“Jadi kamu sengaja minta Shane untuk mengubur mayat itu?”“Oh, jelas. Dia itu nyalinya kecil. Dia pasti takut virusnya bakal menyebar. Selama di organisasi, dia sudah banyak ngelihat virus yang punya tingkat penularan tinggi dan seberapa parah dampaknya, makanya aku yakin dia nggak mungkin berani ngubur mayat itu sendirian. Dia pasti akan minta bantuan kamu. Tapi aku penasaran, kamu mau bantu dia dulu, atau cari Edgar dulu. Oh ya, aku lupa kamu punya bantuan. Dengan kekayaan Setiawan Group yang sebesar itu kamu pasti punya bala bantuan, tapi Edgar beda, sampai harus kamu sendiri yang turun tangan.”“Jadi, mayat itu nggak akan bisa menular?” tanya Edgar.“Nggak, bukan begitu. Aku juga nggak tahu soal itu.”Edgar mengerutkan keningnya menatap Rainie. Dia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Rainie itu. Kemudian Rainie pun melanjutkan ucapannya, “Aku cuma bertugas untuk meneliti, terkait gimana hasilnya dan apa perubahan yang terjadi ke depannya itu bukan berada dalam kendaliku. Lagi pul
“Kalau kamu mau bekerja sama, baru aku kasih tahu. Mau gimanapun juga, dia itu kartu as untuk bertransaksi dengan organisasi, nggak mungkin aku kasih dia ke kamu secara cuma-cuma.”“Kenapa kamu jadikan Edgar sebagai kartu as kamu?” tanya Brandon. “Apa keuntungan yang kamu dapat dari itu, atau tepatnya … apa keuntungan yang organisasi itu dapat begitu mereka mendapatkan Edgar”“Kamu nggak usah banyak tanya soal itu. Pokoknya kamu bakal tahu nanti kalau waktunya pas. Aku juga harus punya kartu as supaya aku bisa unggul. Iya, ‘kan?”“Jadi kamu benar-benar nggak mau kasih tahu di mana Edgar sekarang?” tanya Brandon sekali lagi.Rainie kali ini sudah mulai habis kesabarannya, dia berkata, “Sudah kubilang, nanti kamu juga ….”Namun sebelum Rainie selesai berbicara, Brandon tiba-tiba mencengkeram kerah bajunya dengan gerakan yang begitu cepat sampai-sampai Rainie tidak sempat bereaksi. Brandon bahkan sampai mencekik lehernya.“Kamu masih nggak mau ngomong juga?”Semula Rainie sempat sedikit k
Seketika itu Brandon langsung terdiam. Dia merasa sangat ketakutan mendengar itu. Dia sudah pernah melihat langsung seperti apa virus yang ada di tubuhnya Chermiko itu. Beberapa hari terakhir dia juga terus berada di rumahnya Juan dan menyaksikan sendiri seperti apa kesakitan yang disebabkan oleh virus tersebut, tidak hanya kepada Juan, tetapi juga kepada para pelayan rumahnya. Gejala yang dirasakan oleh para pelayan itu terbilang cukup ringan, tetapi itu sudah cukup untuk membuat mereka merasa kesulitan. Belum lagi ada gejala susulan yang mungkin saja terjadi. Bahkan sekarang Bella juga sudah tertular, dan entah masih ada berapa banyak lagi orang yang akan tertular.Namun paling tidak, untuk sekarang Brandon tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Kenzi. Saat ini Kenzi mungkin tidak menunjukkan gejala yang membahayakan, tetapi bagaimana dengan orang lain?Rainie tertawa puas melihat keraguan yang terlihat dari Brandon. Dia tahu dia telah berhasil menyerang titik lemahnya. Akhirnya dia ber
“Rainie, aku bisa bikin hidup kamu menderita! Aku tahu tentang kematian palsu kamu itu, tapi kali ini kamu nggak akan seberuntung itu!”“Brandon, kamu pikir aku takut mati? Kalau kau mati, akan ada berapa banyak yang ikut mati bareng aku? Aku rasa itu sepadan dengan pengorbananku!”“Kamu ….”Brandon tidak bisa berkata-kata lagi. Hingga detik ini dia akhirnya mengerti mengapa selama ini Shane menganggap Rainie itu orang gila. Tidak hanya gila, tapi Rainie adalah orang yang paling gila di antara orang gila lainnya. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman, kematian, ataupun penyiksaan. Brandon sudah kehabisan akal untuk menghadapinya.“Lebih baik kamu pikir lagi baik-baik untuk bekerja sama denganku! Dunia ini terus maju dan selalu berubah. Orang zaman dulu mana pernah kepikiran suatu hari akan ada pesawat dan roket yang bisa membawa manusia ke bulan? Sejak kapan mereka pernah berpikir akan ada teknologi semaju sekarang? Sebentar lagi robot juga akan menggantikan manusia. Nggak ada yan
Brandon tahunya selama ini Juan sedang sakit, jadi dia otomatis menganggap yang menghubunginya itu adalah Chermiko. Ketika Brandon memanggil namanya, Rainie juga langsung menoleh seperti sedang menunggu apa yang akan mereka bicarakan. Akan tetapi, yang terdengar dari telepon itu adalah suara serak yang tentu sudah tidak asing lagi siapa pemiliknya.“Dasar anak kurang ajar, manggil siapa kamu?”Brandon kaget ketika mendengar suara Juan. Dia tidak menyangka Juan sudah pulih, dan dari suaranya itu dia terdengar cukup fit.“Pak … Pak Juan??” Brandon bertanya sekali lagi untuk sekadar memastikan, khawatir tadi dia salah dengar.“Pak-nya sekali saja cukup, nggak perlu dua kali! Hey, kutanya kamu, kamu lagi ngapain sekarang? Sudah nggak mau sama Kenzi lagi?”Meski tidak bertemu tatap muka secara langsung, dari suaranya itu Brandon yakin Juan sudah baik-baik saja.“Pak Juan sudah sembuh? Maksudku, penyakitnya sudah benar-benar hilang?”“Menurut kamu? Aku sudah banyak mengalami penyakit yang le
“Iya, sudah!” jawab Juan dengan sedikit emosi. “Kamu pikir aku ini siapa? Jangan lupa, aku ini dokter sakti! Kalau cuma virus remeh ini saja aku nggak bisa, apa gunanya reputasiku selama ini?”Brandon bisa menghela napas lega begitu dia mendengar jawaban yang tegas dari Juan. Dia percaya padanya, hanya saja sebelum ini Juan pingsan dan kondisinya sangat lemah, makanya Brandon sangat khawatir. Belum lagi pada saat itu mereka masih belum pasti apakah ini virus atau parasit. Namun kini berhubung Juan sudah sehat, maka Brandon pun tidak perlu merasa cemas lagi.“Oke, aku ngerti! Aku masih ada urusan di luar, gimana kalau ….”“Ngerti apaan kamu! Aku mau tanya, sebenarnya kamu dan Yuna lagi ngapain? Kapan kalian pulang?”“Urusannya belum selesai, aku masih perlu waktu.”“Kamu sih terserah, tapi Yuna sudah berapa hari nggak ada kabar. Dia ngapain, sih?”Racunnya sudah hilang dan sekarang tubuh Juan mulai pulih sedikit demi sedikit. Dia baru ingat kalau sudah lama dia tidak mendapat kabar dari
“Frans, bawa dia pergi!” seru Brandon.Rainie membuka matanya lebar-lebar menatap Brandon seraya meronta supaya dia bisa melepaskan diri. Tetapi apa lagi yang bisa Rainie lakukan? Tubuhnya ditahan oleh Frans dan mulutnya sudah tertutup rapat oleh selembar lakban sehingga suara yang keluar dari mulutnya hanya sebatas erangan tidak jelas saja.Ketika Frans membawa Rainie keluar dari garasi, tiba-tiba ada seseorang di luar yang berlari ke arah Frans sambil menusukkan pisau ke arahnya. Sayangnya gerakannya terlalu lambat, Frans bisa menghindarinya dengan sangat mudah dan menendangnya.“Akh-!”“Bu Susan?!”Brandon dan Frans mengenali siapa penyerang iut. Pisau dapur yang Susan pegang itu terjatuh ke lantai.“Kalain cepat lepasin Rainie sekarang juga!”“Bu Susan, sepertinya kamu sudah tahu dari awal kalau Rainie belum mati,” kata Brandon.“.…”Susan terus menjaga rahasia ini seorang diri bahkan dari suaminya, tetapi sekarang rahasia itu sudah terbongkar. Sudah tidak ada gunanya lagi dia meny
Maka tanpa berlama-lama lagi, mereka pun langsung masuk ke dalam mobil. ***Shane sudah mulai kesal karena dari tadi tidak melihat ada tanda-tanda Brandon akan datang padahal dia sudah menunggu lama di tengah hutan. Dia panik karena harus berurusan dengan mayat yang baunya busuk ini sendirian. Bahkan meski sudah dibungkus oleh karung pun, bau busuknya masih tetap tercium dengan sangat jelas. Shane sungguh tidak menyangka yang semula berbisnis di dunia parfum, sekarang bisa berada dalam situasi seperti ini.Di tengah kecemasannya itu ketika dia baru saja ingin menghubungi Brandon sekali lagi, dari kejauhan dia melihat ada cahaya dari lampu mobil yang mendekat ke arahnya. Dia merasa mobil itu pasti mobilnya Brandon, karena itu dia langsung melambaikan tangannya. Namun seketika mobil itu makin dekat, Shane mulai merasa ada yang tidak beres. Mobil itu tidak tampak seperti mobilnya Brandon!Mobil tersebut datang beramai-ramai dan terlihat cukup mencolok. Melakukan hal semacam ini bukankah
“Pangeran Ross!” sahut Brandon dengan santun, kemudian dia mengulurkan tangannya. Ross tersenyum tipis dan menjabat tangan Brandon.“Ayo masuk ke dalam!”Tanpa berlama-lama, Brandon segera menuntun Ross masuk ke dalam melewati ruang tamu dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Brandon menutup pintu dan mengaktifkan sistem pengawasan tertutup. Tak lupa Brandon menyuguhkan segelas kopi hangat untuknya, kemudian mereka duduk melingkar.“Pangeran Ross, maaf sudah merepotkan,” kata Brandon.“Nggak apa-apa! Aku pangeran, tapi aku juga pernah melewati masa-masa sulit, apalagi tawaranmu juga menarik!” kata Ross seraya mengangguk puas.“Baguslah kalau Pangeran Ross senang. Untuk beberapa hari ke depan mohon maaf Pangeran harus menginap di sini dulu. Oh ya, ini Shane. Sebelumnya Pangeran pernah ngobrol sama dia di telepon.”“Oh, iya, aku ingat. Terima kasih, ya. Kalau bukan nasihat dari kamu, mungkin aku sudah terkena hipnotisnya!”“Sama-sama, Pangeran Ross. Terima kasih juga untuk kerja samanya!”Ro
Benar saja, sesaat kemudian Juan pun akhirnya berbicara. “Setiap manusia sudah punya takdir masing-masing. Yang harus mati biarlah mati. Kalau Yuna belum waktunya mati, dia nggak akan mati. Itu sudah hukum alam. Barang siapa yang melawan hukum alam cepat atau lambat pasti akan mati juga.”Fred sangat tidak senang mendengarnya. Dia tidak terlalu mengerti maksud Juan, tetapi dia dapat menangkap kalau Juan sedang menyindirnya. Dan dari cara bicaranya sepertinya Juan memang tahu sesuatu.“Pak Dokter, aku menghormatimu sebagai senior, dan aku juga peduli dengan kesehatan Yuna, maka itu aku datang kemari meminta bantuan. Jadi … tolong jangan bikin aku terpaksa memakai kekerasan!”“Silakan saja! Kamu pikir aku takut?”“Kamu …. Detak jantung Yuna sekarang lambat banget dan dia bisa mati kapan saja. Aku sudah bermurah hati mau jauh-jauh datang ke sini minta bantuan. Kalau kamu masih menolak, Yuna bisa mati! Aku tahu dengan kemampuan sehebat kamu, jual mahal itu wajar. Tapi yang perlu ditolong k
Fred tak terbiasa dengan bau itu. Spontan dia menutup hidungnya dan terbatuk beberapa kali. Suara batuknya berhasil menarik perhatian Juan, membuatnya melirik ke arah Fred untuk sesaat, tetapi kemudian dia langsung sibuk kembali dengan obatnya.“Halo, Pak Dokter! Aku mau minta tolong sesuatu, tapi Pak Dokter susah banget untuk ditemui!” kata Fred sembari tersenyum. Dia mendekat dan hendak duduk. Namun saat dia baru mau duduk, Juan berkata, “Jangan bergerak!”Fred yang kaget seketika mematung dan menatap dengan penuh keheranan.“Ada apa?”“Kursi itu sudah mau rubuh, duduk di sana saja!”Fred menoleh dan kehilangan kata-kata. Kursi yang ditunjuk itu adalah kursi kecil untuk anak-anak. Kalau Fred mendudukinya, dia pasti akan merasa tidak nyaman, jadi dia tidak mau duduk dan berkata, “Nggak apa-apa. Aku berdiri saja. Pak Dokter, aku langsung saja ke intinya. Kami pasti sudah tahu siapa aku. Aku datang bermaksud meminta tolong.”“Minta tolong? Aku sudah bertahun-tahun nggak pernah turun tan
“Kalau sudah ketemu cepat bawa dia ke sini!”“Tapi, Pak Fred, dia nggak mau datang! Kami nggak bisa memaksa dia. Takutnya kalau membuat keributan malah menarik perhatian polisi.”Sebelumnya Fred sudah cukup membuat pihak berwenang curiga padanya, dan jika kali ini dia membuat kegaduhan lagi, pihak berwenang pasti akan langsung menyadarinya. Di luar itu, dokter ini juga sangat dikenal baik oleh masyarakat setempat. Mereka bahkan tidak bisa masuk ke area halaman depan rumahnya. Mereka hanya menemukan tempatnya dan langsung melapor kepada Fred. Saat ini mereka masih berada di luar dan tidak berani masuk, tetapi juga tidak berani pergi.“... dia mau berapa? Langsung saja kasih tawaran!”“Bukan itu, Pak Fred! Dokter ini nggak peduli dengan ketenaran atau bayarannya. Ini bukan masalah uang.”“Masih ada orang yang nggak mau uang? Alasan apa itu! Mungkin uangnya kurang! Kasih saja semua yang kita punya! Aku nggak percaya di dunia ini masih ada orang yang nggak tergoda sama uang!”Namun setelah
Keesokan hariya pagi-pagi Ross sudah pergi meninggalkan gedung kedutaan. Mobilnya menaiki jalan tol guna menghindari perhatian banyak orang. Dia tidak mau ada yang tahu ke mana dia pergi, maka dari itu dia tidak menggunakan pesawat dan lebih memilih melakukan perjalanan darat dengan mobil. Pertama-ptama dia pergi meninggalkan area ibu kota, lalu menukar mobil dan mengarah ke selatan untuk mencari ibunya.Fred, yang sedang berdiri di balkon melihat Ross perlahan pergi, menunjukan senyum puas di wajahnya. Rainie yang berdiri di samping melihat senyumannya itu tahu kalau dia sudah berhasil membuat Fred senang.“Ross sudah pergi, tapi dia pasti bakal balik lagi kalau nggak bisa menemukan Ratu,” kata Rainie.“Aku sudah tahu! Tapi begitu dia balik nanti, apa yang perlu kukerjakan sudah selesai. Di luar itu … bukannya kamu sudah mengendalikan pikiran dia? Kamu bisa suruh dia datang dan pergi kapan saja!”“.…”“Kenapa? Apa aku salah?”“Nggak. Pak Fred benar!”“Nah, itu yang mau kudengar! Kalau
“Dasar sampah kalian! Sekumpulan sampah! Kalian semua mengaku-ngaku dokter hebat, profesional, berpengalaman,tapi apa yang kalian bisa?!”Selagi Fred membentak-bentak mereka, salah satu dokter berkata dengan lirih, “Pak Fred, bukannya ilmu kami yang nggak sampai, tapi akupunktur ini ilmu yang khas berasal dari negara ini. Kami semua nggak pernah mempelajarinya, makanya nggak ada yang bisa!”“Kalau begitu siapa yang bisa? Apa aku harus bantu kalian cari dokter di sini?!”“Soal itu ….”“Mau ngomong apa lagi kamu! Kenapa malah gagap begitu?! Ngomong yang jelas!”“Anu ….”“Malah anu-anu. Kalau masih nggak ngomong juga, kukubur hidup-hidup kalian semua!”Mendengar itu seketika membuat mereka ketakutan dan langsung mengatakannya dengan lugas. “Begini, Pak Fred. Sebenarnya di negara ini ada dokter yang terkenal dengan kehebatannya, tapi dia sudah jarang muncul dan sudah lama mengasingkan diri, jadi kami nggak yakin apa bisa minta pertolongan dia. Kalau bisa, mungkin kita masih punya harapan.”
Rainie yakin dokter di sini juga pasti tidak bisa mengatasi kondisi Yuna, atau Fred tidak perlu sampai menanyakan itu kepadanya. Maka itu, Rainie jad benar-benar penasaran apa benar orang yang Fred maksud itu adalah Yuna. ***Sementara itu di kamar Yuna, sekelompok dokter masih berada di sana dengan kepala yang bercucuran keringat. Mereka sudah dari tadi menjaga supaya detak jantung Yuna tetap normal. Namun tanda-tanda vital lainnya sudah menunjukkan kondisi yang perlahan memburuk.Walau begitu setelahsekian lama merea masih belum menemukan sebab yang jelas. Membayangkan apa yang akan mereka hadapi nanti kalau sampai penyebabnya masih belum ditemukan atau Yuna sampai tewas, keringat dingin tak hentinya mengucur.“Gimana?” tanya Fred yang datang ke kamar tersebut. Dia sedikit pun tidak bisa tenang selama keadaan Yuna masih belum jelas. Yuna tidak boleh sampai mati, khususnya di saat seperti ini!Dengan raut wajah yang kalut dia melihat angka-angka di monitor. “Sampai sekarang kalian ma
Jika begitu, bukankah pemegang kekuasaan akan bergeser kepada Rainie. Bagi Fred itu justru akan menjadi ancaman yang tersembunyi di masa depan.“Untuk sementara nggak bisa,” jawab Rainie. “Aku tahu apa yang Pak Fred khawatirkan, tapi sekarang ini R20 nggak cuma mengandalkan obat saja, tapi juga hipnotis. Proses menghipnotis orang lain itu rumit banget, nggak bisa dipelajari cuma dalam waktu singkat. Hipnotis butuh sugesti ke target ….”Misalnya seperti menjentikkan jari atau mengetukkan jari ke botol sebagai sugesti, supaya dia terjerumus ke dalam hipnotisnya.“Oke, oke! Aku dengarnya saja langsung sakit kepala! Kalau memang nggak bisa ya sudah! Tapi aku mau mengingatkan satu hal, jangan lupa seberapa banyak orang yang bisa kamu kendalikan, kamu tetap harus patuh padaku. Mengerti?”“Mengerti!”Fred masih tidak sepenuhnya percaya kepada Rainie. Lebih tepatnya, dia bisa sampai di titik ini pun tidak akan pernah percaya kepada siapa pun. Sang Ratu adalah contoh yang sempurna. Sang Ratu su
“Betul. Kamu anaknya Ratu, jadi kamu orang yang paling tepat untuk pergi mencari dia! Memang seharusnya begitu, bukan?”“Benar juga. Aku anaknya, seharusnya aku yang pergi cari!”“Jadi sekarang kamu tidur saja dulu. Besok pagi baru berangkat, mengerti?”“Ya!”Setelah percakapan mereka berdua berakhir, Rainie mengetuk lagi botol dengan ringan yang menciptakan suara bising. Ross mengedipkan mata dan memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar tertidur lelap. Memastikan Ross memang sudah benar-benar tertidur, Rianie pun perlahan keluar dari ruangannya. Sesudah keluar, dia langsung dibawa ke kantornya Fred.Ruangan tempat Ross bekerja tadi tidak dilengkapi dengan kamera pengawas. Sebenarnya awalnya ada, tetapi setelah Ross datang, Ross meminta untuk mencopot semua, makanya Fred tidak bisa memantau apa saja yang terjadi di sana.“Gimana? Berhasil?” tanya Fred.“Selamat, Pak Fred. Semuanya berjalan sesuai harapan!”Fred jelas sangat senang mendengar itu. Kini dia tidak hanya berhasil mengen