Share

Chapter 53 - Panik

Penulis: LazuardiBianca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Irene, apa kamu bisa mengantarkan dokumen diatas meja kerja Allen?"

Riley menghubungi sekretaris Allen karena tak bisa menemukan berkas yang seharusnya mereka bawa untuk melaporkan pajak perusahaan.

"Bagaimana kamu bisa jadi pengacara dengan ingatan seburuk itu?" Sindir Riley kesal karena Allen meninggalkan berkas penting dan membuat mereka membuang banyak waktu.

"Sorry, Rey. Patah hati membuat otakku tak berfungsi dengan baik," keluh Allen sendu. "Ah, orang seperti mu tak akan mengerti perasaanku."

"Sialan," maki Riley. "Bukankah aku sudah memperingatkanmu dari awal."

"Rey, aku ingin makan sesuatu yang manis."

Riley berdecak pelan. "Aku merasa tengah mengurus bayi," keluhnya.

Allen selalu saja ingin makan cake atau apapun yang manis setiap kali dia sedih ataupun butuh asupan energi.

"Kita ke cafe depan aja sambil nungguin Irene."

Allen mendesah pelan. "Aku tidak ingin bertemu dengan wanita yang telah mematahkan hatiku," racaunya.

"Kalau begitu tutup matamu," ujar Riley santai sambil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 54 - Keraguan

    "Irene, kamu nggak usah ikut rapat. Ganti baju dan istirahat saja di ruangan," ujar Riley. Ia kasihan melihat Irene terseok-seok menyeret langkahnya sepanjang perjalanan pulang."Tapi, Pak Riley. Saya harus mencatat notulen—""Tak apa. Allen atau karyawan lain bisa melakukannya."Allen mengangguk. "Ya. Lebih baik kamu istirahat saja dulu. Meskipun tidak ada luka serius tapi dokter melarangmu menggerakkan tangan terlalu sering," timpalnya sembari menunjuk gips di lengan Irene."Baik, Pak. Terima kasih," ucap Irene haru sembari menatap bosnya kagum.Riley dan Allen segera melangkah ke ruang rapat. Mereka sudah ditunggu oleh para karyawan sejak dua jam yang lalu. Beberapa jadwal hari ini harus bergeser atau di tunda karena kecelakaan yang terjadi pada Irene."Rey, lihat!"Konsentrasi Riley terusik Allen yang menyodorkan ponselnya. "Apa ini?" Sentak Riley marah. Semua mata bergetar takut. Mereka terdiam, menanti penjelasan atas apa yang terjadi pada bosnya."Lanjutkan," erang Riley memb

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 55 - Akhir Yang Tragis

    Zian bersiul riang kala menginjakkan kakinya di depan gedung klinik dokter Rika. Keriuhan di dalam ruangan mengusik rasa penasaran Zian. Ia melongokkan kepala untuk melihat suara bernada tinggi yang terus membentak dengan kata-kata kasar dan tidak sopan."Ma, aku udah bilang berkali-kali. Berhenti menjodohkan ku dengan pria pilihan Mama. Aku nggak butuh marga," teriak Rika di tengah Isak tangisnya."Kamu, memang anak nggak tahu diri! Udah disekolahin susah-susah malah membantah orangtua. Mama pilihkan pria baik dari marga kita tapi kamu malah milih pria begajulan yang nggak jelas kerjaannya.""Ma, Zian itu baik sama aku bahkan selama ini dia yang selalu membantu keuangan ku. Mama lupa? Dua tahun lalu Mama nikah lagi sama pria yang lebih muda dan berhenti membiayai hidupku. Mama pikir, siapa yang membantuku?""Zian, Ma! Zian!""Anak kurang ajar!" "Eh. Tahan,Tante." Zian menyeruak masuk ke dalam keributan. Menahan laju tangan yang hendak mendarat di pipi sang dokter cantik. "Tante, ten

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 56 - Kontrak Dibatalkan

    "Rey, kita mau kemana, sih?"Megan kesusahan mengikuti langkah cepat Riley, menyusuri pelataran parkir. Terpaan angin, mengacak anak-anak rambut hingga menghalangi pandangannya."Ikut aja, Sayang," balas Riley.Seorang pria paruh baya berlari untuk menghampiri Riley."Selamat siang, Tuan Riley," sapanya."Siang, Ben. Apa permintaan saya sudah disiapkan?""Ya, Tuan. Semua sudah siap," sahut pria paruh baya berkebangsaan Italia itu terbata. "Kapten dan para narkoda menunggu anda dermaga kedua, Tuan. Di tempat biasa.""Kita segera berangkat.""Ba—baik, Tuan." Ben melirik takut sosok wanita asing disamping bosnya."Ini istriku, namanya Megan Charles," jelas Riley begitu sadar dengan perhatian yang ditunjukkan Ben pada Megan."Oh, maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud untuk—""Nanti kita bicarakan lagi," potong Riley tak sabar. Ia kembali menyeret Megan untuk ikut bersamanya."Baik, Tuan." Ben segera menarik diri, dengan sigap mengikuti langkah cepat Riley.Megan hanya bisa tersenyum

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 57 - Membatalkan Kontrak (18+)

    Cahaya rembulan mengintip malu-malu dari celah awan yang melapisi kelamnya langit malam ini. Pantulan cahaya merambat tegak lurus, memberi efek warna keemasan di atas permukaan air. Menambah aura romantis bagi pasangan pengantin baru yang tengah memadu kasih di bawah naungan sang rembulan."Hmm. Rey." Megan menepuk keras dada Riley, meminta jeda untuk bernapas. Namun, pria itu tak bergeming, dia semakin memperkuat tekanan di tekuk Megan, enggan untuk mengurai jarak."Rey!" Jerit Megan sambil mengigit cukup keras bibir yang melapisi miliknya. "Aku hampir mati kehabisan napas," keluhnya.Riley terkekeh pelan. "Itu tidak akan terjadi, Sayang. Aku sedang memberimu CPR."Megan berdecak sebal. Ia tahu, Riley tengah menggodanya."Sepertinya kamu punya hobi baru," sindir Megan."Oh ya, apa itu?" balas Riley. Berpura-pura polos."Mengangguku!""Benarkah?" Riley memasang wajah serius. "Bahkan aku belum melakukan setengah dari maksud 'menganggu' yang kamu katakan," ujarnya."Rey, ah ..."Megan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 58 - Trio Galau

    "Nih, minum." Baron meletakkan tiga kaleng di depan orang-orang yang duduk melingkari meja di depan supermarket. "Thank," balas Allen.Baron mengangguk kecil lalu mencampakkan punggungnya ke satu kursi yang tersisa."Sudah sadar? Sekarang katakan, apa yang membuatmu memgila seperti ini?"Nesa menggeleng, melarang Baron untuk memaksa pria malang yang tengah merapatkan kepalanya ke atas meja."Ini tidak adil!" Sergah Baron. "Paling tidak, kita harus tahu masalahnya agar dapat menolong."Allen menepuk pelan pundak barista itu, memintanya untuk lebih tenang dan sabar."Beri Zian waktu, mungkin masih sulit bag—""Rika dinikahkan dengan pria lain," lirih Zian."Hah?"Zian mengangkat kepalanya—menegakkan tubuh ke sandaran kursi. "Mama Rika, ingin putrinya menikah dengan pria pilihannya," tuturnya."Rika setujui?" Serobot Nesa penasaran.Zian menggoyangkan bahunya. "Aku nggak tahu, dia belum memberi keputusan apapun.""Menurutmu?" Baron melipat tangannya di depan dada. "Bukankah sudah waktu

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 59 - Kolabs

    "Sialan, berat banget." Baron menghempas tubuh Zian di atas ranjang. Membiarkan tubuh itu jatuh dalam posisi telungkup. Ia menghela napas panjang sekalian menyeka bulir keringat di keningnya."Harusnya ku tinggal aja di tempat karaoke," desisnya kesal."Baron, bantuin!"Teriakan dari lantai utama membuat Baron mengacak rambutnya frustasi."Bentar," balasnya. Ia membentang selimut hingga menutupi tubuh Zian dan berbalik, keluar dari kamar."Apa yang harus kita lakukan dengan dua orang ini?"Daniel mengaruk kepalanya melihat Allen dan Nesa yang masih terkapar di atas sofa panjang."Bawa Nesa ke kamar Megan. Kalau Allen, hmm—""Kita buang aja keluar," celetuk Baron asal.Daniel terkekeh geli. "Kamu masih punya energi untuk bercanda?""Hah." Baron menghela napas panjang sembari mencampakkan tubuhnya ke sofa dan memejamkan mata."Kenapa mereka harus bertingkah bersamaan," keluhnya.Gerakan tangan di pundaknya membuat Baron tersentak kaget."Pundakmu tegang banget," ujar Daniel sambil mema

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 60 - Suami Posesif

    "Sayang, bisakah kamu menjaga jarak dari pria bernama Daniel?"Megan menautkan kedua alisnya. "Daniel? Kenapa?" tanyanya sambil mengunyah hotdog di tangannya.Riley mendesis gemas. "Pelan-pelan, bahaya keselek," ujarnya sambil menyeka mayonaise di sudut bibir Megan lalu mengecap sisa krim di jarinya."Kenapa?""Emm. Aku hanya merasa bocah itu punya maksud terselubung. Dia selalu menatap mu."Megan membulatkan matanya dengan pipi yang menggelembung. Rambut sebahunya terurai, dihempas angin yang masuk melalui jendela mobil yang terbuka."Tuhan!" Erang Riley sambil menekan tombol untuk menaikkan kaca. "Uhm, Rey!" Jerit Megan karena Riley meraup bibinya cepat. Menjilati setiap sudut sembari menggigit bagian yang menebal."Berhenti membuatku gila, Sayang!" Desah Riley di tengah napas yang memburu."Rey, tenangkan dirimu. Kita lagi di luar," desis Megan panik. Ia menjauhkan diri, memalingkan wajahnya untuk melihat kondisi di luar. Berharap tak ada satupun orang yang berada di sekitar mobi

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 61 - Tamu Tak Diundang

    "Mama?!" Daniel membulatkan matanya begitu melihat wanita dengan paras ayu dan tubuh sintal, meski di umurnya yang sudah cukup matang—membuka dan melewati pintu masuk."Oh, kamu masih mengenal wajah Mamamu?" Sindir Yasmen.Daniel memaksa sebait senyum. Ia paham betul tabiat Mamanya yang melempar sindiran tajam setiap kali kesal dengan tingkah putranya.Ia bergegas menghampiri Yasmen. "Mama, ngapain disini?" Daniel melirik dua orang yang mendampingi Yasmen, mengirimkan tatapan mengancam. Membuat keduanya meringis, serba salah."Tentu saja untuk menemuimu dan—" Yasmen melirik wajah-wajah asing di dalam ruangan. "Teman-temanmu.""Mama dengar, kamu menjenguk teman yang sakit?"Yasmen mengurai senyum ramah, menyapa orang-orang yang tengah menatapnya."Ah ya." Daniel mengaruk kepalanya lalu buru-buru menarik lengan Baron untuk berdiri disampingnya. "Ini, Baron," ujar Daniel untuk membuka sesi perkenalan."Halo, Baron." Balas Yasmen. Namun Baron tak bergeming. Pemuda itu hanya menatapnya d

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 125 - Epilog

    "Megan!"Zian berteriak nyaring. Dia tengah susah payah memegangi background agar tak terhempas angin kencang yang mengarah dari blower besar yang diletakkan di depan model."Kamu kejam," desisnya nelangsa.Megan terkekeh-kekeh sambil mengibaskan tangannya."Jangan cengeng," balasnya tanpa mengindahkan protes Zian.Baron yang tengah melakukan pose di tengah set up pantry dengan background puluhan jenis tanaman—sambil memegang moca pot, harus mengencangkan otot pipinya agar tidak tertawa keras ataupun melayangkan protes yang sama nyaringnya kepada Megan."Ok, cut." Suara teriakan yang menandakan pengambilan satu scene telah selesai, sukses membuat Baron dan Zian kompak mendesah lega."Baron, kita istirahat dulu ya," ujar wanita yang memegang kamera.Baron mengangguk cepat dan buru-buru merenggangkan tubuhnya dan berjalan keluar dari set. Dibelakangnya, Zian melakukan hal yang sama dan segera mengejar langkah kru lainnya."Megan, kita kesini mau liburan loh. Ini malah tiba-tiba jadi suka

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 124 - Akhir, Namun Tak Pernah Berakhir

    "Rey, apa kamu marah karena aku menolak permintaan Papa untuk mengadakan ulang pesta pernikahan kita?"Megan memainkan jemarinya di atas gelembung sabun yang menutupi permukaan air."Ah." Pekik Megan kaget karena tiba-tiba tubuhnya di tarik ke belakang hingga punggungnya menempel di dada bidang suaminya."Katakan alasannya, kenapa aku harus marah?" bisik Riley tepat telinga istrinya.Tubuh Megan mengelijang, ia bergelung di dada suaminya. "Aku takut, kamu berpikir bahwa aku terlalu egois karena memutuskan untuk menolak permintaan Papa tanpa berdiskusi denganmu," sesalnya.Riley menciumi pundak Megan. "Boleh aku tahu, apa alasan sebenarnya kamu menolak?""Aku hanya tidak ingin media terlalu menyorot pernikahan kita, terlebih anak-anak. Tidak ada orang lain yang boleh menyentuh milikku." Tutur Megan sambil mengosok buku-buku jari suaminya."Menjadi posesif, hmm?' goda Riley."Tidak boleh?"Riley tak berkata apapun, ia hanya mencium kening Megan lamat-lamat."Hmm. Rey, itu … ahhh." Megan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 123 - Drama Pernikahan

    "Hufff … sedikit lagi, Sayang."Zian menopangkan kedua tungkai Nesa ke pundak lalu mendorong gerakan pinggulnya lebih dalam dan keras."Cepat! A—acara udah mau di mulai," teriak Nesa panik."Sedikit lagi. Aku hampir nyampe," racau Zian. Ia menyibak gaun yang dikenakan Nesa untuk memberi akses lebih dalam baginya. Zian mempercepat gerakannya, mendorong lebih untuk menembus kedalaman menuju dasar."Akh, Zian! Terlalu cepat." Protes Nesa saat Zian bergerak maju mundur dengan tempo cepat tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas."Sayang, di luar atau da—dalam?" Napas Zian tersengal hingga membuat kalimatnya terputus-putus."Dalam aja," lenguh Nesa. "Jangan mengotori gaunnya." Pesannya sebelum mengepalkan tangannya, mencengkram pinggiran sofa dengan erat."Ah … Zian, a—aku …" Nesa menjerit nyaring kala menjemput puncak pelepasannya."Akh … ah." Zian mengikuti jejak istrinya. Melepaskan sentakan beserta tembakan kuat ke dalam rahim dan perlahan menarik keluar miliknya.Zian bangkit untuk

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 122 - Mengiklaskan Masa Lalu

    Megan keluar dari kamarnya dengan wajah cerah. Ia menyibakkan rambut sebahunya yang mengayun lembut setelah keramas untuk yang kedua kalinya. Langkahnya masih sedikit terseok-seok akibat pertempuran semalam. Riley benar-benar mengamuk, bagai kuda liar melampiaskan seluruh hasratnya yang telah lama tertunda. Megan meraih kenop pintu, kamar si kembar. Bibirnya mengurai senyum geli melihat kumpulan orang yang tidur, saling berhimpitan di ranjang sempit.Semalam, para sahabat menginap di ruangan si kembar sedangkan para bayi tidur terpisah di kamar tamu bersama kakeknya."Baron." Panggilnya sambil mencolek pipi pria imut yang memeluk erat lengan kekasihnya."Hmm." Erang Baron pelan."Udah pagi."Baron mengeliat pelan. "Hmm." Balasnya dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Allen. "Lima menit lagi."Megan tersenyum kecil lalu beralih pada Nesa yang merebahkan kepalanya di paha suaminya."Bangunlah. Bukankah kalian harus ke lokasi syuting hari ini?" Megan mengelus pipi Nesa yang pucat

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 121 - Gairah Cinta Yang Meluap

    Baron dan Zian berjingkrak perlahan, mengendap-endap bagai maling jemuran yang tengah menyortir tali jemuran targetnya."Di mana mereka?" Bisik Zian.Baron menggeleng. Ia telah menyusuri hampir seluruh rumah tapi tak juga menemukan jejak Megan dan suaminya.Keduanya menghilang bagai di telan bumi setelah menyerahkan si kembar di bawah pengawasan para kakek dan nenek."Apa mereka ke hotel?" Celetuk Zian."Masa sih? Niat banget," balas Baron ragu."Mereka 'kan udah lama nggak make out. Pasti bakal semalaman bertempur."Baron menegakkan tubuhnya, lelah mengintai. Ia memutar pinggulnya ke kiri dan kanan untuk merenggangkan tubuh."Dah ah, nggak asyik." Keluhnya. "Masuk yuk, lapar."Zian mengikuti jejaknya. "Ya udah deh. Aku juga mau nemanin Nesa bobok."Baron mengerlingkan matanya. "Cie … udah punya temen bobok," godanya.Zian melayangkan tangannya untuk mengeplak kepala Baron, tapi pria imut itu dengan cepat berkelit."Kamu butuh seribu tahun lagi untuk menyentuh ku," ledek Baron."Awas a

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 120 - Kebahagiaan Yang Tertunda

    "Ku harap hasilnya baik." Gumam Edbert sambil terkekeh. Menertawakan kebodohan yang tengah dilakukannya.Edbert membuka amplop yang diterimanya dari dokter Brown, ia mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam sana dan mulai membaca setiap baris kalimat yang tercetak di kertas."Tentu saja baik, Pak. Apakah itu DNA putri anda? Karena 99%, DNA nya cocok dengan milik anda," ujar sang dokter yang seketika membuat dunia Edbert terguncang."Cocok? Maksud mu?" Edbert mengabaikan kertas yang hendak ia buka dan lebih tertarik untuk memandang sang dokter. Mencari kebenaran akan apa yang baru saja ia dengar."Ya. Dari sampel darah yang anda berikan, kami memastikan bahwa DNA itu adalah putri kandung anda.""Anda yakin dokter Brown?" "Seratus persen yakin." Ucap sang dokter tegas.Edbert memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa panas dan berat. "Anakku? Putriku?" Gumamnya sedih."Apa ada masalah, Pak Edbert?"Edbert melambaikan tangannya. "Tidak, tidak ada yang salah. Justru ini kabar yang sanga

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 119 - Tabir Kebenaran

    "Pergilah," usir Riley."Rey, mari kita bicara dengan kepala dingin," ajak Zian. Ia maju beberapa langkah mendekati Riley."Lebih baik kalian pergi. Aku tidak ingin bertindak kasar," ucap Riley lalu berbalik kembali masuk ke dalam rumah."Rey!"Baron berusaha maju tapi para pengawal yang berjaga segera menghentikan langkahnya."Sialan," umpat Baron sambil menendang pot disampingnya hingga terguling menjauh."Jangan sakiti dirimu, Baron," tahan Allen yang menarik Baron ke sisinya."Apa yang harus kita lakukan sekarang? Riley tidak akan mau mendengar siapapun lagi," desah Zian. Ia mengacak rambutnya lalu meremas gemas."Bagaimana dengan Papanya? Kita bisa minta Jenderal itu untuk menemui Riley dan bicara padanya." Usul Nesa."Jangan gila!" Sergah Baron cepat. "Riley sudah lama memutuskan hubungannya dengan Papanya. Lagian, siapa yang masih mau berurusan dengan sumber masalah."Zian mengangguk setuju. "Baron benar. Untuk saat ini Riley tidak akan mau mendengarkan orang lain, terutama Papa

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 118 - Solusi

    Megan mengangkat Ayanna dan meletakkannya dalam pelukan Riley. Kemudian beralih pada Anthea yang kembali menangis."Sabar, Sayang. Gantian sama Kakak ya," hibur Megan."Ayanna dan Anthea," gumam Riley. "Nama yang bagus.""Artinya bunga. Mereka adalah bunga dihidup kita Rey."Riley terharu saat Ayanna menatapnya dengan mata kecil yang mengemaskan sambil tersenyum senang."Rey, gantian sama Anthea. Biar Ayanna menyusu dulu." Megan meletakkan Anthea kembali ke dalam box dan beralih pada Ayanna.Riley tersenyum senang melihat Anthea tersenyum padanya dan menyerahkan tangannya. Meminta untuk digendong."Apa aku boleh mengendongnya?"Megan mengangguk. "Anthea baru selesai menyusu, jadi tepuk punggungnya dengan lembut agar dia sendawa.""Baiklah." Riley merebahkan Anthea di dadanya dan menepuk lembut punggungnya."Apa mereka hanya menyusu?" "Terkadang aku memberi mereka susu formula tapi itu jarang terjadi hanya pada kondisi darurat," sahut Megan. Ia berkonsentrasi menyusu si sulung yang ta

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 117 - Salam Perkenalan

    "Rey, sakit." Teriak Megan saat Riley menariknya denga paksa untuk masuk ke kamar.Tubuh Megan dihempaskan dengan kasar ke atas ranjang."Sakit," ringis Megan. Dia memijat pergelangan tangannya yang merah akibat cengkraman tangan Riley yang terlalu kuat hingga meninggalkan cetakan ruas jarinya. Megan beringsut mundur saat Riley menarik kursi dan duduk dihadapannya."Kenapa? Kamu takut padaku?" Tukas Riley sengit.Megan tak berusaha untuk mengelak tudingan Riley. Ia hanya diam, menutup rapat-rapat mulutnya."Apa maksud semua ini?" Riley melemparkan lembaran kertas yang dibawanya ke atas ranjang."Cerai? Kamu minta cerai?" Suara Riley bergetar saat mengucapkan kata cerai. Ia tak menyangka, Megan akan sejauh ini menyiksanya.Megan melirik kertas yang dikirimkannya ke kantor Riley melalui kurir pagi ini."I—iya, Rey. Kamu hanya perlu menandatangani surat itu dan aku akan mengurus semuanya sampai sidang perceraian kita selesai," tutur Megan terbata.Riley mengacak rambutnya geram akan

DMCA.com Protection Status