Waktu yang dihabiskan tidak banyak, hanya sekitar setengah jam saja. Sudah ada orang yang memberikan kertas analisanya sehingga membuat tempat perlombaan itu semakin lama semakin sepi. Sedangkan Yuna masih belum meletakkan pulpennya kembali.Komposisinya sebenarnya sangat mudah dibedakan, tidak butuh waktu lama untuk menulisnya. Akan tetapi kedua botol parfum itu memiliki wangi yang cukup mirip. Warna cairan juga mirip dan aromanya juga mirip. Kelebihan dan kekurangannya juga sudah ditulis dengan jelas.Melihat orang-orang lain menjawabnya dengan cepat meski ada beberapa yang masih ragu-ragu, semuanya menyelesaikan jawabannya dengan lancar. Hingga akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja.“Masih ada sepuluh menit lagi, yang nggak kasih jawaban akan dinyatakan gagal,” ujar penguji tersebut sambil melihat waktu.Ucapan penguji tersebut membuat orang-orang yang ragu juga ikut menjatuhkan pulpennya. Yuna memanfaatkan kesempatan terakhir untuk menghirup aroma parfum. Sudut bibirnya terang
“Nggak kelihatan di mukamu, tapi kelihatan di matamu. Matamu memancarkan kecerdasan.” Pria itu menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan Yuna. Bahasa Indonesianya sangat lancar.“Bahasa Indonesiamu bagus sekali,” ujar Yuna, memuji tanpa menjawab kata-kata pria itu.“Terima kasih atas pujiannya.” Pria itu dengan senang hati menerima pujiannya, lalu memperkenalkan dirinya dengan ramah, “Halo, namaku Louis.”Setelah mengatakan itu, Louis mengulurkan satu tangan ke arah Luna dengan senyuman di wajahnya.Yuna menegakkan tubuhnya, tidak tertarik untuk berjabat tangan dengan pria itu. “Sudah mau berakhir.”Orang-orang dari pihak penyelenggara sudah keluar, dan mereka diminta untuk kembali masuk ke dalam. Kebisingan itu sudah berhenti, membuat telinga Yuna terasa lebih nyaman.Yuna kembali ke kursinya dan melihat pria itu ternyata duduk di belakangnya tapi posisi garis diagonal dari tempatnya. Pantas saja dia tidak mengingat pria itu.Melihat Yuna memandanginya, pria itu melambai
Will memandang pria itu dan bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan, “Bagaimana menurutmu?”“....” Pria itu terdiam sesaat.Apa maksudnya menurutnya? Dia memang berpikir begitu, makanya dia bertanya.“Jadi, kamu yakin memang begitu? Atau itu tebakanmu? Kata Will lagi. Kata-katanya membingungkan banyak orang, membuat semua bingung apa sebenarnya maksudnya.“Jelas sekali, kalau dilihat dari lembar jawaban kalian, ada banyak dari kalian yang juga berpikiran yang sama dengan Bapak ini, bukan?” tanya Will lagi.Tidak ada jawaban dari bawah panggung. Namun, meskipun tidak melihat isi lembar jawaban orang-orang, kalau dilihat dari pertengkaran mereka barusan, sepertinya memang banyak orang yang setuju.“Bagaimana dengan yang lain?” Will melihat sekeliling untuk terakhir kali, lalu berkata, “Mari kita umumkan hasilnya.”Pengawas di sampingnya mengangguk dengan hormat, lalu melangkah maju untuk mengumumkan hasilnya. Total ada sepuluh orang yang terpilih, diumumkan mulai dari peringkat sepuluh
Ekspresi di wajah Yuna tidak berubah, meskipun dicurigai semua orang. Dia masih terlihat acuh tak acuh, seolah-olah apa yang dibicarakan orang-orang tidak ada hubungannya dengan dirinya. Dia sama sekali tidak peduli.Pengawas itu melirik Pak Will, kemudian berkata, “Semuanya, tolong diam terlebih dahulu. Kalian ingin bertanya mengapa Bu Yuna bisa mendapatkan peringkat pertama dalam lomba ini, ‘kan? Kembali ke pertanyaan tadi, yaitu pertanyaan terakhir dalam babak final. Apa kalian semua yakin, jawaban kalian pasti benar?”“Apa jangan-jangan, kedua botol itu sama-sama karya Pak Will?” ujar seseorang tiba-tiba.Tadi waktu ada yang mengatakan bahwa tidak ada satu pun yang merupakan karya Pak Will, Pak Will tidak mengiyakannya. Itu artinya, itu salah. Kalau itu salah, maka sebaliknya, itu artinya kedua botol tadi adalah karya Pak Will.Pengawas itu tersenyum, lalu mengambil setumpuk kertas, yang merupakan kertas ujian yang baru saja mereka semua isi dan berkata, “Ini adalah kertas ujian ka
Yuna menatap orang itu dan menjawab dengan serius, “Siapa pembuat produk itu nggak berarti besar untuk jawaban kali ini. Apa yang ingin diuji dari soal ini adalah, analisis komposisi dan kualitas produk, bukannya menanyakan siapa pembuatnya.”“Jadi, kalau labelnya dilepas dan fokus pada dua karya itu sendiri, apa jawaban kalian akan sama seperti sekarang?” tanya Yuna, tidak mengharapkan jawaban.Pertanyaan ini benar-benar membuat banyak orang terdiam.Padahal, kalau dipikir baik-baik, kalau tidak ada dua label itu, bisa jadi jawabannya memang akan beda. Saat menjawab pertanyaan, mereka memang mengira salah satu pertanyaannya adalah apa kedua karya itu karyanya Pak Will.Mereka membuang banyak waktu dan pikiran untuk memikirkan hal itu, tapi tak disangka, hal itu sudah menyimpang dari inti lomba ini.Sekarang, kata-kata Yuna sudah membuat banyak orang menerima kekalahan mereka.Namun, masih ada yang tidak terima. “Maaf kalau aku lancang menanyakan ini, apa yang Bu Yuna katakana memang b
“Terima kasih,” jawab Yuna dengan sopan.“Tapi, aku masih ragu dengan apa yang kamu katakan tadi.” Topik pembicaraannya langsung berubah.Pria itu melanjutkan, “Kamu bilang kamu nggak terpengaruh dengan label. Kamu memang berpikir demikian, atau hanya mengatakannya saja untuk berdebat dengan orang itu?”Tanpa menunggu Yuna menjawab, pria itu melanjutkan lagi, “Tentu saja, bagaimanapun juga, jawabanmu memang sedikit lebih akurat dari yang lainnya. Mau dilihat dari sudut mana pun, kamu memang nggak perlu diragukan lagi untuk menjadi peringkat pertama. Itu sudah pasti.”Karena itulah, dia memanggil Yuna datang ke sini sendirian dan tidak mengatakan semua ini tadi.Yuna tidak marah mendengar perkataan pria itu, malahan berkata dengan tenang, “Sebenarnya, pemikiranku sama dengan Bapak dalam hal ini. Aku nggak begitu setuju dengan soal yang Bapak keluarkan. Pertanyaan itu sendiri sebenarnya adalah sebuah paradoks.” “Oh?” Will menaikkan alis, terdengar sedikit tidak setuju.Kelihatan sekali,
Yuna tersenyum, “Sebenarnya nggak perlu ditebak lagi. Sudah terlihat jelas dari gaya personal yang digunakan untuk membuat dua karya ini. Keduanya terkesan sangat terbuka dengan dunia luar dan mengandung aroma bluegrass yang kuat.”Dia jeda sejenak, lalu menatap Pak Will dalam-dalam, “Sangat mirip dengan parfum yang sedang Bapak gunakan.”“Jadi jawabanmu adalah ....” kata Will, tetap tanpa ekspresi. Tidak mengatakan benar ataupun salah.“Keduanya adalah karya Bapak,” kata Yuna dengan yakin.“Apa kamu yakin?” Dia mengangkat alisnya dan tertawa, “Kau harus tahu, ada banyak orang yang memberi jawaban yang sama seperti kamu. Selain itu, aku ingat jawabanmu di kertas itu adalah, kedua parfum itu memiliki perbedaan yang sangat besar.”“Benar. Aku yakin!” Yuna mengangguk dan berkata, “Selain itu, kedua parfum itu memang memiliki perbedaan yang sangat besar. Tapi, ada satu hal yang juga kutuliskan dalam lembar jawaban, yaitu aroma dasarnya sama. Hanya saja, mereka bisa memiliki perbedaan besar
Yuna tampak serius. Dia tidak setuju dengan perkataan itu, “Nggak. Kupikir apa yang Bapak katakan salah. Kami bukannya nggak punya peracik parfum yang hebat di Indonesia. Hanya saja, banyak talent yang hebat memilih untuk bergabung dengan tim peracik dan peneliti parfum asing ketika dihadapkan dengan pilihan. Karena itulah, aku jadi semakin lebih memilih untuk menetap di Indonesia. Aku harap, orang-orang bisa menyadari bahwa Indonesia juga ada peracik parfum yang hebat serta karya hebat yang laris manis di seluruh dunia.”Pak Will menghela napas, “Baiklah! Aku menghormati keputusanmu. Tapi, kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa menghubungi aku kapan saja!”“Terima kasih!”“Haha, aku kurang lebih bisa mengerti sekarang mengapa Lisa sangat suka berteman denganmu.”Yuna tertawa, “Mungkin aku lebih suka mengatakan yang sebenarnya.” “Ha ha ha......”Pak Will sangat senang, mengantar Yuna sampai ke luar venue dengan senyuman lebar di wajahnya.Ketika melihat mobil yang datang menjemputnya,
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki