Tak lama kemudian mereka mendengar langkah kaki yang menghampiri. Ketika Juan akan membukakan pintu, Yuna sudah terlebih dahulu sampai dan membuka pintunya duluan.“Masih belum juga?” tanya Yuna.“Aku lagi nungguin kamu!”“Kalau aku nggak datang, gimana?”“Kalau nggak datang ya aku sendiri saja!”“Kamu sudah bertahun-tahun nggak pernah nusuk, apa nggak takut salah tusuk titik?”“Kalau salah tusuk, ya tinggal tusuk ulang saja. Toh Chermiko juga cucuku sendiri, tusuk banyakan dikit juga nggak apa-apa!”Chermiko sampai berkeringat dingin mendengar percakapan mereka berdua. Apaan-apaan itu? Mentang-mentang cucu sendiri, Juan mau menggunakan jarum lebih banyak dari biasanya? Dan juga sejak kapan dia meminta Yuna datang kemari?“Tunggu! Jadi siapa yang akan mengobati aku, jangan-jangan ….”Mendengar itu, Yuna langsung melirik Juan dan bertanya padanya, “Kamu nggak kasih tahu dia?”“Kasih tahu apa? Dia cuma pasien, apa dia punya hak untuk memilih siapa dokternya?”“Apa?!” seru Chermiko. Atas
Sebelum Chermiko selesai berbicara, Yuna memegang tanganya dan dengan secepat kilat menusukkan jarum ke tangannya. Saking cepatnya sampai Chermiko tidak merasakan apa-apa, tahu-tahu jarumnya sudah menembus kulitnya.“Eh?”Semuanya terjadi begitu instan. Chermiko tidak tahu apakah jarum itu yang membuat dia tidak bisa berkata-kata, ataukah gerakan Yuna yang terlalu cepat hingga dia tidak sempat bereaksi. Chermiko tidak lagi rewel dan hanya mengamati Yuna bekerja. Yuna juga tidak banyak bicara dan hanya fokus dengan apa yang sedang dia kerjakan.Sejujurnya, ini bukan pertama kalinya Yuna memberikan terapi akupunktur kepada orang lain. Yang Yuna katakan tadi semata-mata hanya untuk menakuti Chermiko saja. Sebelum datang kemari, Yuna juga sudah membaca beberapa buku kedokteran kuno untuk mengingat kembali titik-titik yang akan dia gunakan. Selain itu, akupunktur yang akan Yuna berikan ini bukan akupunktur biasa. Setiap jarumnya sudah dilumuri obat terlebih dahulu. Walau begitu, Yuna tidak
“Lanjut?” tanya Yuna.“Lanjut!” jawab Chermiko.Jarang-jarang bisa mendengar kata-kata itu terucap dari mulut Chermiko. Dulu dia sangat meragukan Yuna dan selalu mempertanyakan pendapat Yuna setiap saat seolah hanya dengan cara itulah Chermiko bisa menunjukkan kecerdasannya. Hanya kali ini saja dia percaya kepada Yuna tanpa keraguan sedikit pun, bahkan ketika ini menyangkut nyawanya sendiri. Bagaimanapun juga, Chermiko sudah menyaksikan sendiri seberapa hebat Yuna, dan reaksi dari tubuhnya sendiri menjadi bukti objektif, karena itu Chermiko percaya padanya.Yuna pun memakai masker dan melanjutkan pengobatannya, sementara Juan mengambil perlengkapan disinfektan untuk membersihkan satu ruangan sampai ke setiap sudut. Tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara, satu-satunya suara yang bisa mereka dengar hanyalah suara alat disinfektan yang Juan gunakan.Chermiko kembali memejamkan matanya. Kehangatan yang tadi dia rasakan berangsur menghilang. Tubuhnya sekarang jadi lemah karena batuk
Mendengar kakeknya berkata demikian, Chermiko juga tentu saja berharap bisa beristirahat sejenak. Sudah berhari-hari dia tidak mendapatkan tidur yang layak dan terus dikurung dari pagi sampai malam. Meski sudah pulang ke rumah, dia tidak pernah sekali pun tidur nyenyak karena rasa sakit yang menyiksa tubuhnya.Empat jam yang baru saja berlalu bagi Chermiko adalah tidur yang paling nyenyak. Semangatnya jauh membaik begitu dia terbangun.“Iya, Kakek!” jawabnya mengangguk.Juan pun beranjak dari kursi dan meraba nadinya. Setelah beberapa saat, dia langsung keluar tanpa mengatakan apa-apa. Dia turun ke bawah untuk mencuci tangan dan menyemprotkan disinfektan, kemudian pergi ke halaman belakang.Langit sudah gelap, tapi masih ada lampu yang menerangi pekarangan nan cantik dan besar itu. Saat Juan pergi ke rak bunga yang hangat, dia melihat Yuna sedang memetik beberapa tangkai bunga yang ada di sana. Yuna tidak terlalu leluasa berjongkok karena perutnya yang membesar. Dia hanya membungkuk s
“Kalau begitu … biasakanlah pelan-pelan!” kata Yuna. ***Malam hari itu di sebuah kamar tidur yang gelap dan sunyi senyap, Frans sedang tertidur pulas dan mengeluarkan suara dengkuran yang pelan. Tiba-tiba dia membuka selimutnya dan duduk di atas kasur. Dia tidak langsung berdiri, melainkan menatap ke Stella yang tertidur pulas membelakanginya di samping. Sepertinya Stella masih tidak sadar kalau Frans terbangun, maka Frans perlahan-lahan mengangkat tubuh dengan kedua tangannya dan pergi keluar.Akan tetapi seketika Frans keluar, Stella langsung membuka mata dan menatap lurus ke arah pintu kamarnya yang baru saja tertutup. Di tengah kegelapan itu, bola matanya terlihat begitu terang, tetapi tertutup oleh air mata yang berlinang.Ternyata benar, Frans berbohong kepadanya! Jelas-jelas Frans bisa berjalan dengan kedua kakinya tanpa masalah, tapi kenapa dia harus berpura-pura menggunakan kursi roda?Stella menarik napas panjang untuk mengendalikan perasaannya yang bergejolak, lalu dia men
Yuna masuk ke dalam rumah dan baru mengangkat telepon setelah dia duduk di sofa.“Stella, ada apa?” Sebenarnya Yuna sudah punya firasat hal buruk akan terjadi. Sejak dia dan Brandon pergi dari apartemennya, Yuna sudah merasa Stella pasti akan menghubunginya duluan. Stella memang mencintai Frans, tapi dia bukanlah orang yang bodoh. Setelah pertemuan mereka tadi, Yuna yakin Stella pasti bisa menilai siapa yang sebenarnya berbohong.Di telepon itu, suara Stella terdengar sangat terburu-buru dan panik. “Kak Yuna, Frans … dia pergi.”“Pergi? Apa maksudnya?” Spontan Yuna melirik Brandon yang sedang membawakan segelas susu hangat untuknya. Dia juga menyadari ada sesuatu yang aneh dan langsung menatap balik Yuna.“Sewaktu aku lagi tidur, dia diam-diam pergi bawa mobil, aku nggak tahu dia pergi ke mana. Kak Yuna, aku … aku takut!” ujar Stella terisak. Stella takut akan hal-hal yang tidak dia ketahui dari Frans, juga takut akan kebenaran dari apa yang Frans tutupi darinya.“Dia pergi sendirian?
“Eh… apa?”“Tadi kamu menasihati dia untuk jaga diri karena lagi hamil, kamu sendiri gimana? Apa kamu lupa kalau kamu juga lagi mengandung anak kita?” kata Brandon dengan lembut seraya menaruh tangannya perlahan di atas perut Yuna. Dia tidak tega melihat Yuna masih sibuk ke sana kemari. Tidak ada yang bisa Brandon lakukan untuknya selain berbagi beban.Yuna membalasnya dengan tawa dan ingin berkata kalau dia tidak apa-apa, tapi melihat ekspresi mata Brandon yang begitu khawatir padanya, dia pun mengangguk, “Iya, aku nurut sama kamu saja, deh!”Mendengar itu membuat Brandon merasa lebih tenang, lalu dia pun mengirim anak buahnya untuk mencari keberadaan Frans. Di saat yang bersamaan, Frans baru saja melewati sebuah pintu gerbang yang megah dan langsung masuk ke area parkiran basement. Begitu turun dari mobil, dia langsung naik ke jeep hitam yang sudah menunggu di sana dan langsung pergi entah ke mana.Brandon menyuruh Yuna untuk tidur sebentar, karena mereka juga tidak tahu malam ini ka
“Tempat penelitian vaksin.”“Vaksin ….”Yuna tak habis pikir ternyata tempat yang dimaksud adalah tempat itu. Namun semua jadi masuk akal sekarang. Penjagaan di sana memang sangat ketat dan pastinya tidak semua orang bisa keluar masuk dengan bebas, tapi justru di situlah yang menari. Mobil yang Frans naiki bisa masuk dengan lancar, yang berarti orang di tempat penelitian vaksin itu kenal dengannya, atau mungkin di diberi izin masuk oleh orang lain.Penelitian vaksin adalah proyek yang Fahrel rebut dari Setiawan Group, dan juga proyek yang mengundang banyak pertanyaan karena Edgar diduga melakukan praktik nepotisme. Ketika semua itu dikaitkan, apa mungkin apa yang terjadi pada Frans memiliki hubungan dengan Edgar, Fahrel, dan juga Rainie?“Jadi, ada kemungkinan Frans juga terkena virus atau atau mungkin dikendalikan oleh orang lain.”Yuna merasa tabir misteri yang sebelumnya menyelimuti kini perlahan mulai terbuka. Sekarang mereka sudah makin dekat dengan kebenaran atas apa yang terjadi
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta
Tidak peduli apa pun yang Ratu katakan, Fred selalu punya seribu satu alasan untuk berdalih.Fred menggeleng dan berkata, “Bukan pintar beralasan, tapi karena semuanya sudah aku pikirkan demi Yang Mulia. Sejak awal sudah kubilang, mereka itu licik dan banyak akal bulusnya. Jangan mudah percaya sama omongan mereka! Mereka pasti mencoba membujukmu untuk menghentikan eksperimennya. Jangan ikuti kemauan mereka. Yang Mulia coba pikirkan, kita sudah sejak lama melakukan penelitian, lalu untuk apa? Kalau sekarang kita menyerah, bukankah semua yang kita lakukan dulu jadi sia-sia? Semua kerja keras, waktu , dan uang yang kita bayar jadi nggak ada artinya! Ini cuma akal-akalan mereka, karena kalau eksperimennya berhasil, kita bisa menguasai dunia. Cuma penduduk Yuraria saja yang bisa kemampuan hidup abadi. Itu sudah cukup untuk menggemparkan dunia, termasuk mereka. Makanya mereka nggak mau eksperimen ini berhasil. Bisa jadi … mereka membujuk Yang Mulia untuk menyerah, tapi habis itu diam-diam me
“Karena kamu begitu setia padaku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi,” kata sang Ratu mendesah ringan.“Mau aku jadi bahan percobaanmu? Nggak masalah!” kata Fred dengan alis terangkat. “Toh sekarang aku juga nggak bisa menolak, bukan?”“Apa kamu ada permintaan lain?”Bagaimanapun juga, mereka adalah tuan dan pelayan yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun, yang sudah melewati suka dan duka bersama. Andaikan Fred memiliki niat untuk melakukan kudeta, dia sudah berkontribusi banyak dan layak untuk mendapatkan apa yang dia minta sebelum dieksekusi.“Yang Mulia tahu aku sudah nggak membutuhkan apa-apa lagi. Aku sudah lama bercerai dengan istriku dan anakku ikut dia ke luar negeri. Aku cuma sendiri mendedikasikan hidupku untukmu, Yang Mulia Ratu. Sekarang aku sudah nggak punya permintaan apa-apa lagi. Oh ya, kalau sampai ….”Fred berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Kalau sampai eksperimen ini berhasil, aku bisa terus hidup lebih lama di dalam badan anak itu, aku berharap
Di sebuah ruang bawah tanah yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, begitu masuk langsung tercium bau busuk yang menyengat hidung. Saat pintu dibuka, dan mendengar ada suara kursi roda yang mendekat, orang yang berada di dalam langsung mendongak menatap ke depan.“Ah, Yang Mulia datang untuk menemui aku juga.”Orang itu menyunggingkan senyum yang kaku. Dia yang dulu adalah seorang duta besar terhormat kini menjadi tak lebih dari seperti tawanan perang. Kursi roda berhenti, lalu sang Ratu menatapnya, orang yang sudah meneaninya selama puluhan tahun lebih.“Fred, apa kamu menyesal?” tanyanya.“Menyesal? Apa yang perlu disesali? Aku menyesal kenapa eksperimennya nggak aku lakukan lebih awal? Atau menyesal karena terlalu banyak berpikir? Ataukah menyesal karena aku nggak menyadari lebih awal kalau kamu mencurigaiku? Yang menang memakan yang kalah, itu sudah hukumnya. Nggak ada yang perlu aku sesali.”Sang Ratu sempat terdiam sesaat mendengar kata-kata Fred.“Jadi kamu nggak pernah m
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana