Niat hati ingin menikmati waktu santai di tepi danau bersama pria tercinta, gagal begitu saja ketika pria itu tak tahan dengan hasratnya. Alhasil, di sore hari Niana kembali tertidur saking lelahnya permainan yang dilakukan sang suami. Bahkan ketika tubuhnya dibersihkan oleh sang suami ia sudah tak sanggup untuk membuka mata. Prince benar-benar menggempurnya habis-habisan.
Setelah membuat Niana nyaman di kamar tidur mereka, Prince kembali pada dermaga danau untuk membersihkan bekas percintaan mereka. Sebenarnya ia pun lelah, namun tak sopan rasanya bekas percintaan yang terlihat begitu kentara dibersihkan oleh orang lain. Ia masih memiliki rasa malu tentu saja.Pria itu tak sanggup menahan kekehan yang keluar dari mulutnya ketika melihat begitu banyak tetesan cairan putih kental di area kursi yang ada pada dermaga. Ia ingat dengan betul bagaimana gilanya ia menggauli sang istri di alam terbuka seperti ini. Rasanya benar-benar nikmat.Selesai dengan urusanKabar bahagia datang dari keluarga kecil Jordan benar-benar membuat Niana dan Prince menangis terharu di pagi hari. Hari ini Jordan menghubungi secara pribadi mengenai kabar bahagia mengenai kehamilan sang istri yang baru berusia 3 minggu.Sebagai kadonya, Prince mengizinkan Jordan untuk tidak bekerja selama 1 minggu berturut-turut agar bisa fokus pada masa awal kehamilan Lyly. Sungguh, ia sangat senang mengenai kabar bahagia dari sang sahabat. Tidak menyangka orang yang paling ia percaya akan menjadi ayah dalam beberapa bulan ke depan.Dan sebagai gantinya, satu minggu penuh Prince akan semakin sibuk karena tidak ada Jordan. Meskipun banyak orang yang membantunya, namun duplikat dirinya hanya ada pada Jordan. Pria itu memang seperti dirinya sendiri yang sengaja di belah dua, maka dari itu Prince sangat percaya pada sahabatnya. Begitupun sebaliknya."Jangan nakal ya, Sayang? Aku akan lebih sibuk dari biasanya dan mungkin akan pulang larut malam. Tidurlah t
Kabar mengenai Bryan yang semakin memburuk berhasil mengusik Prince dan Niana. Anak dan menantu itu tentunya tak bisa tinggal diam mendengar orang tua mereka yang semakin hari semakin memburuk. Lebih tepatnya, Prince tak enak pada keluarga besar. Ia bisa saja mengambil cuti beberapa hari untuk menjenguk sang ayah, namun ia terlalu malas. Dan hari ini, dikabarkan sang ayahanda kritis. Prince dan Niana bergegas terbang ke Kanada untuk melihat secara langsung keadaannya. Di dalam jet pribadi yang sedang tuan dan nyonya Gionino tumpangi, terlihat sangat damai dengan kedua pemiliknya yang asyik menyantap makan siang di atas udara. "Apakah kamu menyukai jet ini, Sayang?" tanya Prince pada istrinya. Bahkan, jetnya kali ini telah ia dekorasi ulang demi sang istri. Jika dulu dominan hitam dan gold, maka sekarang ada warna-warna lain membuat mata semakin sedap memandang."Tentu saja, dan aku paling suka kursi pink khusus untukku itu," jawab Niana seraya
Tak hentinya Lily menangis di samping sang suami yang masih tak sadarkan diri. Rasa bersalahnya menjalar di seluruh bagian hati ketika melihat Jordan yang tumbang akibat terlalu lelah. Seandainya tadi ia tak menambah pekerjaan sang suami, mungkin suaminya masih bisa bermanja dengannya malam ini. Seandainya tadi ia tak menambah beban pikiran sang suami, mungkin suaminya tidak akan sampai masuk ke rumah sakit dan ditusuk jarum infus. Dan masih banyak seandainya yang lain, yang membuat hatinya semakin merasa bersalah."Ini bukan salahmu, Nak. Manusia pasti ada lelahnya, manusia pasti ada sakitnya, dan sekarang semua itu tengah dirasakan oleh Jordan. Itu semua bukan salahmu, berhenti menyalahkan dirimu sendiri," ujar ibunda Jordan pada sang menantu tercinta. Ia tahu apa yang dirasakan oleh menantunya. Istri mana yang tidak sedih melihat kondisi suaminya seperti ini?"Betul apa yang Ibu mertuamu katakan, Sayang. Tolong jangan terlalu dipikirkan, nanti yang ada kamu ikut
Sepulangnya dari Kanada, Prince, Niana serta Ayunda segera menuju kediaman Jordan untuk menjenguk pria itu. Beruntung saat ini keadaan Jordan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, hanya membutuhkan istirahat yang cukup saja."Aku benar-benar merasa berdosa karena membuat suamiku sampai masuk rumah sakit, Niana. Aku merasa gagal menjadi istri karena tidak bisa mengerti keadaannya," keluh Lyly pada Niana yang sedang menemaninya di ruang keluarga. Di sana pun ada Jordan, Prince juga Ayunda."Ayolah sayang, ini bukan salahmu, hari itu memang aku sedang tidak baik-baik saja, jangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri. Aku tidak ingin kandunganmu bermasalah karena pemikiran itu," ujar Jordan yang benar-benar khawatir dengan keadaan istrinya. "Benar apa yang dikatakan oleh Jordan, Nak. Itu semua bukan salahmu, wajar jika ibu hamil memiliki banyak keinginan yang terkadang keinginan itu di luar nalar. Pun jika kamu tidak meminta sesuatu yang menguras otak Jo
Selesai olahraga cinta di kamar mandi dan dilanjut sesi dua di atas ranjang, saat ini Prince tengah mengisi perutnya yang terus berbunyi ditemani sang ibunda tercinta di meja makan. Pria itu juga mengadu tentang sikap aneh sang istri pada ibunya."Hm ... apakah kamu tidak curiga?" tanya Ayunda sedikit berbisik seraya menoleh kanan kiri. Hal itu tentu saja membuat Prince penasaran dan semakin bertanya-tanya tentang 'curiga' yang dimaksud oleh ibunya itu."Curiga apa?" tanya Prince dengan wajah polosnya. "Bisa jadi istrimu hamil, Nak. Wanita hamil terkadang tidak masuk akal dan selalu menginginkan hal-hal di luar nalar," jawab Ayunda dengan suara yang masih berbisik. Prince terdiam, ia mulai mengingat-ingat kapan terakhir kali istrinya menstruasi. Seingatnya, satu bulan terakhir ia tidak pernah absen bercinta dengan sang istri. Di manapun dan kapanpun jika ada kesempatan, maka ia akan langsung tancap gas. "Entahlah Bu, yang pasti sudah s
"Aku hamil," ujar Niana dengan suara bergetar. Wanita itu juga menunjukkan sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan tanda positif. Beruntung Prince tahu bagaimana cara kerja alat yang sedang dipegang oleh istrinya.Jantung Prince berdegup sangat kencang, harapannya ternyata benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Beruntung sekali bukan? Impiannya untuk memiliki anak dari wanita yang sangat ia cintai bisa terlaksana.Niana segera memeluk suaminya yang masih termenung di atas ranjang. Ia mengusap punggung suaminya penuh sayang untuk kembali menyadarkan kesadarannya. Ia tahu jika shock yang Prince alami adalah karena rasa bahagia yang tak terkira. Ia berhasil membuat suaminya bahagia!"Sungguh, Sayang? Kita akan memiliki anak?" tanya Prince yang masih tak percaya. Padahal, ia sudah hampir percaya dengan ucapan istrinya jika hal ini bukanlah tanda kehamilan, melainkan hanya telat saja. Tak disangka, apa yang ia inginkan terkabul.Perlahan kesadaran Pr
Sesampainya di kediaman mereka masing-masing, para istri mereka sudah menunggu di depan pintu dengan kedua tangan berkacak pinggang. Terlebih lagi Niana, napasnya tampak naik turun dengan tajam seraya menatap kehadiran sosok sang suami yang baru saja tiba."S-sayang," panggil Prince dengan perasaan gugup teramat sangat. Ia nyaris melebur ketika melihat tatapan sang istri yang begitu tajam padanya. "Semalam ini? Apa yang kamu lakukan di kantor dari pagi sampai malam? Pekerjaan apa itu?" tanya Niana beruntun. Ia sudah menahan diri sejak jam 6 yang lalu untuk tidak menyeret Prince pulang. "Kita bicara di dalam kamar saja ya? Kamu tidak boleh berkeliaran di tempat lain setelah jam 8 malam, seharusnya sekarang kamu sudah tidur," ujar Prince berusaha mengalihkan pertanyaan beruntun istrinya. Sungguh, saat ini Niana terlihat sangat menyeramkan.Melihat raut wajah sang suami yang sudah kelelahan membuat Niana mengikuti apa yang pria itu katakan. Ia tida
Benar dugaan Prince, pukul 5 pagi Niana sudah terjaga dan mengenakan kembali kostum haramnya untuk menagih janji Prince. Niana duduk di samping Prince yang masih berbaring untuk mengumpulkan nyawa, mata gadis itu terus terfokus pada antena suaminya yang sedang mencuat ke atas. Kebiasaan para pria di pagi hari."Suamiku, mana janjimu?" tanya Niana malu-malu, kedua tangannya terulur untuk menggoyang-goyangkan tubuh Prince agar pria itu cepat tersadar. Prince mengerutkan dahinya tanda ia bingung, kenapa ibu hamil ini sangat bernafsu padanya? Meskipun heran, tak sekalipun terlintas di pikiran Prince untuk menolak istrinya. Selain karena ia menyukai apa yang Niana inginkan, ia juga tidak ingin wanitanya sakit hati atas penolakan yang ia lakukan."Tunggu sebentar, aku harus gosok gigi terlebih dahulu agar kamu tidak mual," ujar Prince yang segera bangkit dan berlari kecil menuju kamar mandi. Pria itu bahkan sampai lupa belum mengenakan pakaiannya kembali dan me
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu