kita menyakiti bayi itu," kata Rachel saat Nicholas mulai membenamkan wajahnya di antara pahanya. Nicholas mendongak, dia tersenyum, "Apakah kau merasa tidak nyaman? Maksudku tidak apa-apa, kita bisa melakukannya lain kali?" katanya Nicholas dengan ringan.Rachel berdeham, pipinya memerah, "Entahlah, aku hanya, kau tahu kehamilan ini adalah s
"Rach, haruskah kau membeli sebanyak itu?" kata Nicholas, menatap tumpukan makanan yang dijejalkan Rachel ke dalam bagasi mobil."Julia pasti punya banyak teman di sel nya, bagaimana kita bisa membawanya hanya sedikit makanan? Kau benar-benar pelit!" celoteh Rachel setengah bercanda."Jadi sekarang kau teman dekat Julia atau apa? Kenapa kau begitu peduli padanya padahal dia pernah membahayakan nyawamu," gertak Nicholas saat mengemudikan mobilnya ke Pulau Rikers."Dia sudah bilang maaf, setiap orang selalu punya kesempatan kedua," kata Rachel acuh tak acuh. Dia membuka keripik kentang dan sibuk memasukkannya ke dalam mulutnya.Nicholas tersenyum bangga pada wanita yang duduk di sebelahnya, "Kau selalu mengejutkanku sepanjang waktu, aku tidak menyangka kau bisa bertindak begitu dewasa seperti ini, jangan salahkan aku jika aku akan terus memujimu setiap hari, " ucapnya tulus."Ya Tuhan Nic, kau harus berhenti memujiku! Aku bisa terbang ke langit dan merusak atap mobilmu!" Rachel bercanda
"Apakah itu Lucy? Lucy temanku?" Rachel bertanya ketika dia melihat Nicholas menutup telepon. Nicholas menggaruk kepalanya, "Ya...""Mengapa kamu mematikan panggilan?" Rachel semakin curiga."Um, aku hanya sedang tidak ingin bicara," kata Nicholas gugup yang hanya membuat Rachel menyipitkan mata ingin tahu.Telepon Nicholas berdering lagi, Lucy.“Kau masih tidak mau menerimanya juga? Jika kamu tidak memiliki rahasia yang kau simpan, terima telepon dan pasang di pengeras suara agar aku bisa mendengar apa yang kalian bicarakan,” kata Rachel dengan tangan terlipat di dada.Dengan ragu Nicholas menekan tombol hijau,"Nic! Kau gila ya! Kenapa kamu menolak panggilanku? Jadi kau sudah bicara dengan Nenek?! Beritahu Nenek ibuku akan datang malam ini! Okay? Halo? Nico kau di sana kan?"Rachel terperangah, dia menatap Nicholas dengan mata terbelalak."Lucy, apa yang kau bicarakan?""Astaga! Rachel? Apakah itu kau?""Ya, ini aku! Jadi apa yang kalian sembunyikan dariku!” katanya kesal."Lucy, ku
Dia mendengar suara siulan yang semakin dekat, Rachel mencengkeram benda di tangannya dengan erat, sebelum itu, dia berusaha sangat keras sehingga dia akhirnya berhasil melepaskan tangannya dari borgol, dia tidak yakin apakah ibu jarinya patah atau tidak tapi rasa sakit yang dia rasakan tak tertahankan.Pintu terbuka, Trey Cole muncul dengan wajah polosnya."Hanya seorang pengantar makanan, aku tahu kau lapar, aku membelikan pizza untukmu!" katanya riang. Rachel terdiam, dia yakin Trey Cole benar-benar kehilangan akal sehatnya."Buka mulutmu," katanya, mengangkat sepotong pizza tinggi-tinggi dan memasukkannya ke mulut Rachel, "Aku tidak bisa memakannya, mendekatlah sedikit," kata Rachel, sedikit gemetar. Dia tahu jika rencananya gagal, Trey mungkin akan marah dan dia mungkin akan melakukan sesuatu yang lebih gila lagi.Trey tersenyum, dia melangkah maju sambil menyodorkan pizza ke mulut Rachel, saat itulah Rachel bergerak cepat. dia menyetrum Trey dengan alat setrum portabel yang diti
Rachel menatap layar ponselnya, menunggu kabar dari Nicholas, tetapi sampai satu jam kemudian tidak ada panggilan sama sekali. Dia mendorong kursi rodanya ke sekeliling ruangan dengan gugup, apa yang harus dia lakukan? Ini semua salahnya, Trey Cole bertingkah gila karena kesalahannya. dia seharusnya sudah mengantisipasinya sejak awal, semuanya sudah terlambat.Saat dia menggigit kukunya dengan gugup, dering telepon mengagetkannya. Dari Lucy,"Ya! Kabar baik please!" katanya cemas."Aku berhasil menghubungi Michael Ford, ini benar-benar mengejutkan, dia masuk ke kantor Michael dan mengambil dokumen begitu saja, dia mematikan semua CCTV tetapi dia lupa CCTV yang terselip di tumpukan dokumen, Mike sedang melakukan sesuatu sekarang," kata Lucy cepat."Syukurlah Lucy, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan tanpamu, terima kasih banyak! Aku selamanya berhutang budi padamu!""Omong kosong! Aku hanya melakukan hal-hal kecil! Jadi bagaimana Nenek?"Rachel menarik napas dalam-dalam,"Aku masih
"Wow! Ada apa dengan semua makanan sehat ini? Apakah kau dirasuki oleh hantu yang sehat atau semacamnya?” celoteh Lucy saat melihat Rachel makan semangkuk besar sup sayuran dengan potongan ikan Dory di dalamnya. Rachel tersenyum kecil, tidak mengatakan apa-apa.Lucy menutup mulutnya,"Tidak mungkin! Kau tidak benar-benar hamil kan?!" katanya kaget.Rachel hanya mengangkat bahu sebentar membuat Lucy semakin penasaran."Rach! Katakan padaku!" tuntut Lucy, sambil memegang bahu Rachel."Kau akan menjadi bibi...""AAAAAAAH!" Lucy berteriak gembira, dia memeluk Rachel dengan hangat, tetapi beberapa detik kemudian dia melepaskannya perlahan, wajahnya berubah."Tapi bagaimana dengan hubunganmu? Maksudku, apakah Nicholas...""Dia bersedia mempertimbangkannya, aku yakin begitu dia memulai sesi terapinya, semuanya akan baik-baik saja," kata Rachel dengan keyakinan penuh.Lucy tersenyum lebar, "Aku senang melihatmu seperti ini, lihat senyum di wajahmu, itu sangat tulus dan murni..."Rachel melamb
Nicholas berjalan mendekat, ia terlihat semakin tampan dengan jeans dan crewneck hitam yang ia kenakan. Dia berjongkok di depan Rachel, menyeka air mata yang mengalir di pipi wanita yang menarik perhatiannya beberapa minggu terakhir, wanita yang sering membuat detak jantungnya berdetak lebih keras dan membuat darahnya mengalir lebih cepat. Dia menatapnya dengan kasihan, mengasihani Rachel karena jatuh cinta dengan pria bermasalah sepertinya."Kau baik baik saja?" dia bertanya dengan lembut. Rachel mencoba tersenyum, "Ya, aku hanya terpesona oleh kejutan yang kalian berikan," katanya gugup. Sejak berita kehamilan, mereka belum benar-benar berbicara dengan benar."Aku juga mengalami hal yang sama saat mengandungmu Rachie, hormon kehamilan sering membuat mood kita kacau," tiba-tiba ibu Rachel mendekat, dia membelai rambut Rachel dengan lembut. Rachel terkesiap, hormon kehamilan? Oh Tuhan! Kenapa dia tidak memikirkan itu? Tidak heran dia menjadi sangat sensitif dalam beberapa hari terakhi
Dr. Brown berdeham pelan,"Apakah berita ini benar-benar mengejutkan kalian berdua?" dia bertanya, menatap Rachel dan Nicholas secara bergantian. Mereka tampak sangat terkejut sehingga mereka tidak mengatakan apa-apa untuk sementara waktu."Mr. Anthony, sir?" Dr Brown melambaikan tangannya di depan wajah Nicholas."Maaf, aku benar-benar sangat terkejut!" Nicholas berkata gugup, dia melirik Rachel yang tampak masih terpana."Rachel?" dia mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Rachel dengan lembut.Rachel segera tersentak, "Maaf, aku terlalu terkejut!" katanya dengan tawa yang dipaksakan. Dia menatap perutnya yang masih rata dan kemudian meletakkan tangannya di sana, "Jadi, aku hamil?" gumamnya masih tidak percaya."Menurut hasil lab ya kau hamil, tapi kita harus melakukan USG transvaginal untuk mengetahui usia kehamilanmu karena mungkin tidak muncul dengan USG normal," katanya sedikit kaku karena menyadari kabar yang dibawanya tampaknya bukan sesuatu yang diharapkan pasangan Anthony.
Rachel berbalik ke arah pintu ketika dia mendengar langkah kaki menjauh, "Nic, apakah kau mendengar itu?" dia bertanya dengan panik. Nicholas berjalan cepat ke pintu untuk melihat siapa yang ada di sana. Di lorong dia melihat seorang wanita berjalan cepat, dia mengerutkan kening karena dia bisa mengenali wanita itu dari belakang."Nic? Apa benar ada yang mengintip kita tadi?" tanya Rachel setengah berteriak."Entahlah, mungkin, tunggu sebentar aku harus memastikan sesuatu," katanya tanpa menoleh ke belakang.Rachel menggigit bibirnya, bukan karena dia malu jika ada yang melihat mereka tetapi karena dia punya firasat buruk bahwa Julia yang mengintip mereka. Tentu saja, dia seharusnya senang karena secara kebetulan Julia dapat melihat dengan jelas bahwa Nicholas dan Rachel sangat menginginkan satu sama lain, tetapi dia khawatir tentang hal lain, bagaimana jika Julia mulai mengacau lagi dan memasukkan Nicholas ke dalam posisi sulit lainnya?Dia mencoba untuk bangun dari tempat tidur teta