Waktu itu, Louis tidak mengerti. Namun beberapa saat kemudian, Dia baru mengerti maksud “Aku sedang menunggu! Kalian juga tunggu saja”.Dalam waktu semalam, tiba-tiba ada banyak postingan di internet tentang Asosiasi Peracik Aroma, konten dan judul dari postingan ini semuanya berbeda, tetapi semuanya mengarah ke rahasia di balik asosiasi itu.Awalnya daftar peringkat berita hangat diduduki oleh kasus bahan terlarang dalam parfum Kusumo Group dan kolusi yang dilakukan Yuna dengan internal Kusumo Group. Hanya saja, sejak postingan ini keluar, "industri gelap", "Rahasia Asosiasi Peracik Aroma", dan lain sebagainya pada menempati posisi paling atas.Isi dari postingan-postingan ini bervariasi, namun semuanya mengekspos tindak korupsi yang dilakukan banyak pimpinan asosiasi, meningkatkan persyaratan, penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain …. Belum sempat pihak asosiasi mencari tahu dari mana asal posting itu, tiba-tiba muncul banyak orang bergabung untuk melakukan pemboikotan.Mereka bahkan
Ditambah lagi dengan banyaknya perjamuan, Louis pun sering merokok dan minum alkohol. Sejak saat itu, hidung yang biasa digunakan untuk mencium berbagai macam aroma itu sudah tidak setajam dulu lagi.Beberapa tahun ini, Louis sudah jarang meracik parfum lagi. Apa lagi ketika melihat postingan di internet, membaca komentar dan makian dari para netizen. Dia baru menyadari ternyata misi dari asosiasi sudah melenceng. Itulah sebabnya tidak ada produk unggul yang berhasil diciptakan dalam beberapa tahun ini.Kepikiran hal ini, Louis menyadari hatinya sudah goyah. Dia mulai menyetujui ucapan Yuna.Louis juga bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ini hasil akhir yang diinginkannya?Apa pun ceritanya, selama Louis masih merupakan anggota dari Asosiasi Peracik Aroma, dia harus memikul tanggung jawab ini. Dia tidak akan mengizinkan ada yang menghancurkan reputasi asosiasi.Louis menenangkan dirinya, lalu duduk di depan komputer. Dia membuka Facebook, lalu berpikir sambil mengetik draf pernyataan
Sebenarnya orang yang paling terkejut dalam masalah ini adalah Louis.Selama 2-3 tahun bergabung di Asosiasi Peracik Aroma, boleh dikatakan bahwa Louis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Yansen. Mereka berdua juga sering berinteraksi. Hanya saja, kenapa Louis tidak menyadari kalau Yansen sudah kehilangan indra penciumannya?Semua ini hanyalah rumor yang ingin menjatuhkan Yansen atau …..Louis berdiri untuk menyeduh teh, lalu meletakkan cangkir di depan komputer sambil merenung. Sekarang Louis sudah tidak sepanik tadi lagi, dia berusaha untuk berpikir dengan kepala dingin.Beberapa tahun ini, ketika Louis bersama Yansen menghadiri acara, seminar, dan lain sebagainya ….Biasanya Louis tidak merasa ada yang janggal. Setelah dipikir-pikir, Louis kepikiran sesuatu.Misalnya setiap kali menjadi juri dalam kompetisi, Yansen selalu mempersilakan Louis untuk menganalisis duluan. Awalnya Louis juga tidak merasa ada yang aneh, dia mengira Yansen hanya ingin mengujinya. Setiap kali Yansen m
“Halo?”“Ini aku, Louis,” ucap Louis dengan langsung.“Tuan Louis.” Suara Yuna terdengar sangat datar. “Ada masalah apa?”“Kamu pasti sudah mengetahui maksudku? Apa semua postingan itu adalah ulahmu?” Kali ini, Louis tidak bertele-tele lagi, sebab semuanya sudah tidak ada gunanya lagi.Yuna pun tersenyum. “Apa kamu sedang menyalahkanku? Kamu menyalahkanku dengan status apa? Dengan status wakil kepala asosiasi?”“Kamu berani berbuat, tapi nggak berani ngaku?” Louis langsung membuka tombol rekaman di ponselnya.“Sejak kapan aku tidak mengakuinya? Sejak kapan aku bilang semua ini ulahku?” balas Yuna dengan tersenyum ringan. “Aku juga sudah lihat postingan tentang asosiasi kalian. Isinya cukup mengejutkan, ya? Aku juga penasaran ingin bertanya pada Tuan Louis. Isi dari postingan-postingan itu asli, ya? Kamu kan wakil kepala asosiasi, kamu seharusnya jelas, ‘kan?”“Tentu saja palsu!” jawab Louis tanpa berpikir. Mana mungkin Louis akan mengakui masalah ini, apalagi dia sedang merekam pembica
“Kenapa kalian datangnya cepat sekali?” Yuna maju untuk menyambut kedatangan Brandon. Dia melingkari leher Brandon, sedangkan Brandon memeluk pinggang langsingnya.Melihat sikap mesra mereka berdua, Stella spontan tersipu malu. Dia melirik lelaki kaku di sampingnya, sepertinya dia tidak akan bisa merasakan kemesraan seperti itu.“Sudah berapa hari kamu nggak pulang? Kalau aku nggak datang, sepertinya kamu nggak berencana untuk pulang, ‘kan?” Ketika membahas masalah ini, Brandon sungguh menyesal mendirikan studio untuk Yuna. Dia malah terus mengurung diri di dalam studionya.“Kerjaanku sudah hampir selesai, tinggal memadukan minyak esensial saja.” Yuna berkata dengan tersenyum, “Aku sudah beberapa hari nggak tidur. Tentu saja aku akan pulang hari ini.”Kemudian, Yuna memalingkan kepalanya untuk menatap Stella. “Kamu juga, pulang untuk istirahat sana!”“Aku nggak capek. Aku ingin menyusun data dulu,” balas Stella dengan segera.Frans yang berada di samping melirik Stella sekilas. “Nggak,
Tidak ada orang di bangku pengemudi. Yuna tidak tahu ke mana perginya Brandon. Dia pun merasa agak panik.Yuna duduk untuk melihat sekeliling dan tatapannya terhenti pada area di ujung sana. Melihat Brandon sedang menelepon sambil menatap ke sisi mobil, hati Yuna baru mulai terasa tenang.Brandon yang sedang menelepon kelihatan sangat konsentrasi. Lelaki berpostur tubuh tinggi itu membuat Yuna semakin terpikat padanya.Entah sejak kapan, Brandon mulai menguasai hati Yuna. Awalnya Yuna mengira setelah hubungannya dengan Logan berakhir, Yuna tidak mungkin akan jatuh cinta lagi. Meski hati Yuna tergerak, dia juga tidak akan jatuh cinta seperti dulu lagi. Sekarang, Yuna menyadari dirinya salah.Yuna bukan hanya jatuh cinta, dia bahkan sangat mencintai Brandon. Hanya saja, Brandon pantas untuk menerima perasaannya!Sepertinya Brandon menyadari sesuatu, dia langsung melihat ke kaca jendela. Tatapan yang awalnya dingin seketika berubah lembut.Yuna melayangkan senyuman kepada Brandon, lalu me
Yuna melirik layar ponselnya sekilas, langsung mengakhiri panggilannya, lalu lanjut menyantap makanannya.Tak lama kemudian, ponsel Yuna kembali berdering. Yuna kembali mengakhirinya, lalu ponselnya berdering lagi selama beberapa kali.“Siapa? Menyebalkan sekali! Sini biar aku marahi dia!” ucap Brandon ketika melihat wajah kesal Yuna, lalu hendak mengambil ponselnya.Yuna menekan tombol tolak sambil menggeleng. “Kalau begitu, banyak yang mesti kamu marahi.”Brandon mengerutkan keningnya berkata, “Reporter?”Panggilan masuk terdengar terus dan bukan orang yang sama. Sepertinya panggilan itu berasal dari awak media yang sedang berusaha mengorek informasi.Yuna mengangkat-angkat pundaknya. Dia sudah kenyang dan tidak bersemangat untuk melanjutkan makannya lagi. Dia berdiri untuk membereskan peralatan makannya.“Letakkan saja,” ucap Brandon, “Biar aku saja.”Kali ini Yuna tidak menuruti ucapan Brandon. Dia sekalian mengambil peralatan makan Brandon ke dalam dapur untuk mencucinya.Ponsel d
“Kalau kamu merasa sebal, biar aku saja yang hadapi masalah ini,” ucap Brandon dengan serius. Salah satu tangan merangkul pundak Yuna. Sebenarnya Brandon bisa membantu Yuna untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya saja, Yuna bersikeras ingin mengatasinya sendiri. Hanya saja, jika Yuna tidak bersikeras ingin mengatasinya sendiri, Brandon juga tidak tahu jika istri kecilnya begitu banyak akal.“Masalah sudah berkembang hingga tahap sekarang. Aku nggak boleh mundur!” Yuna menggeleng, lalu berdiri tegak. “Tapi aku rasa aku seharusnya beli nomor baru.”Yuna tidak mungkin menonaktifkan ponselnya. Bagaimana kalau ada pesan penting? Hanya saja, jika ponselnya diserbu oleh panggilan yang bertubi-tubi, Yuna juga bisa kehilangan kesabarannya.“Bukan masalah, aku akan segera mempersiapkannya,” balas Brandon. Dia bersama Yuna berjalan keluar dapur. Melihat ponsel Yuna masih tak berhenti berdering, Brandon bertanya, “Aku nggak paham dengan satu hal.”“Emm?” Yuna menuangkan dua gelas air hangat, lalu
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim
Mana mungkin Fred mau mati begitu saja sebagai bahan percobaan dari eksperimen yang bahkan belum sepenuhnya rampung ini? Ya, dia tahu jelas kalau eksperimen ini masih belum sempurna dan persentase keberhasilannya juga sangat rendah. Sebelumnya dia begitu berani dan ngotot karena yang menjadi subjek percobaannya bukan dia. Tetapi kalau posisinya ditukar dia yang menjadi subjeknya, jelas dia tidak berani.“Sudahlah, nggak perlu juga aku bertanya,” ujar sang Ratu tersenyum. “Ayo mulai!”Seiring dengan seruan perintahnya yang datar itu, anak buahnya langsung maju mengamankan Fred dan membawanya ke meja operasi.“Nggak! Jangan—” Fred menjerit. “Yang Mulia nggak bisa begini! Aku masih dibutuhkan untuk menjalankan eksperimen ini. Kamu juga masih membutuhkanku. Yang Mulia nggak bisa melakukan ini padaku!”“Tadi kamu nggak bilang begini,” kata sang Ratu tersenyum sinis. “Memangnya ada apa? Apa eksperimennya terlalu menakutkan? Bukannya kamu tadi dengan yakinnya bilang kalau persentase keberhasi
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her
Hanya saja sedetik kemudian, bagai air yang menyiram habis percikan harapan yang tersisa, sang Ratu berkata, “Kalau kamu memang masih setia padaku, kamu pasti nggak keberatan untuk melakukan satu hal lagi, bukan?”“.…”Fred merasakan firasat buruk menghantuinya, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … apa itu?”“Gimana kalau kamu yang gantikan aku jadi percobaan R10 ini? Kita lihat apa benar-benar berhasil seperti yang kamu bilang atau nggak.”“Yang Mulia … aku ….”Bahkan Yuna juga kaget mendengarnya dan secara spontan melirik ke arah sang Ratu. Dia melihat wajah sang Ratu menyunggingkan seulas senyum tipis.“Haha, nggak berani? Bukannya kamu bilang kamu setia padaku dan rela melakukan apa saja? Kenapa sekarang malah takut?”“Bukan itu!” bantah Fred seraya menggertakkan giginya. “Bukannya nggak berani, tapi Yang Mulia tahu sendiri eksperimen ini membutuhkan kontrol yang ketat. Waktu itu aku sampai lari ke sana kemari demi mencari tubuh pengganti untuk Yang Mulia. Aku
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta