“Kamu lagi bohongi aku?” tanya Hanny dengan sangat kecewa lantaran merasa Steve sedang tidak fokus.“Tuan putriku! Apa mungkin aku akan membohongi kamu di saat seperti ini? Kita sudah hampir mati! Sebenarnya kamu tahu nggak apa itu artinya mati? Setelah mati, kamu akan menghilang dari dunia ini!” jerit Steve dengan frustrasi.“Apa kamu takut mati?” tanya Hanny dengan mengangkat-angkat alisnya.Steve menjawab tanpa ragu sama sekali, “Takut! Tentu saja aku takut! Aku nggak ingin mati. Aku ingin hidup di dunia ini. Aku masih belum bosan hidup. Kenapa aku harus mati?”Hanny mengangguk dengan tenang. “Oke, aku mengerti.”Meski merasakan ada yang aneh dengan nada bicara Hanny, Steve juga tidak berpikir kebanyakan. Sebab dia sungguh merasa tidak enak badan saat ini. Perutnya keroncongan, tubuhnya terasa sangat lelah, sekarang tenggorokannya juga terasa sangat kering. Jadi, Steve memilih untuk tidak bersuara agar tidak membuang-buang tenaganya.Satu malam ini dilewati dengan sangat sengsara. H
Setibanya di depan pintu, tampak Adam sudah menunggu di luar sana. Dia berjalan maju, membukakan pintu untuk Yuna. “Nona Yuna, Nona sedang menunggumu.”Yuna mengangguk, lalu berjalan maju beberapa langkah. Saat hampir memasuki rumah, tiba-tiba Yuna menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya untuk menatap Adam.Adam berdiri di tempat dengan raut wajah dingin.“Adam.” Seingat Yuna, Monica memanggilnya dengan panggilan itu. Sepertinya ingatan Yuna tidak salah, si lelaki tampak terkejut ketika mendengar panggilan itu.Yuna pun tersenyum, lalu melanjutkan, “Adam, apa di rumah ini masih ada nona lain selain Nona Monica?”Adam tidak menjawab. Hanya saja, rasa keterkejutan di wajahnya tertangkap basah oleh Yuna.Sepertinya tebakan Yuna tidak salah. Monica memang bermasalah.Awalnya Yuna mengira Monica akan menunggunya di sofa ruang tamu. Namun malah tidak terlihat siapa-siapa di ruang tamu. Saat ini, Adam pun berkata, “Nona Yuna, mohon ikuti aku.”Yuna mengikuti langkahnya, naik ke lan
“Belum lama juga,” balas Yuna, “Menurutku, kalian nggak terlalu mirip.”“Gimana kamu bisa menyadarinya? Apa bedanya di antara aku sama dia?” Monica merasa sangat penasaran. Selama bertahun-tahun ini, tidak ada yang menyadari masalah bahwa mereka berdua adalah dua orang yang berbeda.Yuna memalingkan kepalanya sembari menggaruknya. Dia berpikir sejenak, baru berkata, “Emm, harusnya kamu sadar ada aura berbeda di tubuh orang yang latihan seni bela diri. Sementara, adikmu nggak bisa seni bela diri, ‘kan?”“Emm.” Monica mengangguk tidak menyangkal. “Dia nggak bisa seni bela diri. Dia nggak berbakat dalam masalah ini. Apalagi, kondisi tubuhnya juga sangat lemah. Setelah diobati dalam jangka panjang, kondisinya baru tergolong stabil.”“Jadi, sebenarnya nggak susah untuk bedain. Hanya saja, awalnya aku nggak kenal sama kamu, ditambah lagi kalian memang mirip, misalnya dari cara bicara, kebiasaan gerak-gerik, dan setiap hal kecil. Semuanya memang mirip!” Setelah dipikir-pikir, Yuna memang semp
“Kehidupan itu pada dasarnya adalah sebuah tempat liburan tanpa arah. Dulu, aku hanya fokus dalam mengejar karierku. Kemudian, aku menyadari sebenarnya masih banyak yang lebih penting daripada karier. Selama ini aku selalu terburu-buru untuk mengejar mimpiku, aku lupa untuk melihat pemandangan di sekitar. Terkadang hidup melambat, merasakan apa yang terjadi di sekitar, juga adalah hal yang indah. Bisa jadi, suasana hati yang bagus akan membantu dalam meningkatkan karier kita.”Ketika Yuna mulai menyantaikan diri, Yuna juga sempat merasa panik lantaran tidak terbiasa untuk hidup santai. Kemudian, seiring perut semakin membesar, pusat perhatian Yuna juga mulai beralih ke anak di dalam kandungannya. Apalagi setelah melakukan pendidikan prenatal, Yuna bertemu dengan beberapa ibu hamil dan mencium aroma susu unik yang hanya dimiliki oleh bayi kecil saja. Selain itu, Yuna juga bisa mencium bau asam yang muncul pada ibu hamil lantaran terlalu sibuk hingga lupa merawat diri mereka sendiri.Mun
Sebenarnya alasan utama kenapa Monica bisa meragukan kitab itu karena kitab itu sudah lama di tangannya, tetapi Brandon tidak pernah mencarinya sama sekali.Padahal Monica sudah memutar otak untuk bisa mencuri kitab rahasia itu. Sekarang kitab sudah ada di tangannya. Sesuai logika, jika benda yang begitu penting dicuri, Brandon pasti akan mengerahkan seluruh tenaga untuk kembali mendapatkannya.Namun semuanya terlalu tenang, seolah-olah semuanya tidak pernah terjadi saja. Steve juga pernah mengatakan, Brandon tidak pernah mencarinya dan dia kelihatan tidak memedulikannya.Jadi, apa alasan Brandon tidak memedulikannya? Alasannya cuma satu, yaitu kitab rahasia itu palsu.Sebenarnya jebakan yang diciptakan itu bukanlah untuk Steve, bisa jadi untuk dirinya sendiri. Setelah dipikir dengan saksama, sepertinya semuanya semakin masuk akal.“Apa kitab rahasia asli itu masih di tangan kalian?” Monica menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menenangkan hatinya yang kalut, lalu bertanya. Yuna men
“Kemudian, setelah aku latihan selama beberapa tahun, guruku mengatakan tidak ada yang bisa dia ajarkan lagi. Dia pun menyuruh kakekku untuk menjemputku. Sebelum pulang, dia memberiku satu kotak kitab suci. Guruku berpesan agar aku bisa membacanya.”Saat itu Brandon terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Setelah aku membaca kitab-kitab itu, akhirnya aku mengerti, tidak peduli jurus apa yang ingin kita pelajari, hal pertama yang harus kita kuasai itu adalah ilmu batin. Sebab, ilmu batin adalah inti dari segala hal. Tak peduli betapa hebatnya jurus seni bela diri yang kamu pelajari, yang paling penting adalah hati seseorang. Selain itu, ilmu batin bukan hanya berlaku dalam ilmu seni bela diri, juga berlaku dalam dunia bisnis. Terkadang jawaban duniawi bisa ditemukan dalam kitab rahasia.”Setelah mendengar ucapan Brandon waktu itu, Yuna sempat bercanda, “Betul juga, kalau kamu kelamaan di dalam gunung, bisa jadi kamu akan jadi biksu.”Hampir saja suaminya ini akan terbebas dari nafsu duniawi
“Kamu keracunan?” Kening Yuna tampak berkerut ketika melihat kondisinya.Monica juga tidak menyangkal, dia mengangguk dengan perlahan. Tidak ada yang mengetahui masalah dirinya keracunan. Sebab, jika masalah ini sampai tersebar, pasti ada banyak musuh di luar sana yang datang mencarinya. Hal itu pun akan membahayakan keselamatannya.Adam tahu keuntungan dan kerugian dalam masalah ini. Jadi, dia pun merahasiakannya. Namun tak disangka, Nona Monica malah memberi tahu rahasia ini kepada Yuna Dia spontan merasa sangat kaget.Yuna terdiam sejenak. Dia berusaha memutar otaknya untuk berpikir sejenak, lalu menyimpulkan, “Jadi, orang yang meracunimu itu adalah adik kembarmu?”Kali ini, Monica-lah yang merasa terkejut. Dia spontan mengangkat kepala untuk melihat Yuna. “Gimana kamu bisa mengetahuinya?”Selain Steve dan Hanny, sepertinya hanya Adam yang mengetahui masalah ini. Namun, Adam tidak mungkin akan memberitahunya. Jadi, bagaimana Yuna bisa mengetahuinya?Yuna menghela napas, lalu berkata
Monica menatap Steve dengan tatapan meremehkan. “Jujur saja, aku sungguh nggak habis pikir, kenapa si Hanny bisa suka sama kamu? Sebenarnya apa bagusnya dari lelaki seperti kamu? Apa yang membuatnya terpesona sama kamu?”“Iya, aku nggak berguna sama sekali. Aku juga nggak bisa apa-apa. Jadi, aku nggak mungkin bisa lukai kamu. Kamu lepasin aku, ya!” Steve terdiam sejenak, lalu memalingkan kepalanya ke sisi Yuna. “Yuna … hmm … Nona Yuna, kamu datang untuk selamatin ommu, ‘kan? Kamu bawa aku kembali ke Kediaman Setiawan, ya? Gimanapun, Mama nggak mungkin nggak hiraukan aku.”Melihat sosok Steve yang takut mati itu, Yuna sungguh kehabisan kata-kata.Berbeda dengan Brandon, dia tidak pernah sekalipun merasa takut ketika menghadapi masalah kematian. Meskipun dunia kiamat, raut wajah Brandon tidak akan berubah sama sekali, seolah-olah semuanya berada di bawah kendalinya. Selama bersama dengan Brandon, Yuna pun akan merasa sangat tenang.Ternyata Steve memang bukan anggota Keluarga Setiawan. D
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon