Selesai menidurkan Jou di kamarnya, Noah berjalan menuju kamarnya sendiri sambil menggandeng lengan Clara."Aku meneleponmu beberapa kali, tapi kenapa tidak di jawab?" tanya Noah.Langkah Clara mendadak berhenti dan memutar leher menghadap sang suami."Kau hanya meneleponku sekali kan? Itu pas kebetulan aku sudah masuk ke kompleks. Benarkan?"Pletak!Noah menjitak kening Clara hingga membuat wanita itu mengerutkan sebagian wajah."Sakit," rintihnya.Noah berdecak kesal, tapi tangannya kembali melingkar di lengan Clara. "Kau cek saja nanti ponselmu!"Clara menggembungkan kedua pipinya lalu menurut saja. Dan sesampainya di kamar, Clara langsung membuka tasnya untuk membuktikan kalau Noah memang beberapa kali menghubunginya.Noah sudah duduk ranjang sambil menjambret majalah harian, menunggu bagaimana reaksi Clara kalau sudah membuka ponselnya."Heeeh!" Clara terlihat membelalakkan mata begitu melihat layar ponselnya. Perlahan lehernya memutar hingga tatapan mata bertemu dengan Noah.Tid
Kejadian-kejadian lucu akhir-akhir ini sering terjadi. Semakin dekat hubungan, Clara jadi tahu bagaimana sifat asli Noah yang suka usil. Noah juga sudah tidak canggung lagi melakukan apa pun terhadap Clara sekalipun hal yang sensitif.Karena semalam merasa kesal dijahili, Clara ngambek dan piama baru itu urung dipakai. Meski begitu, Noah tidak marah atau memaksa karena dirinya sudah puas melihat Clara kesal."Wajahmu semalam sangat lucu," celetuk Noah saat Clara tengah berbenah kamar.Clara menepuk-nepuk bantal dan menatanya di ujung. "Kau suka melihatku kesal?""Entahlah, tapi kau lucu."Dasar menyebalkan! Dia pikir aku mainan!Clara kembali memunggungi Noah yang tengah duduk menikmati teh hangatnya. Sementara Clara kembali sibuk dengan ranjangnya yang belum rapi juga.Ponsel Noah tiba-tiba berdering."Ya, Halo."Noah menyesap tehnya sebelum orang dibalik ponsel bicara."Aku sudah kirim file yang kemarin kau minta ke emailmu," kata Betrand. "Besok aku harus ke Singapura lagi bersama
Saat dalam perjalanan, Noah tidak tahu kalau ada seseorang yang mengikuti di belakang mobilnya. Mobil itu melaju cepat, hingga saat masuk jalanan dengan tepian ilalang liar, Mobil Noah pun tersalip.Secepat mungkin Noah menghentikan mobilnya."Ya Tuhan!" sebut Noah saat itu juga. "Apa-apaan sih!"Noah mengatur napas lebih dulu sebelum melepas sabuk pengaman. Terlihat di luar sana, seseorang pengendara mobil yang menyalip Noah sudah turun. Sadar siapa yang sudah membuat dirinya hampir celaka, Noah turun dari mobil dengan cepat."Ada masalah apa kau denganku!" hardik Noah sambil mendorong dada Jack.Jack mendesih dan mengibas dada bekas dorongan Noah. "Santai, Ma Bro!"Noah membuka bibir diikuti desahan kesal. "Santai kau bilang? Dasar sialan!"Bugh!Noah mendorong tubuh Jack lebih keras hingga membentur moncong mobil. Jack mendengkus lalu berdiri sambil merapikan tampilannya.Jack marah dan tidak terima, tapi ia datang tidak untuk bertengkar. Bukan sifat Jack jika harus bertengkar tid
"Kenapa lama sekali!" semprot Chloe yang sudah menunggu Mia sedari tadi di dalam klinik kecantikan."Maaf, tadi ada sedikit gangguan," jelas Mia.Proses perawatan sudah selesai kebetulan setelah beberapa menit Mia datang. Mereka beralih ngobrol di sebuah kafe dan memilih duduk di tempat yang tidak terlalu banyak pengunjung.Mereka duduk dan memesan makanan. Sambil menunggu tentu mereka mengobrol."Ngomong-ngomong bagaimana kemarin?" tanya Mia."Apanya?""Kau berhasil mendekati putramu kan?""Belum terlalu," ujar Chloe. "Putraku sudah terlalu lengket dengan Clara.""Wajarlah! Lima tahun hidup dengan Clara. Bahkan orang tuamu juga jarang menjenguknya kan?""Kau benar." Chloe membuang napas kasar. "Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan. Dan lagi ya, aku heran kenapa mereka tidak tertarik memiliki cucu. Di mana-mana, orang tua pasti akan senang memiliki cucu."Huh! Mia melengos dan berdecak usai mendesah berat. "Kau sendiri juga begitu."Chloe mengerutkan dahi. "Apa maksudnya?""Kau sendi
Noah dan Clara sampai di rumah sekitar pukul delapan. Mereka mampir lebih dulu ke sebuah toko bakery. Katanya Clara sedang ingin roti bolu.Saat mereka masuk ke dalam, mereka tidak tahu kalau ada tamu. Mereka melenggak dengan santai hingga tiba-tiba terhenti saat tamu tersebut memanggil mereka."Kalian baru pulang?""Ibu?"celetuk Noah dan Clara bersamaan.Clara menghampiri sang ibu mertua dan memeluknya sebentar."Ibu sudah dari tadi?" tanya Clara.Lily mengangguk. "Kalian dari mana kok bisa bareng?" tanya Lily."Dari kantor Noah, Bu," jawab Lily."Aku pergi mandi dulu, kalian ngobrol saja," kata Noah.Noah pergi meninggalkan mereka berdua. Rasa gerah karena seharian bekerja membuatnya ingin segera berjumpa dengan air.Sebelum menemani ibu mertuanya, Clara pergi ke dapur membawa sebungkus roti yang tadi dibelinya."Mela, tolong potongkan roti. Aku buat minuman dulu," kata Clara."Baik, Nona."Mela segera mengambil piring dan pisau, sementara Clara sibuk membuat minuman jeruk hangat.
Noah terus memikirkan perkataan ibunya semalam. Rasa-rasanya, Noah merasa kalau ibu sudah mengenal Chloe cukup lama. Namun, Noah tidak mau terlalu mencari tahu meskipun penasaran. Asal Clara nyaman, sekarang Noah sudah sedang."Bajumu sudah aku siapkan," Clara menepuk-nepuk pakaian kerja Noah di atas meja."Aku mandi dulu," kata Noah. "Kau diam saja di sini dan jangan ke mana-mana!""Iya, iya," jawab Clara sambil duduk di tepi ranjang.Begitu Noah sudah masuk ke dalam kamar mandi, Clara meraih ponselnya. I menggeser layar ponselnya, masuk ke salah satu akun media sosial.Clara tiba-tiba menunduk dan matanya membulat saat banyak pesan dari salah satu grup. Grup yang ia ikuti tapi selalu sepi mendadak ramai hingga ribuan chat.Clara menekan layar ponselnya dan serentetan chat tersebut bermunculan. Meski enggan, tapi Clara tetap membacanya dari pesan paling atas."Reuni?" celetuk Clara saat beberapa menit sudah membaca setengah dari pesan tersebut."Tiba-tiba Reuni?" gumam Clara lagi."A
Sejak ungkapan cinta singkat itu, sedari tadi Clara terlihat senyum-senyum sendiri. Rona di wajahnya begitu nyata, membuat Lily yang melihatnya merasa heran."Kau kenapa, Sayang?" tanya Lily.Clara yang sedang mengunyah brokoli sambil melamun sontak menoleh. "Kenapa, Bu?"Di sampingnya, Noah hanya diam saja dan menikmati sarapannya sendiri. Noah jugi ingin tersenyum tipis, tapi ia tahan supaya tidak terlihat seperti orang aneh.Secara tidak langsung Noah berpikir Clara aneh, bukan? Ckck"Kau kenapa? Kenapa senyum-senyum begitu?" tanya Lily."Oh …" Clara nyengir sambil garuk-garuk tengkuk. "Tidak, aku hanya sedang senang hari ini," lanjutnya."Mungkin Mommy baru dicium Daddy," ceplos Jou tiba-tiba, membuat yang lain terfokus ke arahnya.Noah spontan berdehem, sementara Clara menunduk pura-pura terfokus lagi pada sarapannya yang hampir habis. Kalau Lily, dia cengengesan tanpa suara dan main mata dengan Jou.Sekali lagi Noah berdehem, ia meneguk habis air putih lalu berdiri sambil menjam
Pulang dari beli kue bolu, Clara langsung minta diantar pulang saja. Rencana mampir ke pusat perbelanjaan tapi sepertinya tidak perlu.Ketika berada di jalan yang melintasi tamam, Clara meminta Pak Rey untuk menghentikan mobilnya."Ada apa Nona?" tanya Pak Rey."Aku mau beli buah sebentar," ujar Clara."Tunggu, Nona!" cegah Pak Rey saat Clara hendak keluar. "Apa buah di seberang sana yang Non mau beli?"Clara mengangguk."Kalau begitu biar saja yang ke sana.""Tidak apa-apa Pak Rey. Aku sudah biasa berjalan di jalan ramai.""Tapi--"Tidak bisa mencegah lagi, Clara sudah ke luar dari mobil. Sebelum menyeberang, Clara toleh kanan dan kiri memastikan sudah tidak ada mobil yang melintas. Saat sudah merasa aman, barulah Clara berlari menyeberang.Dari dalam mobil, Pak Rey terus memantau majikannya itu. Karena terus merasa khawatir, akhirnya Pak Rey turun saja dan mengamati dari luar bersandar pada badan mobil."Apa itu Clara?" batin seseorang yang baru saja keluar dari toko buku.Pria itu
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya