“Hehe ….” Juan tersenyum.Dengan karakter murid terakhirnya ini, Juan pun paham. “Kamu bukanlah orang yang mementingkan reputasi. Kenapa hari ini kamu mengungkit masalah bocah tengik itu? Apa dia sudah mengganggumu?”Terlihat senyuman lebar di wajah Juan. Sepertinya ada gosip baru? Dia sudah tidak sabar untuk mendengarnya!“Bukan!” ucap Yuna dengan santai, “Dia direkrut institut penelitian.”“Hah?” Juan terbengong melongo, tidak tahu harus berkata apa. “Apa yang dia lakukan? Dengan kemampuannya itu, kenapa dia bisa bergabung dalam penelitian Lead Time? Memalukan sekali!”Yuna terdiam. “Kalian sudah bertemu? Apa dia tidak tahu kamu itu ….”“Nggak tahu,” balas Yuna dengan segera. Dia berdiri, lalu memperingati Juan, “Jangan beri tahu dia!”“Iya, iya!” Juan terus mengangguk. Dia juga tidak mempermasalahkan masalah ini.Mengenai masalah menjadi muridnya, semuanya murni tergantung suasana hati Juan. Jika dia suka dan merasa cocok, dia pun akan menjadikan orang tersebut sebagai muridnya. Me
Saat Juan melihat perut Yuna membuncit lagi, dia ingin sekali memarahi Brandon!Padahal Keluarga Setiawan sudah memiliki penerus, kenapa mereka malah ingin menambah keturunan lagi!Hanya saja, bagaimanapun Juan hanyalah guru Yuna, dia juga tidak berhak ikut campur dalam masalah pribadi Yuna. Juan juga bisa membayangkan jika si Gideon berada di sini, dia pasti akan merasa gembira bisa memiliki banyak cicit!Kepikiran dengan teman lamanya, tatapan Juan seketika menjadi muram. Seumur hidupnya, Juan hanya menghabiskan waktu dalam mendalami ilmu pengobatan dan obat-obatan. Dia pun tidak menemukan wanita yang disukainya atau lebih tepatnya dia telah melewatkan wanita kesukaannya. Itulah sebabnya, Juan hidup sendirian di vila yang besar ini. Selain vila dan obat-obatan langka, Juan tidak memiliki apa-apa lagi.Oh, Juan masih memiliki beberapa murid! Hanya saja, muridnya itu pencar di mana-mana. Untung saja ada murid terakhirnya yang masih bisa menemaninya.Tetiba Juan jadi merasa sedih.Ketik
Yuna berjalan keluar dari samping taman. Saat melewati belakang batu pajangan, tampak pelayan membawa Chermiko berjalan ke dalam.Hari ini Chermiko tidak mengenakan pakaian formal. Dia menggunakan pakaian santai, terlihat tidak begitu arogan seperti biasanya.Tanpa mengulur waktu, Yuna segera berjalan keluar.Chermiko sudah menunggu lama di luar sana. Saking lamanya, dia sempat ketiduran tadi. Namun, pintu gerbang masih dalam keadaan ditutup, dia masih tidak diperbolehkan untuk masuk. Hal yang paling penting adalah mobil sedan merah masih parkir di luar sana. Semuanya terasa tidak masuk akal!Dengan karakter Juan, meskipun kedatangan tamu, dia juga tidak akan menemuinya dalam waktu selama itu. Biasanya pertemuan dengan tamu akan berakhir dalam waktu 30 menit. Namun berbeda dengan hari ini, tamu itu malah tinggal sangat lama di dalam rumah. Sepertinya tamu itu … agak istimewa.Untung saja, saat Chermiko merasa hari ini dirinya tidak mungkin bisa bertemu dengan Juan, pelayan pun datang m
Dengan karakter Chermiko, dia pasti sudah membalas memaki orang tersebut. Hanya saja, orang di hadapannya saat ini bukanlah orang biasa. Dia tidak berani bersikap kasar terhadap lelaki tua ini.Chermiko berkata dengan sabar, “Kakek Juan, gimanapun kamu dan kakekku itu saudara kandung ….”“Sebentar! Ibu kami berbeda!”Juan dan kakeknya Chermiko bukan dilahirkan dari ibu yang sama. Lagi pula, gara-gara hubungan kacau senior mereka, hubungan mereka juga tidak tergolong akrab.Pada masa itu, sumber daya memang sangat terbatas. Berhubung Chermiko adalah seorang adik, seharusnya dia dijaga oleh keluarganya. Namun, saat itu orang yang memegang kendali dalam keluarga adalah ibu dari kakek Chermiko. Tentu saja dia lebih berpihak terhadap kakeknya Chermiko.Kemudian, saat mewarisi bisnis keluarga, ibunya kakek Chermiko bermain di belakang sehingga seluruh warisan bisnis jatuh ke tangan kakeknya Chermiko. Sementara, Juan tidak mendapatkan sepeser pun dan diusir dari rumah dan memulai kehidupan ma
Chermiko berlagak kehabisan akal. “Semuanya bukan ucapanku. Kalau orang-orang beranggapan seperti itu, aku juga tidak berdaya! Tidak mungkin aku menjelaskan kepada semua orang yang aku temui!”Juan mendengus dingin. “Berdalih lagi!”Memang Chermiko sedang berdalih, hanya saja ucapannya tidak semuanya salah.Bagaimanapun sekarang orang-orang di luar sana yang bersikukuh mengira Chermiko adalah murid terakhir Juan. Dia memang pernah memberi pernyataan abu-abu, tetapi dia tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Juan.“Dasar bocah tengik! Kamu sama saja dengan kakekmu. Banyak sekali ide burukmu!” omel Juan. Juan juga tidak berbicara terlalu banyak lagi. Bagaimanapun juga, Yuna tidak mengatakan Chermiko telah melakukan hal yang keterlaluan.Setelah dimarahi beberapa kali, Chermiko juga tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Bagaimanapun, hal ini adalah hal yang sangat wajar.Chermiko mencondongkan wajahnya, lalu menunjukkan senyum menjilat. “Kakek Juan,
Apa ada yang salah dengan pandangan Kakek Juan? Chermiko melihat jam tangannya. Orang seperti itu malah diizinkan tinggal lebih lama daripada dirinya!…Setelah Yuna tiba di rumah, dia memarkirkan mobilnya, lalu melihat ada sebuah kotak di halaman.Kotak itu tidaklah besar dan juga tidak tergolong kecil. Kelihatannya adalah hadiah pemberian orang lain. Belum sempat dia mendekat, dia pun dalam mencium aroma yang menyengat hidung.“Ini ….” tanya Yuna sembari menunjuk ke sisi kotak.“Nyonya, ini adalah hadiah yang diberikan oleh Nona Bella. Katanya … ini hadiah untukmu!” balas pelayan sedang segera.“Nona Bella?” Yuna seketika tidak kepikiran dengan wanita yang bernama Bella. Dia berjalan ke sisi kotak, tetapi dia tidak langsung membongkarnya.Sebelum mencari tahu dengan jelas, Yuna tidak mungkin akan sembarangan menyentuh kotak.“Anggotanya cuma bilang dari Nona Bella. Dia hanya mengantar barangnya ke sini dan tidak mengatakan apa-apa lagi.”Sebenarnya dengan status dan kedudukan Brandon
“Ini ….” Brandon memang mengenal beberapa jenis tanaman lantaran sering diberi tahu Yuna. Hanya saja, dia tidak mengenal tanaman di hadapannya ini.Saat ini Yuna tidak sanggup menyembunyikan rasa gembiranya. Dia pun berkata, “Tanaman ini namanya aquilaria!”“Aquilaria?” ulang Brandon sembari mengerutkan keningnya.Nama tanaman sangatlah banyak. Brandon juga tidak sanggup menghafal sebanyak itu. Hanya saja, Brandon tahu bahwa Yuna sangat menyukainya.“Baru kamu beli?” Brandon menyelipkan rambut ke belakang telinga Yuna, lalu mengecup daun telinganya.Yuna sudah mulai terbiasa dengan kemesraan ini. Dia juga tidak mengelak, melainkan spontan mendekat. “Bukan, dikasih orang lain!”Saat berbicara, kedua mata Yuna masih tertuju pada tanaman itu. Kelihatan sekali Yuna sangat menyukainya. “Dikasih?” Brandon menyipitkan matanya. Siapa yang menghadiahkan hadiah sebagus ini kepada istrinya?Yuna bukanlah wanita materialistik. Sebelumnya aksesori yang dihadiahkan Brandon juga tidak dikenakan Yuna
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Yuna dengan nada menyalahkan. Hanya saja, dia tidak tega untuk membuang daun yang tertarik tadi.“Bukannya hanya … tanaman aquilaria saja? Kenapa kamu malah mengabaikanku?”Sambil berbicara, Brandon langsung mendekati Yuna, seolah-olah takut Yuna tidak kelihatan.Yuna tak kuasa menahan tawanya. Dasar!Sebelumnya Brandon cemburu dengan lelaki lain, wanita lain, bahkan putranya sendiri. Sekarang dia malah cemburu dengan satu pot tanaman? Sepertinya dia memang adalah raja cemburu di dunia ini!“Sejak kapan aku mengabaikanmu? Bukankah aku suruh kamu kemari untuk melihat hadiahku ini?” balas Yuna dengan tersenyum. Kemudian, dia mendekatkan daun ke depan hidungnya. “Coba kamu cium, wangi nggak?”Brandon menciumnya, lalu mengangguk. “Kalau kamu tidak mengabaikanku, apa kamu menyadari ada yang berbeda dengan diriku hari ini?”Setelah mendengar ucapan Brandon, Yuna berjalan mundur beberapa langkah dan mengamatinya dengan saksama.Jujur saja, Yuna benar-benar tidak
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta