Dua hari terakhir ini Fahrel sibuk dengan pekerjaannya di pusat penelitian vaksin, sehingga dia tidak ada waktu untuk mengurus hal selain pekerjaan. Saat Susan baru saja pulang dan melihat banyak barang-barang di rumah yang dibuang ke luar, dia langsung berteriak, “Apa-apaan ini? Siapa yang buang barang-barangku?!”“Aku!” jawab Fahrel seraya berkacak pinggang. “Aku buang barang-barang yang sudah lama, nanti ganti saja dengan yang baru!”“Ganti yang baru? Ganti apanya?” tanya Susan kebingungan, dan saat dia melihat sofa kesayangannya diangkut, dia langsung mencegatnya, “Siapa yang suruh kalian buang? Ini masih bagus!”“Bagus apaan? Masih banyak yang jauh lebih bagus! Barang-barang ini sudah nggak layak lagi untuk kita pakai. Buang saja semuanya, nanti kita pindah ke rumah baru!”“Rumah baru?!”“Iya, tadi aku sudah lihat-lihat rumah baru yang jauh lebih bagus dari rumah kita sekarang. Untuk apa lagi kita pakai barang lama ini, nanti kita ganti semua perabot rumah dengan yang bahan kayu b
“Oh, gitu! Ternyata kamu sudah berani menginjak-injak aku dan mau cari yang baru, ya? Kamu segitu bencinya sama aku, makanya kamu sengaja cari-cari alasan untuk ngusir aku pergi, ‘kan? Jangan besar kepala dulu, Fahrel! Belum sukses saja sudah berani membuang istri yang selama ini menemani kamu! Coba kamu ingat-ingat lagi berapa banyak penderitaan yang harus aku jalani sampai kamu bisa ke titik ini? Sekarang kamu ….”“Banyak omong!” seru Fahrel sembari menutup mulut Susan. Bagaimanapun juga di rumahnya masih banyak pekerja yang sedang memindahkan perabot rumahnya, bisa gawat kalau sampai mereka mendengar perbincangan tadi. “Kalau kamu mau hidup enak, cukup ikut aku saja, nggak usah rewel.”“Kalau begitu kamu harus potong modalnya, tapi kamu harus melakukannya dengan hati-hati, jangan sampai orang lain tahu. Dan juga … Rainie tahu soal ini? Dia juga bertanggung jawab atas quality control, kalau sampai dia ….”“Sudah, tenang saja. Anak kita itu pintar, dia lebih bisa kerja daripada kamu!
“Apa? Pabrik terbengkalai? Kenapa kamu kasih dia tempat yang nggak layak pakai begitu ke dia?1 kamu kan punya banyak pabrik-pabrik lain yang jauh lebih bagus, kenapa nggak kasih pabrik yang lebih bagus sedikit ke dia?! Cepat kasih dia tempat yang lebih bagus! Dasar, ke anak sendiri saja pelit amat!”“Apaan, sih! Rainie sendiri yang pilih tepat itu. Dia bilang nggak mau tempat yang terlalu besar karena bakal lebih repot. Dia sendiri yang mau pakai pabrik terbengkalai itu, aku bisa apa?! Sepelit apa pun aku, mana mungkin aku pelit ke anak sendiri?”“Dia ….”Susan tidak bisa bicara apa-apa lagi setelah mengetahui kalau itu ternyata adalah permintaan Rainie sendiri. Jika memang benar demikian, Susan juga tidak bisa membujuknya.“Dasar anak itu benar-benar, deh. Aku nggak ngerti apa yang ada di pikirannya itu!” kata Susan, lalu dia melihat para pekerja yang masih sibuk memindahkan barang dan melampiaskan kekesalannya pada merea, “Sudah! Kalaupun perabot rumah mau diganti yang baru, nggak pe
“Kamu ….”Fahrel merasa tidak asing dengan pria yang ada di depan matanya itu, tapi dia tidak bisa mengingat jelas siapa dia.“Pak Fahrel, kamu benar-benar mendidik seorang anak yang hebat, ya! Haaha …,” ujar pria itu tertawa dengan nada menyindir. Tatapan matanya ketika melihat Fahrel pun dipenuhi dengan hawa dingin.“Siapa kalian beraninya mengacak-acak rumahku! Kalian pikir aku bisa semudah itu ditindas?!” umpat Fahrel.“Nggak, tapi bukan berarti kami bakal pulang dengan tangan kosong. Kalau hari ini kalian nggak bawa si pembunuh itu kemari, jangan harap urusan kita selesai!” kali ini giliran suara seorang wanita yang berbicara. Dia langsung berjalan ke hadapan Susan.Susan yang suasana hatinya sudah buruk jadi makin meledak-ledak ketika ada orang yang menyebut anaknya sebagai pembunuh.“Siapa yang kalian bilang pembunuh?! Itu fitnah! Rainie bukan pembunuh! Kamu … eh, kamu bukannya Bu Dessy?”“Wah, ternyata kamu masih ingat siapa aku. Cukup basa-basinya, mana Rainie?” tanya Dessy se
“Mau jelasin apa lagi! Atas dasar apa aku harus mengikuti kemauan kamu?! memangnya kamu punya bukti yang menyatakan kalau Rainie menculik anakmu? Kalau memang ada, kasih lihat aku buktinya!”“Bukti? Anakku di rumah adalah bukti yang paling jelas! Sekarang dia lagi dirawat. Dia sendiri yang ngelihat langsung, dan dia sendiri yang bilang ke aku. Apa kamu masih perlu bukti lain yang lebih kuat lagi? Kalau hari ini juga kamu nggak bawa Rainie kemari, jangan harap kamu bisa tidur pulas! Kalaupun kamu minta bantuan Edgar, nggak ada gunanya!”Sebelum datang kemari, Satya sudah melakukan segala persiapan yang dibutuhkan. Tidak hanya melaporkan kasus ini ke polisi, tapi dia juga sudah melapor ke pejabat tinggi kepolisian untuk mengantisipasi adanya campur tangan Edgar. Selama ini Edgar memang memiliki reputasi yang baik, tapi proyek vaksin yang dia tangani belakangan ini membuat orang lain menaruh curiga padanya. Apalagi Satya juga tidak begitu dekat dengan Edgar, jadi tidak ada salahnya berjag
“Jadi maksud kamu biar aku sendiri saja yang menggeledah rumah ini? Kalau memang kamu ngotot nggak mau bawa Rainie kemari, biar aku sendiri yang melakukannya!”Berhubung Fahrel masih bersikeras tidak mau menyerahkan Rainie, maka Satya pun segera menyuruh anak buahnya maju. Akan tetapi Fahrel juga tidak mau kalah. Keluarganya juga memiliki perlindungan yang tak kalah kuatnya. Cukup satu perintah darinya, langsung ada pasukan yang datang melindungi mereka. Alhasil, suasana menjadi tegang dan perkelahian bisa terjadi kapan saja. Melihat situasi berkembang menjadi separah ini, mungkin akan lebih baik jika Rainie tidak pulang dulu. Entah apa yang terjadi pada keluarga Pranata sampai mereka datang dan menuduh yang tidak-tidak. Jika Rainie pulang sekarang, bisa-bisa dia juga yang akan dirugikan.Diam-diam Susan menghubungi Rainie, tapi teleponnya tidak diangkat. Susan terus menghubungi Rainie dengan perasaan cemas, tapi Rainie masih juga tidak mengangkat. Dessy yang menyadari gelagat aneh Sus
“Aku mau lihat siapa yang berani mengacak-acak rumah tinggalku!”Fahrel sudah mulai habis kesabarannya. Dia tidak tahu sejak kapan dan dari mana orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya, dan sekarang Satya ingin menggeledah rumahnya tepat di depan Fahrel dan para anak buahnya. Kalau Fahrel membiarkan Satya berbuat semaunya, mau ditaruh di mana mukanya! Maka dari itu dia berdiri tegap di hadapan Satya dengan mata melotot lebar. Fahrel tidak akan membiarkan Satya melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.Di sisi lain, Susan dan Dessy masih berkelahi sengit dan tidak ada yang mau mengalah. Rambut mereka sama-sama tak karuan lagi karena saling menjambak satu sama lain. Tepat di saat itu juga, ponsel Susan yang menjadi perebutan tiba-tiba berbunyi. Spontan mereka berdua terkejut, dan perkelahian menjadi lebih ganas lagi. Susan menggenggam ponselnya makin erat agar tidak direbut. Akhirnya dia berhasil melepaskan diri dari Dessy dan segera menjawab panggilan masuk itu.“Halo? Halo? Hah, apa?!”Eks
Telepon masih terus berbunyi. Fahrel tahu panggilan ini hanyalah trik untuk mengakali Satya, tapi tetap saja Fahrel cukup heran karena dia merasa Rainie tidak akan mau melakukan hal seperti ini. Maka itu dia pun menjawab panggilan dan mengaktifkan loudspeaker agar Satya juga bisa mendengarnya.“Rainie, kamu lagi kerja di lab? Sesibuk apa pun tetap jangan lupa istirahat! Oh ya, Pak Satya datang mau ketemu kamu, katanya ada sesuatu yang mau dia tanya ….”Maksud Fahrel adalah secara tidak langsung memberi tahu Rainie bahwa Satya sedang berada di rumah mereka supaya Rainie bisa lebih berhati-hati, tapi sebelum Fahrel selesai berbicara, suara yang asing di telepon itu menyela pembicaraannya, “Pak Fahrel, ini aku! Non Rainie kecelakaan!”“Apa?”“Terjadi ledakan besar di pabrik. Non Rainie nggak sempat melarikan diri …. Tadi aku sudah mengabari Bu Susan, tapi Ibu nggak percaya, aku …”Suara orang yang berbicara di telepon itu terdengar seperti sedang panik, dan di belakangnya Fahrel juga dapa
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta
Tidak peduli apa pun yang Ratu katakan, Fred selalu punya seribu satu alasan untuk berdalih.Fred menggeleng dan berkata, “Bukan pintar beralasan, tapi karena semuanya sudah aku pikirkan demi Yang Mulia. Sejak awal sudah kubilang, mereka itu licik dan banyak akal bulusnya. Jangan mudah percaya sama omongan mereka! Mereka pasti mencoba membujukmu untuk menghentikan eksperimennya. Jangan ikuti kemauan mereka. Yang Mulia coba pikirkan, kita sudah sejak lama melakukan penelitian, lalu untuk apa? Kalau sekarang kita menyerah, bukankah semua yang kita lakukan dulu jadi sia-sia? Semua kerja keras, waktu , dan uang yang kita bayar jadi nggak ada artinya! Ini cuma akal-akalan mereka, karena kalau eksperimennya berhasil, kita bisa menguasai dunia. Cuma penduduk Yuraria saja yang bisa kemampuan hidup abadi. Itu sudah cukup untuk menggemparkan dunia, termasuk mereka. Makanya mereka nggak mau eksperimen ini berhasil. Bisa jadi … mereka membujuk Yang Mulia untuk menyerah, tapi habis itu diam-diam me
“Karena kamu begitu setia padaku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi,” kata sang Ratu mendesah ringan.“Mau aku jadi bahan percobaanmu? Nggak masalah!” kata Fred dengan alis terangkat. “Toh sekarang aku juga nggak bisa menolak, bukan?”“Apa kamu ada permintaan lain?”Bagaimanapun juga, mereka adalah tuan dan pelayan yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun, yang sudah melewati suka dan duka bersama. Andaikan Fred memiliki niat untuk melakukan kudeta, dia sudah berkontribusi banyak dan layak untuk mendapatkan apa yang dia minta sebelum dieksekusi.“Yang Mulia tahu aku sudah nggak membutuhkan apa-apa lagi. Aku sudah lama bercerai dengan istriku dan anakku ikut dia ke luar negeri. Aku cuma sendiri mendedikasikan hidupku untukmu, Yang Mulia Ratu. Sekarang aku sudah nggak punya permintaan apa-apa lagi. Oh ya, kalau sampai ….”Fred berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Kalau sampai eksperimen ini berhasil, aku bisa terus hidup lebih lama di dalam badan anak itu, aku berharap
Di sebuah ruang bawah tanah yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, begitu masuk langsung tercium bau busuk yang menyengat hidung. Saat pintu dibuka, dan mendengar ada suara kursi roda yang mendekat, orang yang berada di dalam langsung mendongak menatap ke depan.“Ah, Yang Mulia datang untuk menemui aku juga.”Orang itu menyunggingkan senyum yang kaku. Dia yang dulu adalah seorang duta besar terhormat kini menjadi tak lebih dari seperti tawanan perang. Kursi roda berhenti, lalu sang Ratu menatapnya, orang yang sudah meneaninya selama puluhan tahun lebih.“Fred, apa kamu menyesal?” tanyanya.“Menyesal? Apa yang perlu disesali? Aku menyesal kenapa eksperimennya nggak aku lakukan lebih awal? Atau menyesal karena terlalu banyak berpikir? Ataukah menyesal karena aku nggak menyadari lebih awal kalau kamu mencurigaiku? Yang menang memakan yang kalah, itu sudah hukumnya. Nggak ada yang perlu aku sesali.”Sang Ratu sempat terdiam sesaat mendengar kata-kata Fred.“Jadi kamu nggak pernah m
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana