"Aku amati sedari tadi kau kelihatan sedang jengkel?" tanya sang suami yang sudah lebih dulu selesai makan malam.Sedari tadi Josh mengamati tingkah sang istri memang terlihat grasah-grusuh. Cara dia menyendok, menyuap bahkah mengunyah, nampak jelas sedang menahan sesuatu."Hei!" tegur Josh karena Lily tidak menjawab."Maaf, aku memang sedang kesal," jawab Lily. Ia menelan lebih dulu makanan di dalam mulut lalu disusul dengan meneguk air putih."Kenapa?"Lily lebih dulu mengusap bibirnya dengan tisu sebelum kembali berbicara."Aku bertemu dengan Chloe," kata Lily kemudian."Sungguh?" Josh sudah membulatkan mata. "Di mana? Jadi dia memang sudah kembali?"Lily mengangguk. "Kenapa juga dia harus kembali. Aku bahkan terus berharap kalau dia tidak lagi muncul di sini."Josh mengerti bagaimana perasaan Lily saat ini. Memutar kembali memori yang dulu, Josh juga tidak kalah kesalnya dengan Chloe. Karena rasa cinta pada Chloe, Noah sampai berani melawan omongan orang tua. Memang tidak terlalu
Clara masih betah duduk di sofa ruang tamu. Sementara di luar sana, sudah dipenuhi para tamu undangan. Kemungkinan ada dua ratus orang.Clara perlahan mengusap air mata dan berdiri. Ia mendekati tirai untuk mengamati keadaan di luar sana."Mereka membiarkan Chloe menggapai mimpinya, tapi aku … aku mereka biarkan menderita."Dari sini terlihat jelas wajah bahagia yang terpampang pada keluarganya sendiri. Ayah, ibu, mereka berdiri di samping Chloe yang dengan bangganya memamerkan keberhasilannya."Harusnya aku tidak datang," kata Clara sambil berbalik dan bersandar. "Aku datang hanya karena ingin menghormati undangan Chloe. Tapi … di sini aku hanyalah orang asing.""Apa aku harus berdiam diri di sini?"Clara menengok lagi ke riuh para tamu. Ketika sudah merasa yakin, Clara memutuskan untuk ikut bergabung dengan para tamu.Saat dua kakinya melangkah sampai di ambang pintu, ponsel Clara bergetar. Clara berhenti dan memeriksa ponselnya lebih dulu."Glen?" celetuk Chloe begitu melihat nama
"Andai saja ayah dan ibu tidak mengijinkan mereka menikah, semua ini tidak akan terjadi!" maki Chloe dengan lantang.Tak ada yang tersisa di rumah ini karena semua tamu sudah pergi sejak sejam yang lalu. Mia yang rencana malam ini akan menemani Chloe juga memilih pulang karena sepertinya suasana sedang tidak pas."Tenang, Sayang." Tania mendekat dan coba menenangkan."Bagaimana aku bisa tenak!" salak Chloe lagi. "Mereka begitu dekat, Bu! Andai saja dulu kalian menolak saat orang tua Noah melamar Clara."Bill yang biasanya lebih sering diam kini pasang dada karena merasa kesal. "Apa kau mau bertanggung jawab jika perusahaan ayah bangkrut? Selama ini keluarga Noah yang menyokong dana perusahaan ayah.""Uang, uang, uang terus yang kalian pikirkan." Chloe melambai-lampai tangan sambil mondar-mandir. "Coba pikirkan aku!"Bill maju lagi dan kali ini menatap tajam wajah Putrinya itu. Chloe yang merasa tatapan ayahnya kali ini berbeda, sedikit merasa ketakutan. Ia bahkan sampai menggenggam le
Setelah mengantar Jou ke sekolah, Clara pergi ke butik ibu mertuanya. Dia sudah tidak lagi bekerja di sana, tapi hanya sekedar membatu di waktu senggang. Saat ini Clara tengah melayani salah satu tamu yang bulan depan rencananya akan menikah."Apa menurutmu gaun ini cocok untukku?" tanya wanita berkulit agak gelap itu.Clara tersenyum sembari mengamati penampilan wanita itu dengan saksama. "Tentu saja. Semua mata pasti akan terpana melihatmu.""Sungguh?" Wanita itu meliuk-liuk di depan cermin untuk memastikan. "Tapi sepertinya aku agak gendut?"Clara bergeser lebih dekat lalu mensejajarkan badannya dengan wanita itu. Mereka sama-sama menghadap cermin."Kalau begitu, kurasa aku juga gendut."Wanita itu tersenyum malu-malu.Setelah wanita itu selesai melepaskan gaunnya, kini Clara mengajaknya duduk untuk sekedar berbincang-bincang. Perangkat pernikahan tentunya bukan hanya sekedar gaun, tapi juga ada hal lain seperi: sepatu, parsel bunga, aksesoris dan lain-lain."Aku Lika." Wanita itu
Tidak ada pilihan lain selain Clara menuruti keinginan Chloe. Clara akhirnya datang ke rumah orang tuanya bersama Jou, asal dengan satu syarat Chloe jangan bicara macam-macam kepada Jou."Ini rumah siapa Mom?" tanya Jou heran ketika sudah turun dari mobil.Selama ini, Clara tidak pernah mengajak Jou ke rumah kakek neneknya. Bukan karena tidak mau, tapi Clara tidak berani meminta ijin pada Noah. Dan lagi, Clara sadar betul kalau ayah ibunya tidak terlalu berharap Jou akan datang. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya."Ayo Jou!" Chloe merebut tangan Jou dari genggaman Clara. "Kita masuk!""Aku mau sama Mommy!" kata Jou yang langsung melepas tangan Chloe.Karena ditolak, Chloe berdiri tegak lagi namun matanya lurus tajam menatap Clara. Bibir mengatup rapat, Chloe menguatkan gigi atas dan gigi bawah.Clara paham, sejahat apapun Chloe, dia tetaplah ibu Jou. Rasanya akan sangat jahat kalau Clara mencegah Jou berdekatan dengan Chloe. Entah Clara yang terlalu baik atau bodoh, yang jelas i
Selesai menidurkan Jou di kamarnya, Noah berjalan menuju kamarnya sendiri sambil menggandeng lengan Clara."Aku meneleponmu beberapa kali, tapi kenapa tidak di jawab?" tanya Noah.Langkah Clara mendadak berhenti dan memutar leher menghadap sang suami."Kau hanya meneleponku sekali kan? Itu pas kebetulan aku sudah masuk ke kompleks. Benarkan?"Pletak!Noah menjitak kening Clara hingga membuat wanita itu mengerutkan sebagian wajah."Sakit," rintihnya.Noah berdecak kesal, tapi tangannya kembali melingkar di lengan Clara. "Kau cek saja nanti ponselmu!"Clara menggembungkan kedua pipinya lalu menurut saja. Dan sesampainya di kamar, Clara langsung membuka tasnya untuk membuktikan kalau Noah memang beberapa kali menghubunginya.Noah sudah duduk ranjang sambil menjambret majalah harian, menunggu bagaimana reaksi Clara kalau sudah membuka ponselnya."Heeeh!" Clara terlihat membelalakkan mata begitu melihat layar ponselnya. Perlahan lehernya memutar hingga tatapan mata bertemu dengan Noah.Tid
Kejadian-kejadian lucu akhir-akhir ini sering terjadi. Semakin dekat hubungan, Clara jadi tahu bagaimana sifat asli Noah yang suka usil. Noah juga sudah tidak canggung lagi melakukan apa pun terhadap Clara sekalipun hal yang sensitif.Karena semalam merasa kesal dijahili, Clara ngambek dan piama baru itu urung dipakai. Meski begitu, Noah tidak marah atau memaksa karena dirinya sudah puas melihat Clara kesal."Wajahmu semalam sangat lucu," celetuk Noah saat Clara tengah berbenah kamar.Clara menepuk-nepuk bantal dan menatanya di ujung. "Kau suka melihatku kesal?""Entahlah, tapi kau lucu."Dasar menyebalkan! Dia pikir aku mainan!Clara kembali memunggungi Noah yang tengah duduk menikmati teh hangatnya. Sementara Clara kembali sibuk dengan ranjangnya yang belum rapi juga.Ponsel Noah tiba-tiba berdering."Ya, Halo."Noah menyesap tehnya sebelum orang dibalik ponsel bicara."Aku sudah kirim file yang kemarin kau minta ke emailmu," kata Betrand. "Besok aku harus ke Singapura lagi bersama
Saat dalam perjalanan, Noah tidak tahu kalau ada seseorang yang mengikuti di belakang mobilnya. Mobil itu melaju cepat, hingga saat masuk jalanan dengan tepian ilalang liar, Mobil Noah pun tersalip.Secepat mungkin Noah menghentikan mobilnya."Ya Tuhan!" sebut Noah saat itu juga. "Apa-apaan sih!"Noah mengatur napas lebih dulu sebelum melepas sabuk pengaman. Terlihat di luar sana, seseorang pengendara mobil yang menyalip Noah sudah turun. Sadar siapa yang sudah membuat dirinya hampir celaka, Noah turun dari mobil dengan cepat."Ada masalah apa kau denganku!" hardik Noah sambil mendorong dada Jack.Jack mendesih dan mengibas dada bekas dorongan Noah. "Santai, Ma Bro!"Noah membuka bibir diikuti desahan kesal. "Santai kau bilang? Dasar sialan!"Bugh!Noah mendorong tubuh Jack lebih keras hingga membentur moncong mobil. Jack mendengkus lalu berdiri sambil merapikan tampilannya.Jack marah dan tidak terima, tapi ia datang tidak untuk bertengkar. Bukan sifat Jack jika harus bertengkar tid
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya