Meskipun Edgar mengatur asupan makanan Bella dengan sangat ketat, dia tetap berharap Bella bisa memiliki beberapa teman. Hanya saja, berhubung Bella merasa minder dan juga punya harga diri yang tinggi, dia pun tidak terlalu suka keluar rumah dan berhubungan dengan orang lain.Ternyata, Yuna hanya ingin menggunakan nama Brandon dan sebenarnya juga “tidak memerlukannya”. Jika begitu, Brandon tetap termasuk tidak berguna. Bahkan peran Kenzi juga lebih berbobot darinya.Brandon menatap Kenzi, lalu Kenzi menunjukkan senyum lebar ke arahnya. Brandon merasa Kenzi seperti sedang mengejeknya, ‘Ternyata seorang CEO seperti Pak Brandon sama sekali nggak berguna untuk istrinya.’Brandon pun memaki dalam hati, ‘Ketawa apa kamu? Tidak perlu sombong! Dasar bau kencur!’Yuna sama sekali tidak menyadari kontak mata kedua orang ini. Dia menganggap Brandon sudah menyetujui permintaannya dan berkata, “Kalau begitu, sepakat, ya. Pas ditanya Pak Edgar, kamu jawab saja begitu.”“Emm ...,” dengus Brandon deng
Chermiko merasa sangat terkejut dan hendak menghindar. Namun, sebelum sempat bereaksi, wanita itu sudah menabraknya sehingga mereka sama-sama terjatuh ke lantai.Susan juga tidak menyangka dirinya akan tersandung dan menimpa Chermiko. Dia pun bertanya, “Tuan Chermiko, kamu baik-baik saja, ‘kan?”Susan hendak berdiri dengan tergesa-gesa, tetapi malah menimpa Chermiko beberapa kali lagi. Chermiko pun langsung emosi dan mendorongnya dengan sekuat tenaga. Kemudian, dia berdiri dan menyeka debu dari tubuhnya sambil berteriak marah, “Siapa kamu? Apa kamu sudah gila?”“Maaf, maaf ....” Susan merasa sangat malu. Awalnya, dia hendak menunjukkan ketulusannya. Tak disangka, dia malah menabrak dan menimpa Chermiko. “Tuan Chermiko, aku bukan sengaja mau menimpamu. Aku benar-benar tersandung. Lihat, sepatuku juga sudah rusak. Aku ....” Susan berkata sambil menunjukkan sepatunya karena takut Chermiko tidak percaya.Saat ini, Chermiko benar-benar merasa sangat marah. Lengan dan punggungnya juga teras
Susan masih belum mengerti maksud Chermiko dan hanya berdiri mematung di sana.Chermiko tidak peduli pada semua yang ditawarkan Susan. Sejak dianggap sebagai murid terakhir Kakek Juan, ada begitu banyak tokoh terkemuka yang datang mencarinya. Namun, dia juga tidak meladeni orang-orang itu.Chermiko tahu jelas bahwa dirinya bukanlah murid terakhir Kakek Juan. Meskipun merasa percaya diri pada keterampilan medisnya, dia akan sangat dirugikan apabila melakukan kesalahan dan menyinggung tokoh-tokoh terkemuka itu.Dengan adanya reputasi ini, Chermiko juga mengerti bahwa dia lebih tidak boleh menyetujui siapa pun yang datang meminta bantuannya. Jika kehilangan kemisteriusannya, dia akan terlihat tidak bernilai.“Tuan Chermiko, aku tidak punya niat jahat untuk menipumu. Bukankah kamu belajar keterampilan medis untuk mengobati orang? Keponakanku berumur 20-an tahun dan sudah mencari begitu banyak dokter. Tapi, dokter manapun tidak mampu menyembuhkannya. Kalau bisa menyembuhkannya, kamu pasti a
Dengan adanya kerja sama Brandon, keesokan harinya, Yuna pun menelepon Bella untuk mengundangnya datang ke rumah.Alasan Yuna mengundang Bella datang ke rumah mereka adalah karena Bella tidak begitu suka menerima tatapan orang saat berada di tempat umum. Selain itu, berada di rumah juga bisa membuat orang merasa lebih bebas dan santai.Sementara itu, rumahnya Bella tentu saja tidak cocok. Akan gawat apabila Edgar tiba-tiba pulang lagi atau mengatakan sesuatu untuk mengganggu pengobatan yang akan diberikan Yuna.Benar, pengobatan! Yuna merasa obesitas yang dialami Bella ditimbulkan oleh masalah psikologis yang akhirnya berpengaruh pada fisiknya. Mengenai masalah spesifiknya, dia masih harus memeriksa denyut nadi Bella untuk mengetahui secara pasti.Namun, Yuna tidak ingin mengatakan semua itu sebelum mendapatkan kesimpulannya. Bahkan Brandon juga tidak mengetahui bahwa Yuna adalah murid terakhir Pak Juan. Menurut Yuna, itu hanyalah hubungan guru dan murid yang sangat biasa. Dia hanya me
“Kamu harus sering-sering datang berkunjung!” Yuna tersenyum, lalu mendesaknya, “Ayo dicoba tehnya.”Bella lumayan menyukai teh. Namun, sangat jelas bahwa dia juga mengendalikan diri untuk tidak meminumnya karena dia hanya menyesap sedikit teh itu. Saat hendak meletakkan cangkirnya, dia merasakan sesuatu yang manis. Kemudian, dia berpikir sejenak dan menyesap sedikit teh itu lagi. Setelah itu, dia pun berseru, “Kok manis?”Seruannya itu bukan seruan terkejut, melainkan seruan panik. Dia merasa seperti sudah berbuat kesalahan saja dan segera meletakkan cangkir itu hingga tehnya juga tumpah. Kemudian, dia bertanya, “Kamu taruh gula? Kenapa kamu mau mencelakaiku?”Yuna mengamati reaksi Bella dalam diam, lalu menjawab, “Aku nggak taruh gula, tehnya pada dasarnya sudah manis.”“Mana mungkin! Nggak ada teh yang manis alami. Lagian, aku nggak boleh makan yang manis-manis!” Bella terlihat sangat panik dan sepertinya ingin memuntahkannya. Sebelah tangannya mencekik lehernya sendiri, tetapi dia
Sebenarnya, Bella sendiri juga tidak mengerti kenapa tidak ada seorang pun yang bisa menyelesaikan permasalahannya. Padahal, dia sudah mencari begitu banyak dokter, menerima pengobatan modern dan juga tradisional, pergi ke gym dan sebagainya.Selain gemuk, tubuh Bella juga sangat lemah sehingga dia sering pingsan. Menurut dokter pengobatan tradisional, dia kekurangan darah. Sementara itu, dokter pengobatan modern mengatakan itu disebabkan oleh gangguan hormon dari obesitasnya. Ada banyak orang yang mengatakan hal yang berbeda dan memberikannya berbagai macam pengobatan, tetapi tidak ada satu pun yang efektif.Awalnya, Edgar tidak terlalu membatasi makanannya. Hanya saja, tubuh Bella menjadi semakin buruk dalam dua tahun terakhir. Oleh karena itu, Edgar mulai mengontrolnya dengan ketat seperti sedang melatih prajurit militer.Berhubung Bella tidak bisa berolahraga karena masalah tubuhnya, Edgar pun menggunakan cara membatasi makanannya. Jika tidak makan, bukankah Bella pasti bisa menjad
Saraf yang terlalu tegang juga bisa memengaruhi produksi hormon. Selain itu, apabila Bella tidak menganggap dirinya sebagai pasien dan tidak merasa dirinya seperti sedang berobat, pikirannya pasti bisa menjadi lebih rileks.“Oh, oke.” Bella mengangguk, lalu berkata, “Tapi, ayahku ....”“Untuk sementara, kita jangan kasih tahu ayahmu dulu, ya.” Setelah berpikir sejenak, Yuna pun memutuskan untuk mengingatkan Bella dan melanjutkan, “Anggap saja ... kamu mau memberinya sebuah kejutan.”“Kejutan?”“Benar!” Yuna mengangguk dengan yakin dan berkata, “Kalau kamu bisa meningkatkan kondisimu dan menjadi lebih bugar serta kurus, bukankah itu adalah sebuah kejutan baginya? Kalau nggak ... dia juga nggak akan terlalu kecewa. Benar, ‘kan?”Jika tidak menaruh harapan, seseorang tidak akan kecewa. Yuna berharap Bella bisa terlebih dahulu memperbaiki mentalnya sebelum menyesuaikan fisiknya.Setelah merenung sejenak, Bella mengangguk dengan bersemangat dan menjawab, “Oke!”Ucapan Yuna membuat Bella mer
Setelah tertegun sejenak, Susan masih merasa kebingungan dan bertanya, “Istrinya Pak Brandon? Siapa itu?”“Saya juga tidak jelas. Nona Bella itu temannya istri Pak Brandon. Dia diundang untuk pergi bertamu ke sana,” jawab pelayan itu. Dia tidak tahu jelas dan tidak berani berbicara terlalu banyak.“Istrinya ....”Sebelum Susan bisa menebak siapa orangnya, Chermiko sudah terlebih dahulu bertanya, “Apa maksudmu Yuna?”Dari semua orang bernama Brandon yang paling terkenal di Kanita dan mungkin memiliki hubungan dengan Edgar hanyalah Brandon Setiawan. Istrinya Brandon .... Heh, Chermiko tidak mungkin melupakan wanita itu! Ternyata yang namanya musuh memang sering bertemu.“Se ... sepertinya begitu.” Sebagai pelayan, mereka tidak berani bertanya terlalu banyak tentang urusan Bella. Hanya saja, dia sepertinya pernah mendengar nama Yuna.“Tuan Chermiko kenal dengannya?” tanya Susan dengan penasaran karena Chermiko bisa menebak dengan tepat.Chermiko tersenyum dingin dan menjawab, “Bukan hanya
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta