Brandon tahunya selama ini Juan sedang sakit, jadi dia otomatis menganggap yang menghubunginya itu adalah Chermiko. Ketika Brandon memanggil namanya, Rainie juga langsung menoleh seperti sedang menunggu apa yang akan mereka bicarakan. Akan tetapi, yang terdengar dari telepon itu adalah suara serak yang tentu sudah tidak asing lagi siapa pemiliknya.“Dasar anak kurang ajar, manggil siapa kamu?”Brandon kaget ketika mendengar suara Juan. Dia tidak menyangka Juan sudah pulih, dan dari suaranya itu dia terdengar cukup fit.“Pak … Pak Juan??” Brandon bertanya sekali lagi untuk sekadar memastikan, khawatir tadi dia salah dengar.“Pak-nya sekali saja cukup, nggak perlu dua kali! Hey, kutanya kamu, kamu lagi ngapain sekarang? Sudah nggak mau sama Kenzi lagi?”Meski tidak bertemu tatap muka secara langsung, dari suaranya itu Brandon yakin Juan sudah baik-baik saja.“Pak Juan sudah sembuh? Maksudku, penyakitnya sudah benar-benar hilang?”“Menurut kamu? Aku sudah banyak mengalami penyakit yang le
“Iya, sudah!” jawab Juan dengan sedikit emosi. “Kamu pikir aku ini siapa? Jangan lupa, aku ini dokter sakti! Kalau cuma virus remeh ini saja aku nggak bisa, apa gunanya reputasiku selama ini?”Brandon bisa menghela napas lega begitu dia mendengar jawaban yang tegas dari Juan. Dia percaya padanya, hanya saja sebelum ini Juan pingsan dan kondisinya sangat lemah, makanya Brandon sangat khawatir. Belum lagi pada saat itu mereka masih belum pasti apakah ini virus atau parasit. Namun kini berhubung Juan sudah sehat, maka Brandon pun tidak perlu merasa cemas lagi.“Oke, aku ngerti! Aku masih ada urusan di luar, gimana kalau ….”“Ngerti apaan kamu! Aku mau tanya, sebenarnya kamu dan Yuna lagi ngapain? Kapan kalian pulang?”“Urusannya belum selesai, aku masih perlu waktu.”“Kamu sih terserah, tapi Yuna sudah berapa hari nggak ada kabar. Dia ngapain, sih?”Racunnya sudah hilang dan sekarang tubuh Juan mulai pulih sedikit demi sedikit. Dia baru ingat kalau sudah lama dia tidak mendapat kabar dari
“Frans, bawa dia pergi!” seru Brandon.Rainie membuka matanya lebar-lebar menatap Brandon seraya meronta supaya dia bisa melepaskan diri. Tetapi apa lagi yang bisa Rainie lakukan? Tubuhnya ditahan oleh Frans dan mulutnya sudah tertutup rapat oleh selembar lakban sehingga suara yang keluar dari mulutnya hanya sebatas erangan tidak jelas saja.Ketika Frans membawa Rainie keluar dari garasi, tiba-tiba ada seseorang di luar yang berlari ke arah Frans sambil menusukkan pisau ke arahnya. Sayangnya gerakannya terlalu lambat, Frans bisa menghindarinya dengan sangat mudah dan menendangnya.“Akh-!”“Bu Susan?!”Brandon dan Frans mengenali siapa penyerang iut. Pisau dapur yang Susan pegang itu terjatuh ke lantai.“Kalain cepat lepasin Rainie sekarang juga!”“Bu Susan, sepertinya kamu sudah tahu dari awal kalau Rainie belum mati,” kata Brandon.“.…”Susan terus menjaga rahasia ini seorang diri bahkan dari suaminya, tetapi sekarang rahasia itu sudah terbongkar. Sudah tidak ada gunanya lagi dia meny
Maka tanpa berlama-lama lagi, mereka pun langsung masuk ke dalam mobil. ***Shane sudah mulai kesal karena dari tadi tidak melihat ada tanda-tanda Brandon akan datang padahal dia sudah menunggu lama di tengah hutan. Dia panik karena harus berurusan dengan mayat yang baunya busuk ini sendirian. Bahkan meski sudah dibungkus oleh karung pun, bau busuknya masih tetap tercium dengan sangat jelas. Shane sungguh tidak menyangka yang semula berbisnis di dunia parfum, sekarang bisa berada dalam situasi seperti ini.Di tengah kecemasannya itu ketika dia baru saja ingin menghubungi Brandon sekali lagi, dari kejauhan dia melihat ada cahaya dari lampu mobil yang mendekat ke arahnya. Dia merasa mobil itu pasti mobilnya Brandon, karena itu dia langsung melambaikan tangannya. Namun seketika mobil itu makin dekat, Shane mulai merasa ada yang tidak beres. Mobil itu tidak tampak seperti mobilnya Brandon!Mobil tersebut datang beramai-ramai dan terlihat cukup mencolok. Melakukan hal semacam ini bukankah
Selama satu hari penuh Yuna hanya berbaring di ranjang melamun sambil melihat plafon. Dia sudah lama sekali tidak pernah merasa sesantai ini. Selama ini dia sangat sibuk dan tidak pernah istirahat meski sedang hamil sekalipun. Namun sekarang dia dipaksa oleh keadaan untuk bersantai, sampai dia sendiri merasa sangat bosan.Setelah dokter itu menyampaikan pesan kepada Yuna, dia tidak pernah datang lagi. Yuna jadi khawatir apakah dia ketahuan. Akan tetapi Yuna tidak tahu dan tidak bisa melakukan apa-apa di sini. Brandon meminta Yuna untuk menunggu, maka Yuna pun menunggu, tetapi Yuna tidak bisa menunggu saja tanpa melakukan apa-apa. Dia tetap harus mencari kesempatan untuk kabur.Setelah maan dan beristirahat, Yuna memulai aksinya untuk “membongkar” kamar ini. Kaca jendela ditempa sehingga tidak bisa dibobol dengan mudah, tetapi segala macam barang lain yang ada di kamar, satu per satu Yuna rusak. Lantia, tembok, TV, dispenser minum, dan lain-lain, bahkan kamera pengawas juga ikut dirusak
Yuna panik ketika melihat cairan hangat itu keluar dari dalam tubuhnya! Matilah! Seharusnya cairan itu adalah air ketuban. Kalau sampai air ketuban sudah keluar, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.“Tolong ….”Merasa tidak punya jalan lain, Yuna merintih dengan suaranya yang amat lirih, tetapi tidak ada orang yang menjawab. Terpaksa Yuna keluar, tetapi takutnya mereka akan mengira ini lagi-lagi hanya trik saja. Namun tidak ada gunanya berpikir begitu. Sekarang dia harus mengerahkan segenap kekuatan untuk pergi ke pintu masuk dan meminta pertolongan. Tetapi tepat di saat itu juga tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Beberapa orang yang terlihat seperti dokter masuk dan memindahkan Yuna ke tandu, dan ada juga salah satu dari mereka yang menginstruksikan Yuna untuk menarik napas dalam-dalam dengan bahasa Indonesia.Perlengkapan yang mereka bawa cukup lengkap, dan sebelumnya yang datang adalah orang asing, tetapi kali ini yang datang bukan mereka. Berarti sejak awal mereka memang sudah m
Pada kenyataannya, tidak semua hal berjalan sesuai kehendak. Awalnya Yuna sudah memikirkan rencananya dengan sempurna. Selama proses melahirkan, mungkin dia bisa memikirkan cara atau melihat sesuatu yang berguna baginya, tetapi … dia malah keburu pingsan sebelum melahirkan.Rasa sakit yang tak tertahankan membuatnya kehilangan kesadaran. Rasa sakit yang kali ini jauh lebih hebat dari yang sebelumnya, dan ketika Yuna akhirnya tersadar, perutnya sudah rata. Dia sudah terbaring di tempat yang seperti rumah sakit. Sekelilingnya hanya ada tembok putih tanpa ada satu barang lain satu pun. Dia juga sedang diinfus. Kain hitam yang menutupi matanya entah kapan sudah dilepas.Tidak ada apa-apa di sini, lagi-lagi Yuna ditaruh di tempat yang entah di mana keberadaannya. Namun di luar semua itu, yang paling penting … di mana anaknya? Yuna tidak bisa menemukan kedua anaknya, dan perutnya juga jelas sudah dibelah. Terdapat bekas luka jahitan di perut, dan itu membuat dia tidak bisa bergerak dengan le
“Aku mau anakku! Ini terakhir kalinya aku minta!” Yuna lalu melihat sekelilingnya dan berkata dengan wajah muram. “Aku tahu kalian bisa mendengarku!”“Bu Yuna melahirkan anak kembar, satu cewek satu cowok. Mereka sekarang aman, jadi Bu Yuna nggak perlu takut!” kata dokter itu. “Tapi karena lahirnya agak prematur, mereka masih harus dirawat di ruang perawatan khusus. Kalau kondisi mereka sudah lebih stabil, nanti Bu Yuna bisa jenguk mereka.”Yuna tidak sepenuhnya percaya ketika mendengar itu, dia masih sedikit ragu dengan mereka dan bertanya, “Serius?”“Iya,” jawab dokter satunya lagi. “Yang paling penting sekarang adalah menjaga kesehatanmu. Cuma dengan begitu kamu bisa menemui anakmu.”“Aku nggak percaya. Aku mau melihat anakku sendiri langsung! Kalau aku nggak melihat anakku, aku mati saja sekarang!”Kedua dokter itu pun saling bertukar pandang. “Ini … Bu Yuna, kami butuh izin dulu dari atasan.”“Silakan, aku tunggu kalian!”Yuna tidak bergerak sedikit pun atau mengalah terhadap tunt