“Yakin pergi sekarang?” suara serak Clara baru bangun tidur, selimut tebal masih menutupi hampir seluruh tubuh, lalu merubah posisi menjadi duduk.“Hu’um, aku dan Paman Agon memiliki janji temu. Sudah ku bilang kalau dia tidak akan bisa berdiri sendiri.” BIbir Andreas melengkung senang.Setelah kondisinya cukup membaik, Andreas mulai menjalankan rencana yang disusun rapi oleh Arjuna. Lelaki ini sukarela menjalani, sebab Agon tidak bisa dipercaya mengelola Mann dengan baik.Pagi ini, ketika salju pertama turun, Andreas bertolak ke Kota Zurich. Ia harus memerankan sebagai pria biasa, maka dari itu menggunakan pakaian seadanya dengan jaket sederhana, yang dibeli beberapa hari lalu.Clara memandangi suami tanpa berkedip. Dilihat dari berbagai sudut, Andreas memiliki paras rupawan tidak kalah dari Arjuna. Postur tubuh tinggi tegap dan memiliki bentuk otot sempurna, menabah penampilan kian paripurna.“Clara? Kamu sakit?”“Aku? Tidak … yang besar saja, aku ini sehat, lihat ‘kan?” tutur Clara
Clara menjerit histeris ketika suara itu semakin jelas di telinga. Air mata bercucuran memberi jejak pada pipi, sungguh tidak ingin kehilangan Andreas.“Cepat katakan, apa yang telah kamu lakukan, hah?!”[Aku tidak tahu. Itu spontan, aksi membela diri. Aku harap statusmu segera berubah menjadi janda, ah rasanya tidak tahan hari itu datang.]Rupanya Agon sengaja menghubungi Clara untuk memberikan rekaman suara kesakitan Andreas. Kemarin, terjadi baku hantam disertai letupan senjata api. Agon geram ketika mengetahui Arjuna dan Andreas berkeja sama untuk membuatnya hancur. Saat itu juga ia meraih sebuah benda dari dalam laci dan mengarahkannya kepada Andreas. Tanpa pikir panjang menekan pelatuk hingga dua timah panas bersarang di bahu Andreas. “Aku bersumpah akan membalasmu Agon. Jangan harap mimpimu itu menjadi nyata, karena tidak akan terjadi!”[Benarkah sayang? Jangan begitu Clara, biar bagaimanapun, kita ini pernah menjalin kasih. Ucapkan selamat tinggal kepada suamimu itu. Tidak l
“Kasihan sekali Andreas, memiliki istri pengeruk harta sepertimu.” Cibir Agon menatap jengah kepada Clara.Tentu saja Clara tidak ingin diberi sebatas tanah perkebunan, rumah mewah serta mobil. Ia menginginkan sesuatu yang lebih besar lagi, sangat mahal dan menjadi rebutan antara sang suami dengan Agon.“Tidak mampu memberikannya? Ya sudah, kalau begitu. Kesepakatan kita gagal.”Agon kembali tergelak dan mengikuti Clara, melipat tangan depan dada. Menyandarkan punggung kokoh pada sandaran sofa, lalu kembali meraih lembaran kertas di atas meja. Membaca dengan lantang dan mengulang hingga beberapa kali. “Hanya perempuan bod*h yang menolak semua harta ini. Aku bisa membalik nama sekarang juga. Kamu bebas pergi sesuka hati Clara. Tidak perlu melayani suami miskinmu itu.” Agon berdiri memutari meja. Kemudian berdiri tepat di belakang Clara mengendus aroma tubuh mantan wanitanya. Memainkan helaian rambut panjang dan sedikit menarik perlahan, lama kelamaan berubah kasar dan menyakiti kulit
Sementara itu di rumah sakit, Clau menyingkir sejenak dari sisi suaminya. Ia melirik nama tertera pada layar ponsel, sesuai permintaan Tuan Besar, Clau tidak mau kakaknya stress dan berakibat fatal pada kondisi kesehatan.Akan tetapi, baru saja tiba di luar ruangan, serta ibu jari hendak menggeser ikon berwarna hijau. Mendadak sambungan telepon terhenti, Clau memiliki firasat tertentu. Segera menghubungi lagi Clara, sangat disayangkan berubah menjadi tidak aktif.“Di mana Clara? Apa mungkin kehabisan daya?” gumam Clau sembari masuk ke kamar.Baik Arjuna atau Andreas tidak mengetahui sesuatu telah terjadi kepada Clara. Tuan Besar Lehman sengaja merahasiakan, karena Andreas baru saja keluar dari ruang operasi. Meski telah siuman, kondisinya belum stabil, luka bekas bersarang timah panas belum tertutup sempurna.“Kamu kenapa? Siapa yang menelepon?” tanya Arjuna melihat Clau meremas ponsel dengan gelisah.“Umm … itu.” Clau melirik suami dan kakak ipar secara bergantian. Ia bingung bagaima
Di salah satu gedung pencakar langit. Arjuna dibantu oleh Givano serta banyaknya pengawal mencari Agon yang kemungkinan bersembunyi. Hingga beberapa belas menit kemudian, pria yang berusia hampir setengah abad itu ditemukan.Agon bersembunyi di dalam lemari, dia yang panik karena melihat dari CCTV banyak orang berdatangan segera menyelamatkan diri. Demi mengulur waktu Agon menghilang dari sisi Clara, ia juga menghubungi anak buahnya.Namun, Agon lupa kalau kegiatan pecundang ini, terekam melalui kamera pengawas yang digantung pada setiap sudut ruangan. Setelah Clara aman bersama Clau, barulah Arjuna meringkus Agon.“Lepaskan aku! Ini tidak ada hubungannya denganmu, Arjuna.”“Tidak ada bagaimana? Berani menyentuh anggota keluargaku, artinya menjadi tanggung jawabku, paham?” bentak pria kharismatik ini.“Ah, rupanya kau masih memiliki perasaan terhadap Clau, memang cinta pertama sulit dilupakan. Kasihan sekali istrimu.”“Tutup mulutmu itu!”Seketika Arjuna melayangkan tendangan bertubi
Clau menitikkan air mata memandangi ranjang pasien. Telapak tangan berubah dingin dan menempel pada partisi kaca. Rasanya begitu sesak setelah mendengar kabar tentang Clara dari Laras. Tidak menyangka hidup yang dijalani kakaknya begitu mengerikan dan tragis.“Kakak?” suara Clau berubah serak akibat terlalu lama menangis.Sedangkan Arjuna duduk tepat di sisi sang istri, lelaki tampan dan menawan ini sangat ingin merengkuh Clau, membawanya ke dalam pelukan. Tetapi tidak berdaya, karena luka pada kaki dan tubuh tidak memungkinkan.“Apa kakakku bisa sembuh?" Clau melirik kepada sang suami.Sejujurnya, Arjuna bingung menjawab, sebab tidak tahu takdir seseorang. Bibir sensualnya terkatup rapat, sesekali menelan air liur, kahawatir salah memberi tanggapan. Sehingga berujung petaka bagi kehidupan rumah tangganya.“Kenapa diam? Kamu tidak tahu ya? Bagaimana kalau keponakanku tidak bisa merasakan kasih sayang ibunya?”“Ekhem … Clau, aku rasa kita harus tetap optimis. Melakukan yang terbaik seb
“Ada apa ini Dad, Clau?”Andreas memandangi dua orang yang diam membisu saling menatap penuh arti satu sama lain. Ia tidak mengerti sebab kedua manik coklat Clau begitu menantang sang ayah. Padahal wanita yang pernah dicintainya ini terkenal lembut, tak pernah mencari perkara dengan siapapun.Kini Clau seolah tidak menyukai Tuan Besar Lehman. Menyebabkan Andreas yakin bahwa keduanya menyimpan sebuah rahasia. Bisa-bisanya ia tidak mengetahui yang terjadi antara ayah dan adik iparnya ini.“Dad?”“Aku sengaja menjemputmu ke sini, ternyata Nyonya Muda Caldwell menjenguk putraku, terima kasih.”“Bisa jelaskan apa yang terjadi? Kalian jangan menutupi apapun!”Perasaan Andreas tidak enak, jantung berdetak lebih cepat membutuhkan pasokan darah sangat banyak. Pikirannya tertuju kepada Clara, selama seminggu ini Andreas sengaja menghilang bukan berarti tidak memantau keadaan sang istri.“Claudya? Daddy? Apa ini ada hubungannya dengan Clara? Siapa yang akan menjelaskan?”Paksa Andreas terhadap k
Andreas berada di titik terendah dalam hidup. Istri belum sadarkan diri, kesehatan buah hati menurun, dimusuhi ibu mertua dan kecewa terhadap ayah kandung. Benar-benar paket lengkap dalam sebuah kisah, tidak pernah terbayang akan menghadapi kenyataan segetir ini. Kemarin Andreas tidak menjawab jawaban dari Laras, menambah pilu perjalanan cintanya bersama Clara. Ibu mentua hanya bungkam seribu bahasa, bahkan Laras enggan menatapnya.Pagi tadi, Andreas baru mengantar putranya ke rumah sakit. Menurut dokter kekurangan cairan, ya Andreas salah memilih pengasuh. Beginilah jadinya terlalu mempercayakan kepada orang lain, apalagi pengasuh bayi memiliki ketertarikan khusus terhadap dirinya. Sekarang Andreas duduk, sembari menyandarkan kepala pada dinding. Ia memejamkan mata, lalu memijat pelipis yang terasa berat dan berdenyut. Bukan tanpa alasan Andreas berdiam diri di lorong panjang rumah sakit. “Andreas?” panggil Arjuna diikuti Givano yang selalu setia lebih dari 10 tahun. “Sudah siap?
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“