Mendengar kakeknya berkata demikian, Chermiko juga tentu saja berharap bisa beristirahat sejenak. Sudah berhari-hari dia tidak mendapatkan tidur yang layak dan terus dikurung dari pagi sampai malam. Meski sudah pulang ke rumah, dia tidak pernah sekali pun tidur nyenyak karena rasa sakit yang menyiksa tubuhnya.Empat jam yang baru saja berlalu bagi Chermiko adalah tidur yang paling nyenyak. Semangatnya jauh membaik begitu dia terbangun.“Iya, Kakek!” jawabnya mengangguk.Juan pun beranjak dari kursi dan meraba nadinya. Setelah beberapa saat, dia langsung keluar tanpa mengatakan apa-apa. Dia turun ke bawah untuk mencuci tangan dan menyemprotkan disinfektan, kemudian pergi ke halaman belakang.Langit sudah gelap, tapi masih ada lampu yang menerangi pekarangan nan cantik dan besar itu. Saat Juan pergi ke rak bunga yang hangat, dia melihat Yuna sedang memetik beberapa tangkai bunga yang ada di sana. Yuna tidak terlalu leluasa berjongkok karena perutnya yang membesar. Dia hanya membungkuk s
“Kalau begitu … biasakanlah pelan-pelan!” kata Yuna. ***Malam hari itu di sebuah kamar tidur yang gelap dan sunyi senyap, Frans sedang tertidur pulas dan mengeluarkan suara dengkuran yang pelan. Tiba-tiba dia membuka selimutnya dan duduk di atas kasur. Dia tidak langsung berdiri, melainkan menatap ke Stella yang tertidur pulas membelakanginya di samping. Sepertinya Stella masih tidak sadar kalau Frans terbangun, maka Frans perlahan-lahan mengangkat tubuh dengan kedua tangannya dan pergi keluar.Akan tetapi seketika Frans keluar, Stella langsung membuka mata dan menatap lurus ke arah pintu kamarnya yang baru saja tertutup. Di tengah kegelapan itu, bola matanya terlihat begitu terang, tetapi tertutup oleh air mata yang berlinang.Ternyata benar, Frans berbohong kepadanya! Jelas-jelas Frans bisa berjalan dengan kedua kakinya tanpa masalah, tapi kenapa dia harus berpura-pura menggunakan kursi roda?Stella menarik napas panjang untuk mengendalikan perasaannya yang bergejolak, lalu dia men
Yuna masuk ke dalam rumah dan baru mengangkat telepon setelah dia duduk di sofa.“Stella, ada apa?” Sebenarnya Yuna sudah punya firasat hal buruk akan terjadi. Sejak dia dan Brandon pergi dari apartemennya, Yuna sudah merasa Stella pasti akan menghubunginya duluan. Stella memang mencintai Frans, tapi dia bukanlah orang yang bodoh. Setelah pertemuan mereka tadi, Yuna yakin Stella pasti bisa menilai siapa yang sebenarnya berbohong.Di telepon itu, suara Stella terdengar sangat terburu-buru dan panik. “Kak Yuna, Frans … dia pergi.”“Pergi? Apa maksudnya?” Spontan Yuna melirik Brandon yang sedang membawakan segelas susu hangat untuknya. Dia juga menyadari ada sesuatu yang aneh dan langsung menatap balik Yuna.“Sewaktu aku lagi tidur, dia diam-diam pergi bawa mobil, aku nggak tahu dia pergi ke mana. Kak Yuna, aku … aku takut!” ujar Stella terisak. Stella takut akan hal-hal yang tidak dia ketahui dari Frans, juga takut akan kebenaran dari apa yang Frans tutupi darinya.“Dia pergi sendirian?
“Eh… apa?”“Tadi kamu menasihati dia untuk jaga diri karena lagi hamil, kamu sendiri gimana? Apa kamu lupa kalau kamu juga lagi mengandung anak kita?” kata Brandon dengan lembut seraya menaruh tangannya perlahan di atas perut Yuna. Dia tidak tega melihat Yuna masih sibuk ke sana kemari. Tidak ada yang bisa Brandon lakukan untuknya selain berbagi beban.Yuna membalasnya dengan tawa dan ingin berkata kalau dia tidak apa-apa, tapi melihat ekspresi mata Brandon yang begitu khawatir padanya, dia pun mengangguk, “Iya, aku nurut sama kamu saja, deh!”Mendengar itu membuat Brandon merasa lebih tenang, lalu dia pun mengirim anak buahnya untuk mencari keberadaan Frans. Di saat yang bersamaan, Frans baru saja melewati sebuah pintu gerbang yang megah dan langsung masuk ke area parkiran basement. Begitu turun dari mobil, dia langsung naik ke jeep hitam yang sudah menunggu di sana dan langsung pergi entah ke mana.Brandon menyuruh Yuna untuk tidur sebentar, karena mereka juga tidak tahu malam ini ka
“Tempat penelitian vaksin.”“Vaksin ….”Yuna tak habis pikir ternyata tempat yang dimaksud adalah tempat itu. Namun semua jadi masuk akal sekarang. Penjagaan di sana memang sangat ketat dan pastinya tidak semua orang bisa keluar masuk dengan bebas, tapi justru di situlah yang menari. Mobil yang Frans naiki bisa masuk dengan lancar, yang berarti orang di tempat penelitian vaksin itu kenal dengannya, atau mungkin di diberi izin masuk oleh orang lain.Penelitian vaksin adalah proyek yang Fahrel rebut dari Setiawan Group, dan juga proyek yang mengundang banyak pertanyaan karena Edgar diduga melakukan praktik nepotisme. Ketika semua itu dikaitkan, apa mungkin apa yang terjadi pada Frans memiliki hubungan dengan Edgar, Fahrel, dan juga Rainie?“Jadi, ada kemungkinan Frans juga terkena virus atau atau mungkin dikendalikan oleh orang lain.”Yuna merasa tabir misteri yang sebelumnya menyelimuti kini perlahan mulai terbuka. Sekarang mereka sudah makin dekat dengan kebenaran atas apa yang terjadi
“Benar juga apa katamu!”Brandon pun langsung menghubungi anak buah yang dia suruh berjaga di sana, dan benar saja, sejak tadi ada mobil lain yang keluar. Hari sudah larut malam, tapi demi mempercepat proses pengerjaan, pusat penelitian vaksin menerapkan sistem shift. Jadi di tengah malam pun masih akan ada orang yang keluar masuk.“Suruh anak buah kamu mundur! Sudah nggak ada gunanya juga mereka tetap di sana. Mungkin saja Frans sudah nggak ada di sana. Yang terpenting sekarang adalah, semua usaha kita sia-sia kalau kita nggak bisa masuk ke dalam.”Brandon tidak menjawab dan hanya mengerutkan keningnya seperti sedang memikirkan sesuatu.“Kenapa?” tanya Yuna.“Sebenarnya … kita punya cara untuk masuk ke dalam.”“Maksud kamu … Edgar? Tapi sekarang dia masih koma dan orang lain nggak boleh ada yang tahu tentang itu,” ujar Yuna, tapi seketika itu juga dia tiba-tiba teringat sesuatu. “Sekarang ada Bella yang jaga, jadi untuk sementara waktu nggak akan ada orang lain yang bisa masuk. Tapi …
“Dengar aku!” seru Yuna. “Aku tahu kamu khawatir, kami juga! Tapi sekarang nggak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa dia berbuat demikian. Sebelum semuanya jelas, kita nggak bisa bertindak gegabah. Setidaknya kita harus percaya sama Frans yang selama ini kita kenal. Iya, ‘kan?”“Iya, aku ngerti!” jawab Stella.“Oke, yang terpenting sekarang kamu jaga diri saja dan anak yang ada di perut kamu itu. Jangan sampai kamu terlalu terbawa perasaan, paham?” ujar Yuna berpesan, kemudian dia pun hendak mengakhiri panggilan.“Kak Yuna, tunggu sebentar! Selagi kamu sibuk, aku sempat membersihkan beberapa e-mail yang nggak penting, tapi ada beberapa yang terkunci password. Kalau ada waktu coba nanti cek, deh.”“Oke, makasih, ya!”Setelah itu panggilan pun berakhir juga. Akan tetapi Yuna tidak punya waktu untuk memeriksa e-mail. Brandon juga sedang sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan dari tadi fokus menatap layar laptop. Saat Yuna baru saja mau meluangkan waktu untuk memeriksa e-ma
Begitu topik pembicaraan mengarah ke sana, senyuman di wajah Yohanes menghilang, dan cara dia berbicara juga jadi serius. “Tanaman-tanaman ini semuanya mengandung racun. Aku nggak ngerti apa saja data yang ada di dalam database itu, tapi kalau dari yang aku lihat, kayaknya itu laporan eksperimen, ya? Mereka melakukan eksperimen dengan memakai bahan tanaman beracun … kamu lagi mau membuat parfum beracun, ya?!”Benar-benar tak habis pikir setelah melakukan analisis mendalam yang begitu lama, ternyata hanya itu saja kesimpulan yang Yohanes tarik. Andaikan sekarang Yohanes berada di depan Yuna, Yuna pasti sudah menyemprot wajahnya dengan parfum.“Bukan, tapi lebih baik kamu nggak usah tahu apa itu. Terlalu banyak tahu belum tentu bagus untukmu. Eh, kamu bisa kirim semua data itu ke aku?”“Tentu saja! Eh, kayaknya beberapa hari yang lalu aku baru saja kirim ke e-mail kamu. Kamu belum lihat, ya?”“Eh, aku … belakangan ini lagi agak sibuk.”“Iya, aku juga merasa akhir-akhir ini kayaknya kamu