Pagi hari seperti biasanya Clara sudah menyiapkan semua keperluan Noah. Namun, Clara tidak menunggu Noah bangun, menemani sarapan dan lain-lain. Karena kejadian semalam, Clara berpikir untuk sedikit cuek supaya tidak termakan oleh kebaikan Noah.
Sebelum Noah terbangun--sekitar pukul setengah tujuh--Clara sudah pergi meninggalkan rumah. Clara hanya berpamitan dengan Bibi Tere dan memberikan satu kecupan untuk Jou.
Hoaaaamh!
Noah menggeliat sambil menguap. Ia merentangkan kedua tangan, merenggankan otot-otot tubuhnya masih dalam posisi berbaring.
"Jam berapa sekarang?" gumam Noah.
Noah terduduk, mengucek kedua matanya lalu mendongak mencari letak jam dinding. Saat ini, sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh lima menit.
<
Noah teringat dengan panggilan dari Chloe yang terabaikan. Selama ini Chloe hanya mengirim pesan via email tanpa menghubungi via telpon sekalipun. Entah apa alasannya, Noah tidak terlalu ingin tahu. Cuma, Noah hanya sedikit khawatir jika ternyata menang Chloe sudah kembali. "Harusnya aku senang jika Chloe kembali, tapi … rasa-rasanya aku tidak ingin lagi bertemu dengannya," kata Noah. Sepanjang perjalanan pulang, Noah terus saja memikirkan tentan Chloe. Bukan tentang rindu, melainkan rasa kecewa dan sakit yang selama ini Noah kubur. Wanita yang harusnya Noah nikahi dengan tega berpamitan pergi meninggalkan satu putranya yang masih bayi. Egois! Satu kata yang pantas dilontarkan untuk Chloe. Ketika masih melamun sambil menyetir, Noah dikejutkan dengan getaran ponsel dari dalam saku. Ibu menelpon.
Mereka sudah sampai di hunian Tuan Pablo dan Nyonya Elle. Terlihat begitu banyak tamu undangan yang datang. Josh dan sang istri sudah keluar lebih dulu, disusul dengan Noah dan Clara. "Ayo kita masuk," ajak Lily yang sudah menggandeng sanv suami. Sebelum ikut masuk, Clara meraih lengan Noah hingga tidak jadi melangkah. "Ada apa?" tanya Noah. Clara menggigit bibir dan memilin jemarinya. Wajahnya nampak bingung penuh keraguan. "Ada apa?" tanya Noah lagi. "Em, apa tidak apa jika kita masuk bersama?" tanya Clara. Kening Noah berkerut. "Memang kenapa?" Clara menatap sendu, semakin membuatnya begitu menggemaskan di mata Noah
Bab 27Acara bubar sekitar pukul sebelas malam. Karena arah menuju rumah tidak searah, Clara dan Noah memilih naik taksi online. Sementara Tuan rumah, kini sudah meninggalkan tempat pesta menuju kamar masing-masing.Setelah selesai berganti pakaian, Jack meninggalkan kamar. Ia turun menuju dapur saat merasakan tenggorokannya begitu kering. Sepanjang pesta berlangsung, Jack sama sekali tidak menikmati acaranya. Ia terus saja memikirkan Clara yang ternyata sudah menikah dengan Noah yang tak lain juga sahabatnya semasa kecil.Elle sebenarnya sedari tadi sudah mengamati kegelisahan Jack selama pesta berlangsung. Diam-diam Elle juga melihat cara Jack yang terus curi-curi pandang ke arah Clara.Elle berniat keluar dari kamar untuk menemui Jack. Elle lebih dulu memakai jubahnya untuk mengurangi hawa dingin, ke
Bab 28Semakin hari, Clara merasa hubungannya dengan Noah semakin terasa dekat. Obrolan dan gurauan bahkan kini semakin sering dilakukan. Setiap pagi, keduanya bahkan mulai sering bercanda dan tertawa. Noah yang selalu bermasalah dengan kancing kemeja dan dasi, kini sudah tidak lagi merasa kerepotan karena selalu dibantu Clara.Di sisi lain meninggalkan kedekatan Noah dan Clara, di negara asing di mana tinggal sekarang, Chloe nampak gelisah. Setelah mendapat kiriman sebuah video dari Mia. Saat acara sesi dansa dimulai, ternyata yang diam-diam merekam adalah Mia."Kenapa mereka semakin dekat?" cerocos Chloe sambil mondar mandir. "Aku tidak akan membiarkan mereka terus berdekatan," lanjutnya lagi.Chloe behenti mondar-mandir dan beralih melangkah ke arah ranjang. Dengan penuh emosi, Chloe menjambret ponse
Bab 29Sore harinya, Clara baru teringat kalau kalau besok harus datang ke butik sementara dirinya saat ini sudah mulai rutin bekerja. Di halte bus, Clara duduk menunggu taksi lewat sambil berpikir mencari cara supaya besok bisa datang di tempat keduanya."Aku lupa kalau aku kerja, jadi aku setuju saja saat ibu menyuruhku datang ke butik," kata Clara. "Kalau begini aku jadi tidak enak kalau tiba-tiba membatalkannya."Clara mendesis-desis sembari mengentak-hentakkan kakinya bergantian pada balok paving yang terpasang sepanjang jalan. Clara terus berpikir meski pada akhirnya tidak menemukan cara.Ponsel mati, mobil ada di bengkel. Sepertinya hari ini adalah kesialan untuk Clara. Clara lupa mengisi daya sejak semalam. Kalau tentang mobil, Clara tidak tahu kenapa sampai mo
Bab 30"Kau datang jam berapa, Clara?" tanya Lily.Pagi sekai, Clara sudah mendapat panggilan dari ibu mertuanya. Karena semalam pulang terlambat dan harus sedikit berdebat dengan Noah, Clara sampai lupa memberi kabar pada ibu mertuanya."Maaf, Bu. Aku lupa bilang kemarin," sahut Clara sambil menggigit bibir. "Aku lupa kalau seminggu ini aku sudah bekerja.""Oh ya?" Lily nampak terkejut. "Di mana?""Perusahaan Gelora Studio.""Gelora Studio? Sepertinya tidak asing," batin Lily."Jadi, kau tidak bisa datang?" tanya Lily.Clara jadi tidak enak hati pada ibu mertuanya."Bagaimana kalau nanti sore, setelah aku pulang?""Em, baiklah."Clara memutus panggilan. Ia menghela napaa kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas."Siapa yang telpon?" tanya Noah yang ternyata sedari tadi menguping dari atas ranjang. Noah baru saja bangun tidur."Ibu," sahut Clara.Clara lekaa berdiri lalu menjapit rambutnya sebelun beranjak menghampiri sang suami."Ada apa ibu menelpon pagi sekali?" tanya Noah lagi.
Bab 31Noah meeting sekitar pukul sembilan pagi. Sebelum berpindah ruangan bersama Betrand, Noah menyuruh Clara untuk tetap diam menunggu di ruangannya.Disuruh diam, itu hal yang sulit. Clara sedari tadi hanya mondar-mandir karena bingung harus bagaimana. Clara ingin menghubungi Jack, tapi seminggu ini dia belum sempat minta nomor Jack."Kalau begini aku harus bagaimana?" cerocos Clara masih sambil mondar-mandir.Beberapa kali Clara mendesis dan menggigiti ujung-ujung kukunya."Pasti Jack akan langsung memecatku," kata Clara lagi.Clara berdecak dan menghentakkan kaki sebelum kemudian duduk dengan wajah kesal."Dan lagi apa salahnya aku bekerja di tempat Jack. Kupikir Noah dan Jack teman.""Mereka memang berteman, tapi mereka tidaklah akur."Seseorang berkata membuat Clara berbalik badan. Kini, di hadapan Clara ada Angela yang sudah berdiri sambil membawa secangkir teh hangat untuknya. Clara masih diam karena bingung, sementara Angela mengulurkan secangkir teh yang ia bawa ke arah Cl
Bab 32Noah ikut masuk mengantar Clara masuk ke dalam butik. Noah hanya ingin memastikan kalau Clara benar-benar bertemu ibunya. Tidak lama setelah Noah dan Clara masuk, dari arah lain ibu terlihat berjalan mendekat sambil tersenyum."Aku kembali ke kantor," kata Noah.Clara mengangguk."Hai, Sayang," sapa Lily pada menantunya. Lily memberi kecupan di pipi Clara."Hai, Bu," balas Clara."Kau datang dengan Noah?" tanya Lily. Lily sempat melihat Noah saat berbicara dengan Clara tadi.Clara mengangguk."Shane! Bawakan dua minuman ke ruanganku!" perintah Lily pada karyawannya."Yes, Maam!" sahut Shane."Ayo masuk!" Lily mengajak Clara ke ruangannya. Sebuah ruang yang luas dengan berbagai macam-macam benda di dalamnya.Lily mengajak Clara duduk di sofa dekat dengan dinding kaca. Mereka duduk saling berhadapan dengan jarak sekitar lima puluh senti."Bukankah Noah harusnya di kantor? Kenapa bisa dia yang mengantarmu ke sini?" tanya Lily.Wajah Clara berubah datar karena teringat kembai denga
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya