Niana benar-benar pergi jauh dari lingkungan rumahnya. Bahkan, ia sudah 3 kali naik bus dan keluar dari pulau tempat ia dilahirkan agar dirinya semakin menjauh dari kota kelahirannya itu.
Di dalam bus, Niana hanya bisa menangis meratapi dirinya malang. Entah setelah ini, kakinya akan melangkah ke mana, sama sekali tidak memiliki tujuan.Niana turun dari bus, ia terus berjalan menyusuri trotoar. Yang ia bawa hanya uang, selebihnya, ia tidak membawa apa-apa lagi.Saking pusingnya, Niana tidak menyadari jika dirinya semakin memasuki area jalan raya. Tidak lagi di trotoar seperti sebelumnya. Banyak klakson yang berbunyi ketika Niana semakin ke tengah. Namun, gadis itu tetap tidak menyadarinya.Perlahan, Niana merasakan perutnya sakit. Dipegangnya perut itu sambil berjalan perlahan-lahan.Niana yang menyadari jika dia berjalan di jalur yang salah pun hendak kembali ke trotoar. Namun sayang, Mercedes-Benz lebih dulu menabrak dirinya sangat kuat.Niana terpental agak jauh, orang-orang yang ada di sekitar sana reflek berteriak dan mendekati ke arah Niana. Gadis itu tampak sangat kesakitan.Pengemudi Mercedes-Benz itu segera keluar, wajahnya tampak terkejut melihat seorang gadis berlumuran darah mengaduh kesakitan.Niana merasakan tubuhnya melayang, ia sempat melihat wajah orang yang menabraknya. Sangat sangat rupawan. Dan dada bidang itu, terasa sangat nyaman dengan detak jantung yang berdegub kencang menjadikan nyanyian indah di ambang kesadaran.Niana segera dimasukkan ke dalam mobil, beberapa detik setelahnya mobil itu kembali berjalan lebih cepat menuju rumah sakit."Kau bertahanlah, aku akan bertanggung jawab," ucap pria itu ketika melihat Niana yang mulai menutup mata. Sungguh, rasa sakitnya sangatlah luar biasa. Niana juga tidak tahu kenapa ia tidak langsung pingsan saja.***Dokter dan beberapa tim medis segera melakukan yang terbaik untuk Niana, telat 1 menit saja nyawa gadis itu bisa melayang karena kehabisan darah.Pria itu terduduk lesu di depan ruang IGD, ia sama sekali tidak mengira kalau hal ini akan terjadi.Seorang pria tiba, wajahnya tampak sangat panik ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya tak sengaja menabrak seorang gadis. Sangat parah."Prince, apa yang telah kau lakukan?" tanya pria yang baru saja tiba membuat lamunan Prince buyar. Ditatapnya pria itu lalu ia menggeleng pelan."Aku tidak sengaja menabraknya. Aku benar-benar tidak sengaja," ujar Prince—pria yang telah menabrak Niana. Pria pewaris tunggal perusahaan raksasa di bidang teknologi, serta bisnis yang merebak di mancanegara."Tidak perlu khawatir, kau hanya perlu bertanggung jawab," balas Jordan—sahabat Prince.Kedua pria itu duduk di kursi depan IGD. Sampai akhirnya, dokter keluar dengan diikuti beberapa tim medis lainnya untuk memberitahukan kondisi Niana."Apakah kalian keluarga pasien?" tanya dokter itu, reflek Jordan dan Prince saling melemparkan pandangan. Jangankan keluarga, namanya saja mereka tidak tahu."Saya orang yang telah menabraknya, kami tidak mengetahui siapa dia," jawab Prince sejujurnya.Dokter menghela napas, sebenarnya, ada hal yang ingin ia sampaikan. Namun, ketika mengetahui jika kedua pria ini bukanlah anggota keluarga pasien, dokter pun mengurungkan niatnya."Untuk saat ini kondisi pasien sudah mulai stabil, mungkin memerlukan waktu beberapa hari agar tetap berada di rumah sakit. Kondisinya belum memungkinkan jika ingin dibawa pulang," ujar dokter menjelaskan keadaan Niana sekarang.Prince dan Jordan mengangguk paham. Salah satu dari mereka memilih pergi untuk melakukan administrasi.Prince memasuki ruang ICU di mana Niana berada. Ruangan ini sangatlah dingin.Wajah Niana sudah dibersihkan dari darah yang sebelumnya terus mengucur hebat. Banyak bagian tubuh yang ditutupi perban sekarang."Kau kenapa tiba-tiba ada di tengah jalan? Aku tidak sengaja menabrakmu," ujar Prince pada gadis yang belum ia ketahui namanya. Gadis itu hanya diam, wajahnya bahkan terlihat sangat pucat. Dan kepucatan itu sama sekali tidak menutupi wajahnya yang cantik.Meskipun biasanya ia tak terlalu ambil pusing dengan masalah seperti ini, namun kali ini ia seperti tidak tenang memikirkan gadis yang celaka karenanya.Jordan baru saja menyelesaikan masalah administrasi, ia kembali pada Prince yang baru saja keluar dari ruang ICU."Kau sudah mendapat identitasnya?" tanya Jordan yang dibalas gelengan kepala oleh Prince. Bahkan ketika Prince meminta bantuan tim medis, mereka semua gagal dalam mencari identitas Niana.Tidak ada kartu atau pun ponsel yang akan digunakan untuk mencari informasi Niana, gadis itu hanya membawa diri dan beberapa lembar uang saja."Kita tunggu saja sampai dia sadar, baru kita cari tahu identitasnya," putus Jordan yang tentunya disetujui oleh Prince.***Prince dan Jordan akhirnya pulang, hari sudah semakin gelap namun keduanya belum juga sampai ke rumah masing-masing.Di mansion, Prince segera memasuki rumah megah itu sambil membuka jas serta dasi yang masih menggantung di leher. Beberapa bagian pakaiannya ada yang terkena darah.Salah satu pelayan yang ada di sana tampak membulatkan mata ketika melihat pakaian tuan mereka terdapat darah."Astaga, apa yang telah terjadi, Tuan? Kenapa jas anda banyak darah?" tanya salah satu pelayan."Ah, ini, aku baru saja menabrak seorang gadis. Kau tidak perlu khawatir," jawab Prince ketika melihat wajah pelayannya pucat.Pelayan wanita bernama Tia itu akhirnya merasa lega. Setidaknya, bukan Prince yang terluka. Meskipun dingin dan jarang bercengkerama, namun seisi mansion sangat peduli pada Prince karena pria itu sendiri sangatlah ringan tangan untuk membantu kesulitan para pekerjanya.Prince kembali melanjutkan langkah kakinya menuju tempat istirahat. Namun sebelumnya, ia memilih untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.Hari ini benar-benar melelahkan, belum lagi pikirannya yang tak tenang memikirkan gadis itu."Dia orang mana? Bagaimana kalau keluarganya mencari?" Prince terus bertanya-tanya.***4 hari Niana tekurung di ruang ICU, dan di hari ke lima ini gadis cantik itu sudah mulai sadarkan diri dan akan dipindahkan ke ruang rawat."Aku di mana?" tanya Niana dengan suara yang sangat lirih.Jordan yang saat itu tengah menjenguk Niana sontak tersenyum hangat melihat gadis yang ia tunggu akhirnya membuka mata."Akhirnya ... perlu aku panggilkan dokter?" tanya Jordan pada Niana yang masih termenung menatap sekitarnya yang asing."Aku di mana?" tanya Niana sekali lagi, pertanyaan sebelumnya tidak dijawab oleh pria asing itu."Kau masih di rumah sakit, Nona. Tolong maafkan sahabatku, dia yang membuatmu sampai seperti ini," jawab Jordan membuat Niana kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.Niana terbatuk-batuk, bahkan sampai mengeluarkan darah. Jordan sangat panik, pria itu segera memencet bel untuk memanggil dokter.Pria berjas putih dengan diikuti beberapa tim medis dengan cepat memasuki ruangan di mana Niana berada. Jordan pun keluar, membiarkan tim medis untuk kembali memeriksa Niana.Selagi menunggu dokter memberinya kabar tentang Niana, ia memilih untuk menghubungi sahabatnya. Prince pasti senang mendengar kabar bahwa gadis yang mereka tunggu sudah mulai sadarkan diri."Dia sudah sadarkan diri. Sayangnya, dia kembali ditangani oleh dokter setelah muntah darah tadi," ucap Jordan pada seseorang yang tersambung dengan ponselnya.Tak berapa lama sambungan itu terputus, bersamaan dengan dokter yang baru saja keluar dari ruangan Niana."Bagaimana dokter?" tanya Jordan yang sudah berdiri di hadapan dokter."Keadaan tubuhnya belum sepenuhnya membaik, kami meminta izin untuk melakukan operasi penyumbatan pembuluh darah di jantungnya," ujar dokter membuat Jordan segera meraih pena yang ada di tangan suster dan segera menandatangani berkas persetujuan operasi.Tak berapa lama Niana kembali dibawa pergi menuju ruang operasi. Jordan hanya bisa diam menatap gadis cantik itu yang kembali tak sadarkan diri.Di seberang sana, Prince kembali melanjutkan rapatnya yang tertunda karena mendapat telepon dari Jordan. Namun selama berjalannya rapat, ia benar-benar tidak fokus dan terus terbayang wajah penuh luka gadis yang saat ini menjadi tanggung dirinya. Bagaimana ia melihat sekelebat tatapan lelah serta tubuh ringkih yang masih ia ingat dalam benaknya.'Tidak seharusnya aku memikirkan dia sampai tidak fokus bekerja seperti ini. Toh aku sudah bertanggung jawab dan akan tetap bertanggung jawab sampai dia sembuh seperti sedia kala. Oh ayolah gadis cantik, keluar dari pikiranku segera agar aku bisa bekerja dengan benar!' batin Prince menggerutu kesal.***"Dia harus dioperasi, ada penyumbatan di pembuluh darahnya," ucap Jordan pada Prince yang baru saja tiba.Terdengar hembusan napas cukup berat dari Prince. Hatinya sangat merasa bersalah. Belum lagi jika nanti ia akan dimarahi habis-habisan oleh orang tua gadis itu. Dan anehnya, sampai saat ini orang-orang yang ia suruh untuk mencari asal usul Niana belum juga memberikan hasil yang memuaskan. Entah dari mana gadis cantik ini berasal.Seorang gadis cantik berambut pirang hadir di antara dua lelaki tampan itu. Kedatangannya sontak membuat Jordan mengulas senyum bahagia. Dialah pemilik hatinya."Apakah dia belum sadar juga?" tanya-nya sambil menatap pada Jordan—kekasihnya. "Sebelumnya sudah, namun dia kembali tak sadarkan diri. Kini, dokter tengah melakukan operasi penyumbatan pembuluh darah. Doakan dia secepatnya pulih," jawab Jordan sambil mengusap kepala sang kekasih. Sontak hal itu membuat si gadis merasa sangat dicintai. Lyly—kekasih Jordan, bergantian menatap wajah sahabat kekasi
Satu persatu melihat keadaan Niana langsung. Gadis itu masih setia dengan mata terpejamnya, tanpa menyadari orang-orang asing itu silih berganti untuk melihat dirinya langsung.Ayunda, matanya menatap kasihan pada Niana. Karena kelalaian Prince, gadis ini harus mendekam di rumah sakit berhari-hari. Entah apa yang akan ia ucapkan pada orang tua gadis ini."Cepat sembuh nak, maafkan kesalahan anak ibu, dia tidak sengaja melakukannya padamu," ujar Ayunda penuh kelembutan. Tak sengaja telapak tangan Ayunda menyentuh lengan Niana, ia cukup terkejut merasakan bekas luka yang cukup banyak. Dilihatnya lengan itu untuk memastikan.Ayunda semakin prihatin, ia yakin, sebelumnya kehidupan gadis ini cukup tidak baik.Jordan, Lyly, dan Prince menatap Ayunda yang masih ada di dalam sana. Tampak jika wanita itu tengah memperhatikan kedua lengan Niana."Apa yang Ibu perhatikan?" tanya Lyly, sebelumnya ia tidak pernah melihat Niana dari jarak dekat. Jadi, ia tidak tahu apa yang ada pada gadis itu."Le
Prince mematung di samping Niana, sorot matanya tidak bisa lepas dari tatapan indah seorang Niana Fradella. Bola mata biru, bulu mata tebal nan lentik secara alami, serta alis yang menambah kesan sempurna di area mata Niana berhasil membuat Prince terpana.Jordan berdeham melihat sahabatnya yang terus terdiam memperhatikan gadis cantik di depannya."Kau tidak ingin berkenalan dengannya?" tanya Jordan sambil sedikit menyenggol lengan Prince menggunakan sikunya. Prince berdeham sejenak untuk mengembalikan kesadaran tubuhnya. Lalu, lengannya ber-uratnya terulur untuk mengajak gadis cantik di depannya berkenalan."Prince," ucap Prince dengan suara khas pria yang sangat gagah dan macho.Niana menelan salivanya susah payah, lalu ia menerima jabatan tangan itu."Niana," balas Niana.Bisa Prince rasakan tangan mungil Niana yang lembut, telapak tangan itu terlihat kecil jika disandingkan dengan telapak tangan miliknya. Tangan Niana hilang digenggaman Prince.Kedua alis Niana terangkat menatap
"Sudah, ambil saja. Toh suatu saat nanti kau akan membayarnya. Meski pun, aku tidak yakin Prince akan ingat tentang uang ini. Black card-nya ada 3," ujar Jordan sambil sedikit berbisik di akhir kalimat.Niana membulatkan matanya menatap tak percaya pada Jordan. Pantas saja Prince tidak suka mendengar nominal uang di bawah 10 juta."Bisakah aku meminta alamat rumah atau nomor handphone Prince? Nanti jika uangnya sudah terkumpul lagi, aku ingin menghubunginya untuk membayar hutang ini," ucap Niana membuat Jordan sedikit berpikir.Awalnya, Jordan ingin memberikan nomor ponselnya pada Niana, karena privasi Prince cukup ketat. Tidak ada yang berani menyebarkan alamat rumah atau pun nomor ponsel milik pria itu ke sembarang orang.Namun, Jordan kembali berpikir, ia tidak ingin adanya salah paham dengan Lyly karena berani menyimpan nomor gadis asing lain. Dan akhirnya, Jordan menemukan keputusan yang tepat."Sayang, tolong berikan nomor ponselmu pada Niana. Nanti, Niana biar menghubungimu saj
Setelah menjelaskan secara mendetail pada petugas keamanan perumahan elit ini, akhirnya Niana diizinkan untuk masuk meskipun masih diikuti oleh satu orang petugas keamanan. "Di sini rumahnya, aku akan meninggalkanmu setelah salah satu penghuninya keluar," ujar seorang pria yang bertugas sebagai petugas keamanan di area perumahan elit ini.Tak lama setelah Niana memencet bel, seorang satpam khusus yang berjaga di salah satu rumah megah itu mendatanginya. "Gadis ini mengatakan ingin melamar bekerja di sini, dia juga memiliki kartu ini sehingga bisa masuk," ujar petugas keamanan yang mengantarkan Niana.Satpam itu menilik terlebih dahulu, memastikan jika gadis yang ada di hadapannya tidak berbahaya.Setelah memastikan semuanya, akhirnya Niana bisa masuk ke area mansion yang sangat megah itu. Bahkan untuk menuju pintu utama Niana harus berjalan kaki cukup jauh. Bahkan, peluh sudah meluncur di kening mulusnya. Tak lama setelah itu, Niana di serahkan pada kepala pelayan yang sedang sibuk
Pikiran Niana kembali mengingat hal seperti ini sebelumnya, namun tidak separah saat ini. Dulu ia hanya menangis histeris lantas dibantu oleh Prince, setelahnya tidak ada adegan memeluk, mencakar, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Sungguh, Niana merasa sangat bersalah pada Prince. Kini dirinya tengah mengobati luka kecil di lengan kekar itu. Terlihat sangat fokus dengan guratan penuh rasa bersalah."Tuan, jangan laporkan saya ke polisi, ya?"Permintaan Niana sontak membuat Prince yang sebelumnya memperhatikan kedua tangannya yang sedang diobati oleh Niana, menoleh pada gadis itu. "Saya akan ganti kemeja Tuan yang sobek, saya juga akan terus mengobati luka-luka ini sampai sembuh. Tapi saya mohon, jangan laporkan saya ke polisi, ya?" pinta Niana lagi dengan tatapan yang sangat memohon.Hati Prince jadi tidak karuan melihat tatapan polos itu."Hm, kemejaku mahal," jawab Prince dengan tatapan datarnya. Namun, siapa sangka jika hatinya seperti gemuruh melihat Niana yang sedang keta
“Maaf ya, Lyly? Tadi aku harus berpamitan terlebih dahulu pada Tuan,” ujar Niana sedikit tak enak hati pada Lyly yang sudah menunggunya cukup lama.Lyly menyipitkan kedua matanya, ada hal yang cukup janggal dengan perkataan Niana.“Kenapa harus berpamitan langsung pada tuan?” tanya Lyly membuat Niana mau tidak mau menjelaskannya terlebih dahulu. Lyly memang gadis yang tergolong cerewet, jadi mau tidak mau Niana harus menjelaskannya agar Lyly tidak terus bertanya.“Oh iya, tuan juga melarangku pulang di atas jam 9 malam,” lanjut Niana membuat Lyly terperangah. Sudah banyak rencana yang ia susun untuk bisa bermain sepuasnya dengan Niana malam ini, tapi kenapa waktunya sangat terbatas.“Astaga, cukup untuk melakukan apa kalau sampai jam 9 malam saja? Aku ingin nonton, makan bakso, corndog, seafood, dan yang pastinya aku ingin menikmati angin malam di taman kota! Kenapa waktunya terbatas sekali?!” oceh Lyly membuat Niana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Mungkin malam ini kita hanya
Lyly melirik sebentar ke arah Niana, gadis itu sudah tak sadarkan diri sedari tadi. Lyly tentu saja takut, ia takut keadaan Niana semakin memburuk.Tak lama setelah dirinya menghubungi sang kekasih, kini terlihat satu mobil melaju kencang dan berhenti tepat di samping mobilnya yang sudah menabrak pohon besar.Dua pria tampan itu segera keluar dari mobil, membuka sekuat tenaga pintu mobil milik Lyly dari kedua sisi. Prince segera membawa tubuh lemah Niana keluar, hatinya semakin tak karuan ketika melihat darah yang cukup banyak keluar dari hidung mancung gadis itu.“Bertahanlah,” lirih Prince sambil membawa Niana ke dalam mobil yang sebelumnya ia bawa.Setelah memastikan Lyly dan Niana aman berada di dalam mobil, kendaraan itu kembali melesat dengan sangat kencang untuk menuju ke rumah sakit terdekat. Jordan sama sekali tidak memperdulikan klakson dari pengendara lain ketika dirinya ugal-ugalan. Kini ada dua nyawa yang sangat penting untuk di selamatkan.Prince di kursi penumpang tenga
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu