“Kamu nggak takut mati karena kamu masih muda. Kamu masih belum sampai di umurku,” kata sang Ratu lirih. “Dulu aku juga mengira aku nggak takut mati. Aku nggak takut apa pun. Aku bisa menghadapi semuanya tanpa ada rasa takut. Aku bisa keluar sebagai pemenang menghadapi kesulitan apa pun. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir aku mulai sadar, kalau sebenarnya masih ada banyak banget masalah yang nggak bisa aku selesaikan. Di situ aku baru sadar. Aku nggak mau mati!”Tiba-tiba sang Ratu embali menatap Yuna dengan tegas, tetapi ada juga sedikit kepasrahan dalam dirinya.“Aku benar-benar nggak mau mati. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih ada banyak hal penting yang harus aku kerjakan. Apa kamu bisa mengerti perasaanku ini? Kamu tahu seperti apa rasanya diburu-buru tanpa waktu yang cukup?”“Aku mengerti!” jawab Yuna.“Nggak. Kamu nggak akan mengerti!” bantah sang Ratu. “Kamu mana mungkin bisa mengerti? Kamu masih muda, cantik, dan penuh energi! Kamu juga pintar, punya keluarga
Pada suatu hari di tengah malam, Yuna merasa mulutnya kering dan sakit kepala ketika dia terbangun dari tidurnya. Parfum bernama “First Love” yang sudah sekian lama dia racik akhirnya rampung juga. Setelah memenangkan penghargaan dalam kompetisi yang akan diadakan besok malam, pernikahan dia dengan Logan akan berjalan sesuai rencana. Mereka berdua sudah saling kenal selama lima tahun, terhitung sejak mereka masih kuliah sampai sekarang, dan mereka juga telah berpacaran selama tiga tahun silam. Yuna telah mengorbankan segalanya demi fokus mengembangkan parfum tersebut, hitung-hitung dia juga turut berjasa dalam kemajuan perusahaan Logan. Tampaknya masa depan yang cerah sudah siap menyambut Yuna, jadi malam itu dia memutuskan untuk merayakannya dengan minum-minum. Yuna memijat keningnya dan hendak mengambil segelas air, tapi di saat itu juga dia mendengar sebuah suara aneh yang berasal dari kamar sebelah. Hanya Yuna sendiri yang tinggal di unit apartemen tersebut. Logan memang terkad
Yuna harus mengumpulkan semua semangat yang dia miliki hanya untuk menyapa orang seperti Brandon. “Aku tahu Uniasia juga bakal ikut serta di kompetisi malam ini. Aku punya parfum yang baru saja aku ciptain. Aku harap dengan parfum ini, aku diizinin untuk bergabung sama tim Uniasia,” kata Yuna. “Uniasia sudah punya produk lain untuk ditampilin di kompetisi nanti,” balas Brandon. “Tapi kan barang yang boleh ditampilin di kompetisi nanti nggak cuma satu barang doang. Aku cuma berharap parfum buatanku bisa ikut serta, bukan menggantikan ….” “Atas dasar apa aku harus percaya sama parfum buatan kamu?” tanya Brandon yang langsung mematahkan ucapan Yuna. Yuna segera mengeluarkan setumpuk kertas dari tasnya dan berkata, “Ini resep dan data yang aku pakai untuk bikin parfum ‘First Love’ ini. Semoga ini cukup untuk mewakili ketulusan hatiku. Soal kualitas … tiga tahun yang lalu, Pak Brandon pernah kasih aku tawaran kerja, jadi aku yakin Bapak percaya sama kemampuanku. Jadi, hari ini aku juga
“Kenapa?” tanya Yuna seraya mendongakkan kepalanya. “Mana berkas First Love? Orang lab sudah cari ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Kamu nggak tahu, ya, hari ini hari apa? Bukannya nunggu baik-baik di lab, malah keluyuran.” Logan juga menyadari ada goresan kecil di kaki Yuna, dan dia merasa sedikit bersalah karena itu. Akan tetapi, kompetisi yang akan diadakan malam ini jauh lebih penting daripada itu. “Bukannya pertunjukan barang baru dan kompetisinya baru mulai nanti malam? Toh waktunya juga masih panjang, jadi apa salahnya aku beli baju baru buat siap-siap?” Sebelum Logan sempat membalas ucapan Yuna, Valeria yang berada di sampingnya berkata, “Oh, memangnya kamu mau tampil ke atas panggung?” “Kenapa, nggak boleh?” balas Yuna seraya memutar bola matanya menjawab mantan teman baiknya itu. “Bukannya nggak boleh, aku cuma khawatir nanti kamu bakal kesusahan sendiri. Lagian, bukannya dari dulu kamu nggak pernah ikut acara kayak beginian?” tutur Valeria dengan senyum sinisnya yang se
Brandon membaringkan tubuh Yuna di atas sofa, kemudian berbalik untuk mengambil obat salep dan kapas alkohol. Brandon membersihkan area sekitar luka dengan kapas dan mengoleskan obat setelahnya. Sebenarnya luka sekecil itu sudah tidak mengeluarkan darah lagi selama perjalanan kemari, makanya permukaan kulit Yuna terasa adem saat kakinya diolesi oleh obat tersebut. Brandon begitu fokus mengoleskan obat dengan santai. Sekilas hal itu memang terlihat sangat sepele, tapi hal sesederhana itu pun tidak pernah Logan lakukan selama dia hidup bersama dengan Yuna. Maka itulah ada ungkapan yang mengatakan bahwa bukannya pria yang bersikap kasar pada wanita, tapi mereka memang tidak tertarik. Setelah mengoleskan obat itu, Brandon menatap Yuna yang sedang melamun dan bertanya padanya, “Kenapa?” “Nggak apa-apa,” bantah Yuna seraya menggelengkan kepalanya, lalu dia pun menurunkan kakinya dan berkata, “Makasih, ya.” “Kamu istriku, jadi nggak perlu berterima kasih. Tapi ada satu hal yang aku hara
“Demi menjamin kompetisi ini tetap berjalan dengan adil, pengumuman pemenang untuk sementara kami tunda dan baru akan dilanjutkan lagi setelah pemeriksaan selesai.” Tidak hanya Logan, tapi semua orang yang ada di sana ikut heboh ketika mendengar keputusan dari sang juri dan pembawa acara. “Kenapa ditunda? Ini nggak adil buat yang lain!” “Iya! Kalau memang ada tindakan plagiarisme, seharusnya mereka berdua yang didiskualifikasi!” “Cepat kasih tahu siapa dua perusahaan itu!” Semua orang mengeluarkan pendapat mereka, dan para wartawan yang hadir di lokasi juga semakin bersemangat menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Awalnya mereka mengira ini hanya sebuah kompetisi biasa, tapi siapa yang menyangka mereka bisa dapat bahan untuk berita besok. Logan yakin betul perusahaan dia tidak terlibat dengan insiden ini, jadi dia dengan penuh percaya diri maju ke depan dan berkata, “Aku setuju sama apa yang kalian semua bilang. Kalau memang terjadi kecurangan, pihak panitia harus mengumumka
Tubuh elok berbalut gaun putih sederhana, ditambah dengan lampu sorot yang menyinari, membuat semua orang yang menyaksikannya seakan sedang melihat seorang malaikat. Tidak hanya pakaiannya saja yang sederhana, tapi riasan dan aksesori yang Yuna kenakan juga sangat simpel. Namun, penampilannya yang terkesan biasa itu justru malah semakin menonjolkan kecantikan wajahnya. “Yuna?!” seru Logan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya, dan otaknya masih tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi. Spontan dia pun maju dan bertanya dengan suaranya yang berat, “Ngapain kamu di sini?” “Ya sudah pasti untuk ikut kompetisi,” jawabnya sambil menyunggingkan senyuman menyindir. “Yuna! Jangan aneh-aneh kamu, ini bukan tempat buat kamu bikin masalah!” kata Logan sembari menarik pergelangan tangan Yuna. Brandon yang berada di ruang tunggu VIP tampak kesal saat melihat perlakuan Logan kepada Yuna dari balik layar. Akan tetapi, Yuna sekuat tenaga menarik tangannya dari genggama
Semua orang tertegun mendengarnya. Tidak banyak orang yang tahu ke mana Yuna pergi setelah dia menghilang dari industri ini, apalagi hubungan dia dengan Logan. Di saat seperti ini, yang paling bahagia tentunya tidak lain dan tidak bukan adalah para wartawan. Awalnya mereka mengira acara malam ini hanya akan menjadi artikel biasa, tapi siapa sangka terjadi kasus plagiarisme dan pengkhianatan. “Kamu ini bagian dari VL! Sejak kapan kamu kabur ke perusahaan lain tanpa kasih tahu aku? Bahkan … kamu juga nyuri produk kami?!” ujar Logan. Suara Logan memang tidak keras, tapi ada mikforon di sebelahnya sehingga semua orang yang ada di sana bisa mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. “Ternyata ada pengkhianat, ya. Nggak heran bisa jadi begini,” ujar seseorang di sana. “Padahal tadi aku berharap banyak dari dia. Aku ingat waktu itu media sampai heboh sewaktu dia dapat penghargaan pendatang baru, tapi hasilnya?” “Mencuri rahasia perusahaan itu melanggar hukum, bisa dilaporin ke polisi
“Kamu nggak takut mati karena kamu masih muda. Kamu masih belum sampai di umurku,” kata sang Ratu lirih. “Dulu aku juga mengira aku nggak takut mati. Aku nggak takut apa pun. Aku bisa menghadapi semuanya tanpa ada rasa takut. Aku bisa keluar sebagai pemenang menghadapi kesulitan apa pun. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir aku mulai sadar, kalau sebenarnya masih ada banyak banget masalah yang nggak bisa aku selesaikan. Di situ aku baru sadar. Aku nggak mau mati!”Tiba-tiba sang Ratu embali menatap Yuna dengan tegas, tetapi ada juga sedikit kepasrahan dalam dirinya.“Aku benar-benar nggak mau mati. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih ada banyak hal penting yang harus aku kerjakan. Apa kamu bisa mengerti perasaanku ini? Kamu tahu seperti apa rasanya diburu-buru tanpa waktu yang cukup?”“Aku mengerti!” jawab Yuna.“Nggak. Kamu nggak akan mengerti!” bantah sang Ratu. “Kamu mana mungkin bisa mengerti? Kamu masih muda, cantik, dan penuh energi! Kamu juga pintar, punya keluarga
Hanya saja meski sang Ratu dengan nada yang penuh perhatian menyuruh Rainie untuk beristirahat, mataya masih tak lepas dari Yuna. Rainie pun ikut melirik ke arah Yuna. Yuna sedikit pun tidak melihat Rainie, bahkan di sudut matanya pun tidak.Hal itu membuat Rainie merasa tersinggung, dia seperti diabaikan. Sejak kecil, Rainie paling tidak suka diabaikan oleh orang lain. Dengan kerja kerasnya dia ingin orang-orang melihat pencapaiannya, tetapi sekarang perasana diabaikan itu malah selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Di mana pun Yuna berada, di situlah Rainie akan terus hidup dengan perasaan itu. Dia bagaikan sebuah bayangannya Yuna yang selalu ada di sana tetapi tidak pernah dianggap.“Hari ini adalah waktu yang paling pas untuk menjalankan eksperimennya. Yang Mulia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!” kata Rainie berusaha untuk membujuk sang Ratu sebisa mungkin. Hanya dengan itu, eksperimennya akan bisa berjalan di hari itu juga, dan semuanya akan berubah.“Aku sudah
“Yang kamu bilang itu benar juga!” kata Ratu seraya menatap Rainie dan tersenyum puas.Rainie merasakan ketenangan batin melihat sang Ratu tersenyum padanya. Setidaknya itu mengartikan bahwa apa yang dia katakan itu sejalan dengan pemikiran sang Ratu. Ucapannya berhasil menarik hati Ratu dan mungkin saja Ratu bersedia mendengarkannya.“Ratu, kalau kamu masih bersikeras, aku nggak mau lagi. Aku mundur,” kata Yuna. Sudah terlanjur sampai sejauh ini, Yuna terpaksa mogok kerja untuk mendesaknya. “Aku nggak mau melakukan eksperimen yang jelas akan gagal.”Namun seketika Ratu baru mengerutkan keningnya sebentar, Rainie dengan tidak sabarnya berkata, “Kalau kamu nggak mau, biar aku saja!”“Rainie, kamu ….”“Yang Mulia, sejujurnya aku juga bisa diandalkan. Aku nggak berani mengklaim kalau aku lebih hebat dari Yuna, tapi minimal aku sudah dapat banyak penghargaan internasional. Aku mengaku waktu mengembangkan R10, aku nggak sebaik Yuna karena itu memang bukan bidang yang aku dalami. Tapi kalau
Seraya menarik napas panjang, Yuna berkata kepada sang Ratu, “Ya! Benar aku memang mau menolong anak itu, tapi apa yang aku bilang juga nggak salah! Eksperimen ini punya tingkat risiko yang tinggi, dan kamu tahu sendiri itu. Sebelumnya kita pernah membahas soal ini, bukan sekarang aku baru mengungkitnya. Kamu pasti masih ingat.”Dengan adanya Rainie yang mencoba untuk mengacaukan situasi, Yuna hana bisa menggunakan pembahasan dia dengan Ratu sebelumnya untuk membujuk dia, dengan harapan dia akan percaya dan mau berubah pikiran.Sang Ratu langsung terdiam mendengar itu, dan dia juga terlihat sedang berpikir mengingat kembali apa yang dia dan Yuna bicarakan.Melihat sang Ratu mulai terhasut, Rainie kembali berkata, “Yang Mulia, jangan percaya sama dia! Eksperimen ini memang berisiko dan persentase untuk berhasil rendah, tapi apa pun yang dia bilang tujuannya cuma untuk menolong anak itu! Jangan percaya, atau Anda yang bakal terkena tipu muslihatnya!”Di saat itu Yuna sudah meledak. Dia m
“Yang Mulia, jangan dengarkan dia. Dia penipu!”Tiba-tiba ada suara yang datang memecah situasi yang tegang itu. Yuna spontan kaget mendengarnya. Sedikit lagi dia hampir berhasil membujuk sang Ratu. Tatapan mata Ratu tampak goyah saat dia mendengar tawaran Yuna, tetapi teriakan itu justru malah membuat Ratu tersadar kembali.Ratu dan Yuna sama-sama menoleh ke asal suara itu berasal. Di sana mereka melihat Rainie yang bersembunyi di pojokan sedang berjalan mendekat ke posisi sang Ratu berada. Saat Rainie baru melangkahkan kakinya, dia dicegat oleh penjaga. Di situ dia pun berhenti dan menatap sang Ratu dengan penuh pengharapan. Sang Ratu meminta anak buahnya untuk membiarkan Rainie mendatanginya. Maka Rainie pun maju dan berdiri persis di hadapan sang Ratu, membungkuk dan berkata, “Yang Mulia, Yuna bilang begitu karena dia cuma mau menolong anak kecil itu. Sebenarnya ini nggak terburu-buru, itu cuma alasan dia saja.”“Kamu siapa?” tanya sang Ratu.“Namaku Rainie. Aku juga pernah bekerj
“Kamu nggak mau mati, tapi mereka juga sama!” kata Yuna seraya menunjuk ke meja operasi. “Apa kamu pernah berpikir kalau Nathan itu cuma anak kecil yang nggak berdosa? Dia masih muda. Kamu juga seorang ibu yang punya anak cucu. Apa kamu nggak pernah mikir kalau suatu hari mereka yang jadi korban ….”“Itu sudah nasib mereka!” kata sang Ratu menyela dengan lantang.“.…”“Yang kuat memakan yang lemah, itu sudah hukum alam. Cuma yang kuat yang layak untuk terus hidup. Bukankah begitu? Kalau negara kalian nggak cukup kuat, aku nggak perlu khawatir tentang bagaimana pendapat kalian dan menjalin relasi secara diplomatis. Kalau Yuraria kuat, aku nggak perlu berpikir apa pendapat negara lain tentang negaraku. Sama, kamu juga begitu. Kalau kamu lemah, kamu sudah mati dari dulu dan nggak akan ada di sini untuk mempertanyakan aku!”Ratu tidak merasa ada yang salah dengan dirinya. Selama ini dia begitu gigih dan berjuang mati-matian hanya untuk menjadi yang terkuat. Tanpa kekuatan, dia akan terelim
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim
Mana mungkin Fred mau mati begitu saja sebagai bahan percobaan dari eksperimen yang bahkan belum sepenuhnya rampung ini? Ya, dia tahu jelas kalau eksperimen ini masih belum sempurna dan persentase keberhasilannya juga sangat rendah. Sebelumnya dia begitu berani dan ngotot karena yang menjadi subjek percobaannya bukan dia. Tetapi kalau posisinya ditukar dia yang menjadi subjeknya, jelas dia tidak berani.“Sudahlah, nggak perlu juga aku bertanya,” ujar sang Ratu tersenyum. “Ayo mulai!”Seiring dengan seruan perintahnya yang datar itu, anak buahnya langsung maju mengamankan Fred dan membawanya ke meja operasi.“Nggak! Jangan—” Fred menjerit. “Yang Mulia nggak bisa begini! Aku masih dibutuhkan untuk menjalankan eksperimen ini. Kamu juga masih membutuhkanku. Yang Mulia nggak bisa melakukan ini padaku!”“Tadi kamu nggak bilang begini,” kata sang Ratu tersenyum sinis. “Memangnya ada apa? Apa eksperimennya terlalu menakutkan? Bukannya kamu tadi dengan yakinnya bilang kalau persentase keberhasi
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her