Di sisi lain di kediaman Brandon, Brandon mencopot mikrofon di satu telinganya dan menatap Chermiko.“Gimana?” Chermiko bertanya.“Dia sudah bilang.”Tengah malam Liman jauh-jauh datang ke rumah hanya untuk memasang perangkap, untuk melihat apakah Shane aan bertanya atau tidak. Dan benar saja, di saat itu Shane bertanya. Dari dialog mereka itu Brandon sudah bisa menebak Shane pasti bersekutu dengan Rainie demi menolong anaknya. Brandon dapat memahami perasaan Shane, tetapi dia tidak mengerti mengapa Shane melakukan itu?Mengapa hingga detik ini Shane masih percaya dengan Rainie? Mengapa dia percaya Rainie akan membantunya mencari Nathan? Kalaupun Nathan sudah ditemukan, apakah Rainie bersedia menyelamatkan Nathan?! Brandon sungguh tak habis pikir bagaimana cara Shane berpikir.Pada saat itu Brandon sudah ingin melabraknya langsung, bertanya apa alasan Shane menolong Rainie. Namun dia tidak bisa.Toh, sekarang perangkapnya sudah terpasang. Mereka cuma perlu menunggu Shane menyampaikan p
“Bukan itu. Kurasa apa yang kamu bilang tadi cukup masuk akal, kita nggak bisa menutup kemungkinan kalau itu benar-benar terjadi! Chermiko, kamu menemukan titik terang!”“Eh??”“Tadi kamu bilang bisa saja Shane terkena guna-guna!”Chermiko hanya mengangguk dengan tampang kebingungan. Dia masih tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya ingin Brandon katakan.“Itu dia! Bisa jadi Shane diguna-guna. Apa kamu lua, watu itu Rainie juga pernah memakai obat yang dia punya untuk mengontrol Edgar. Waktu itu upayanya gagal, tapi bukan berarti akan terus gagal selamanya, dan nggak berarti juga Rainie bakal berhenti mengembangkan obatnya. Dia pasti punya banyak trik lain yang serupa dengan itu!”Tiba-tiba Brandon jadi bersemangat membayangkan sederet kemungkinan yang ada seketa pikirannya tercerahkan oleh perkataan Chermiko yang terkesan random. Di satu sisi, Chermiko sendiri juga mulai menangkap maksud Brandon dan mengakui bahwa kemungkinan itu memang ada.“Benar juga. Itu bisa saja terjadi! Diban
“Ini aku.”Ketika mendengar suara Shane, mereka berdua terkejut. Apa yang mereka rasakan saat itu seperti penjahat yang tertangkap basah melakukan tindak kriminal.Dengan tatapan matanya, Brandon memberikan isyarat kepada Chermiko untuk jangan panik, lalu dia sendiri pergi membukakan pintu.“Ada apa?”Sesaat Brandon membuka pintu dan melihat Shane sudah berdiri di hadapannya, tatapan mata Shane terlihat sangat kelelahan. Dia kelihatan seperti sudah lama tidak beristirahat sampai matanya memerah.“Chermiko ada di dalam?”“Ada!” jawab Brandon.“Aku boleh masuk?”Ditanya lugas seperti itu, Brandon pun merasa tidak enak hati menolaknya. Selain itu Brandon juga merasa sikapnya agak aneh. Brandon pun mengangguk dan mempersilakan Shane untuk masuk ke dalam. Tanpa menutup pintunya, Brandon menarik bangku supaya Shane bisa duduk. Namun Shane tidak duduk di bangku itu. Dia malah berdiri di dekat meja dan menatap mereka berdua.“Kalian berdua lagi ngomongin aku, ‘kan?”“.…”Seketika itu juga Bran
“Tapi kenapa?” tanya Brandon.Dia masih tidak mengerti apa tujuan Shane datang. Apa dia datang hanya untuk memberi tahu kalau dialah yang membebaskan Rainie? Apakah dia tidak sedang berada di bawah pengaruh obat? Jika tidak demikian, lantas mengapa dia mau saja menuruti apa kata Rainie? Atau jangan-jangan, dugaan mereka selama ini salah? Bahwa sebenarnya Shane dengan suka rela bekerja sama dengan Rainie? Lalu apa tujuannya mengaku? Apakah dia mau membongkar penyamarannya sendiri? Apakah untuk mengancam? Atau hanya untuk sekadar pamer?“Benar, aku yang membebaskan Rainie. Aku sengaja melakukan itu,” tutur Shane. “Aku dihipnotis.”“Hipnotis?!”Brandon dan Chermiko hanya berpikir sebatas obat-obatan saja. Tak pernah sekali pun mereka terpikir Rainie juga menggunakan hipnotis untuk memengaruhi pikiran orang lain. Namun ketika mendengar itu, Chermiko merasa semua ini jadi masuk akal.“Iya. Aku dihipnotis sama dia. Pastinya dia juga pakai obat-obatan lainnya. Aku nggak begitu mengerti, tapi
“Kamu pasti mau tanya kenapa aku nggak terhipnotis sama dia?”Shane sudah tahu apa yang mau Brandon tanya, jadi langsung saja dia mengatakannya. Brandon mengangguk, dan sebenarnya Chermiko juga sangat penasaran dengan hal yang sama. Kalau Shane tidak terhipnotis dan sengaja membebaskan Rainie, tapi mengapa Rainie begitu percaya diri bahwa hipnotisnya pasti bekerja?“Sebenarnya ini cuma kebetulan saja! Aku dari dulu memang menderita insomnia. Awalnya gara-gara sibuk kerja dan pola tidur nggak teratur, makanya aku jadi susah tidur dan gampang terbangun. Obat tidur pun sudah nggak mempan. Habis itu aku berobat ke banyak dokter sampai cari dokter spesialis tidur. Awalnya berguna, aku bisa tidur lebih lama. Tapi lama kelamaan aku mulai kebal sama obatnya, atau mungkin memang secara alam bawah sadar aku menolak, dan malah jadi makin susah tidur. Sewaktu masih ada Nathan, tidurku lumayan membaik. Tapi akhir-akhir ini ….”Tanpa perlu Shane katakan pun mereka berdua sudah tahu apa yang terjadi.
Shane sangat tenang bisa mengatakan itu tanpa tersinggung ataupun merasa dimusuhi. Ya mau bagaimana lagi, ini memang bukan kesalahan Brandon atau Chermiko. Dicurigai dan dimusuhi oleh orang terdekat jelas bukan perasaan yang nyaman. Namun Shane tidak bodoh. Dia sendiri jelas sadar kalau dirinya sudah dicurigai. Setelah cukup lama mempertimbangkannya, akhirnya Shane memutuskan untuk menghadapi mereka dan mengakui semua perbuatannya.“Baguslah semuanya baik-baik saja. Yang penting kamu nggak marah,” kata Brandon kepada Shane.Brandon merasa Shane mulai berubah, tidak lagi seperti Shane yang dulu dia kenal. Meski masih belum sepenuhnya terlepas dari kesedihan akibat kehilangan anaknya, paling tidak Shane sudah bisa berpikir dan mengambil keputusan dengan kepala dingin.Chermiko berkata, “Tapi tadi kamu sudah kasih tahu Rainie tentang kedatangan Pak Liman ….”“Pertama. Pak Liman jauh-jauh datang untuk kasih tahu tentang kemungkinan adanya obat itu pasti untuk melihat reaksiku, ‘kan?”“Ya,”
Chermiko yang pertama membuka suara. Dia berdeham, lalu menatap Brandon dan bertanya padanya. “Jadi, berikutnya kita harus ngapain? Terus pura-pura nggak tahu dan berlagak Shane masih dikendalikan sama dia?”Chermiko berusaha untuk mencari jalan, tetapi hanya ini jalan terbaik yang bisa dia pikirkan. Apa yang terjadi sangat kacau sampai dia tidak tahu bagaimana sebaiknya menyelesaikan masalah ini. Ketika menghadapi kesulitan dalam ilmu kedokteran, dia mungkin bisa membantu. Gejala apa pun yang dihadapib isa dia lawan dengan menggunakan obat yang tepat. Namun faktanya apa yang mereka hadapi ini sudah terlalu rumit karena sudah tertumpuk satu dengan lainnya. Chermiko sudah angkat tangan dan menyerahkannya saja kepada Brandon.“Untuk sementara anggap saja kita nggak tahu apa-apa. Anggap saja Shane nggak pernah bilang apa-apa ke kita, dan kita masih mencurigai dia.”Shane mengangguk. Dia pun berpikir hal yang sama dengan Brandon. Shane tidak akan mengakui semua ini jika bukan karena terpak
“Nggak seperti keracunan. Tapi yang pasti nadinya ada yang aneh menandakan ada sesuatu yang nggak beres di badannya. Obat apa pun yang dibuat di lab itu aneh-aneh dan membahayakan manusia. Aku juga nggak bisa bilang pasti. Satu-satunya yang perlu kita syukuri adalah untuk sementara ini nyawa Shane masih baik-baik saja.”Meski terdengar pahit, Chermiko sebagai dokter tetap harus berbicara apa adanya.“Itu sudah cukup,” kata Shane. “Selama aku nggak akan mati dalam waktu dekat, nggak jadi masalah.”“Apa maksudmu. Kamu nggak akan mati bukan berarti ke depannya kamu bakal tetap sehat-sehat saja. Banyak racun yang sifatnya itu kronis dan baru akan bertambah parah di kemudian hari. Apalagi kita nggak tahu apa yang obat apa yang dikembangkan di lab itu.”Chermiko sangat marah mendengarnya karena dia sendiri pernah merasakan betapa menyiksanya itu. Maanya dia tidak senang ketika melihat Shane menganggap enteng. Shane sungguh tidak tahu betapa parah rasa sakitnya ketika racun itu mulai bekerja.
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti