“Sekarang kamu ada di mana?” tanya Brandon.Tanpa basa-basi Shane langsung memberikan lokasi di mana dia berada saat itu dan berkata, “Cepat! Waktuku nggak banyak, bisa repot nanti kalau ketahuan.”Setelah percakapannya dengan Brandon berakhir dalam waktu yang sangat singkat, Shane menghubungi nomor lain, “Aku mau minta tolong sesuatu, cuma kamu yang bisa.”***Seiring dengan langit yang mulai terang, Juan juga perlahan membuka mata dari tidur lelapnya. Di dalam kamar sudah tidak ada orang. Kamarnya juga sudah dibersihkan tanpa meninggalkan noda dari kekacauan yang terjadi kemarin.“Uhuk-uhuk ….”Juan membatuk ringan, tetapi masih tidak ada yang datang. Dia lalu membuka selimutnya dan terbatuk dengan suara yang lebih keras, tetapi masih juga tidak ada yang datang. Bahkan suara sekecil apa pun tidak terdengar. Sepertinya memang Juan seorang saja yang ada di kamar ini.Dalam hati Juan mengumpat ke mana perginya Chermiko, tetapi di saat itu juga dia menyadari dirinya sudah jauh lebih sega
Juan kaget tidak mengira Kenzi jadi begitu penurut. Dia pun tertawa, tetapi kali ini disertai oleh air mata yang berlinang.“Kakek kok sudah bangun?” tanya Chermiko sembari tetap sibuk melakukan kegiatannya. “Kakek istirahat saja dulu, kalau aku sudah selesai di sini, aku ke kamar untuk periksa nadi Kakek.”“Aku nggak apa-apa! Aku mau di sini saja lihatin kamu,” ucap Juan kepadanya dengan nada yang lembut.Chermiko terkejut untuk sesaat, tetapi kemudian dia mengangguk dan kembali fokus menusukkan jarum-jarum untuk para pelayan rumahnya. Sesungguhnya penyakit mereka ini sudah cukup membaik dan untungnya tidak begitu parah. Gejala yang paling parah hanya batuk darah sesekali saja, tetapi karena barang kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi, dampaknya tidak terlalu serius.Hari ini pagi-pagi Chermiko sudah menggunakan akupunktur untuk menyembuhkan mereka, tetapi mereka harus sabar mengantre karena jumlah pelayan di rumah ini tidak sedikit. Mereka semua dengan patuh mengantre, dan Kenzi jug
Karena tadi terlalu sibuk untuk menyiapkan makanan, mereka bertiga hanya menyeduh mie instan. Selama beberapa hari ini kemampuan memasak Chermiko meningkat pesat. Di atas ketiga mangkuk mie instan itu masing-masing dituangkan satu butir telur dan juga beberapa sayuran sebagai pelengkap. Aroma yang begitu menggugah selera membuat Kenzi tidak sabar untuk melahapnya.Sembari menyerahkan alat makan kepada Juan, Chermiko berkata padanya, “Kae, virus ini seharusnya bisa hilang sepenuhnya, ‘kan? Kemarin aku sudah cek nadi, tadi pagi aku cek sekali lagi. Nadi Kakek normal-normal saja. Apa mungkin virusnya lagi bersembunyi?”“Seharusnya nggak! Sekarang aku merasa sehat banget.”“Baguslah kalau begitu! Berarti akupunktur terbukti bisa membantu. Tapi aku masih penasaran, virus ini kayak punya nyawa mereka sendiri. Kenapa pas ditusuk, mereka bisa keluar dengan sendirinya?”Meski virusnya sudah berhasil dikeluarkan dari tubuh Juan, Chermiko masih tidak begitu paham dengan penjelasan di baliknya.“M
Setelah pembicaraan dengan Shane di telepon berakhir, Brandon sudah tidak mengantuk lagi. Dia dan Frans melanjutkan perjalanan mereka menuju rumahnya Rainie, dan pas saat itu hari sudah mulai terang.“Pak Brandon di sini saja, biar aku yang masuk,” ucap Frans. “Kita harus membawa Edgar pergi secepat mungkin.”“Nggak, kamu nggak akan bisa bawa dia pergi,” kata Brandon. Dia tahu betul seperti apa sifat Edgar. Edgar sudah punya pemikiran dan rencananya sendiri. Brandon saja tidak akan bisa membujuknya jika tidak punya alasan yang cukup kuat, apalagi Frans dan anak buah lainnya. Lagi pula waktu mereka juga tidak banyak, mereka tidak bisa membuang waktu hanya untuk membujuk Edgar saja.Brandon segera turun dari mobil dan mengenakan masker untuk menutupi wajahnya, lalu menyuruh Frans untuk ikut masuk bersama diikuti oleh dua orang lainnya di belakang. Mereka berempat masuk ke garasi rumah Rainie. Mereka dengan mudahnya menyelinap dan membuka pintu garasi dengan suara yang seminimal mungkin u
” Kerja sama? Sama kamu? Kerja sama bagaimana?”“Aku punya sumber daya dan teknologi, kamu cukup sediakan modal dan tenaga kerja saja. Selama kita berdua bersatu, aku yakin organisasi itu juga pasti kalah.”“Kamu dan Shane juga sekarang bekerja sama?”“Oh, jelas!” jawab Rainie tanpa ada yang dia tutupi, tetapi kemudian dia menyeringai dan melanjutkan, “Tapi dia nggak berguna. Aku dari awal sudah menduga dia nggak akan banyak berguna, tapi kamu berbeda dari dia. Kamu lebih kaya, lebih kuat, dan … lebih pintar!”“Di mana kamu sembunyikan Edgar?”“Sudah pasti di suatu tempat yang aman. Rumahku ini nggak ada kamar yang punya penjagaan ketat, terlalu gampang ketahuan kalau aku terus taruh dia di sini. Aku taruh dia di sini cuma untuk sementara saja. Lagi pula aku juga sudah terlanjur kasih tahu tempat ini ke si bodoh Shane itu, masa aku cuma diam saja menunggu kalian datang?”“Hmph, pintar juga kamu ternyata,” kata Brandon memuji.“Jelaslah. Jadi gimana? Mau bekerja sama denganku? Kita berd
“Jadi kamu sengaja minta Shane untuk mengubur mayat itu?”“Oh, jelas. Dia itu nyalinya kecil. Dia pasti takut virusnya bakal menyebar. Selama di organisasi, dia sudah banyak ngelihat virus yang punya tingkat penularan tinggi dan seberapa parah dampaknya, makanya aku yakin dia nggak mungkin berani ngubur mayat itu sendirian. Dia pasti akan minta bantuan kamu. Tapi aku penasaran, kamu mau bantu dia dulu, atau cari Edgar dulu. Oh ya, aku lupa kamu punya bantuan. Dengan kekayaan Setiawan Group yang sebesar itu kamu pasti punya bala bantuan, tapi Edgar beda, sampai harus kamu sendiri yang turun tangan.”“Jadi, mayat itu nggak akan bisa menular?” tanya Edgar.“Nggak, bukan begitu. Aku juga nggak tahu soal itu.”Edgar mengerutkan keningnya menatap Rainie. Dia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Rainie itu. Kemudian Rainie pun melanjutkan ucapannya, “Aku cuma bertugas untuk meneliti, terkait gimana hasilnya dan apa perubahan yang terjadi ke depannya itu bukan berada dalam kendaliku. Lagi pul
“Kalau kamu mau bekerja sama, baru aku kasih tahu. Mau gimanapun juga, dia itu kartu as untuk bertransaksi dengan organisasi, nggak mungkin aku kasih dia ke kamu secara cuma-cuma.”“Kenapa kamu jadikan Edgar sebagai kartu as kamu?” tanya Brandon. “Apa keuntungan yang kamu dapat dari itu, atau tepatnya … apa keuntungan yang organisasi itu dapat begitu mereka mendapatkan Edgar”“Kamu nggak usah banyak tanya soal itu. Pokoknya kamu bakal tahu nanti kalau waktunya pas. Aku juga harus punya kartu as supaya aku bisa unggul. Iya, ‘kan?”“Jadi kamu benar-benar nggak mau kasih tahu di mana Edgar sekarang?” tanya Brandon sekali lagi.Rainie kali ini sudah mulai habis kesabarannya, dia berkata, “Sudah kubilang, nanti kamu juga ….”Namun sebelum Rainie selesai berbicara, Brandon tiba-tiba mencengkeram kerah bajunya dengan gerakan yang begitu cepat sampai-sampai Rainie tidak sempat bereaksi. Brandon bahkan sampai mencekik lehernya.“Kamu masih nggak mau ngomong juga?”Semula Rainie sempat sedikit k
Seketika itu Brandon langsung terdiam. Dia merasa sangat ketakutan mendengar itu. Dia sudah pernah melihat langsung seperti apa virus yang ada di tubuhnya Chermiko itu. Beberapa hari terakhir dia juga terus berada di rumahnya Juan dan menyaksikan sendiri seperti apa kesakitan yang disebabkan oleh virus tersebut, tidak hanya kepada Juan, tetapi juga kepada para pelayan rumahnya. Gejala yang dirasakan oleh para pelayan itu terbilang cukup ringan, tetapi itu sudah cukup untuk membuat mereka merasa kesulitan. Belum lagi ada gejala susulan yang mungkin saja terjadi. Bahkan sekarang Bella juga sudah tertular, dan entah masih ada berapa banyak lagi orang yang akan tertular.Namun paling tidak, untuk sekarang Brandon tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Kenzi. Saat ini Kenzi mungkin tidak menunjukkan gejala yang membahayakan, tetapi bagaimana dengan orang lain?Rainie tertawa puas melihat keraguan yang terlihat dari Brandon. Dia tahu dia telah berhasil menyerang titik lemahnya. Akhirnya dia ber