Dhara menggigit bibir bawahnya dan dengan cepat menunduk. Dia berharap wanita itu tidak mengingatnya.“Oh, silakan Bu. Jangan pedulikan saya.”Wanita itu tersenyum lembut menepuk pundak Dhara lalu berjalan masuk ke dalam gedung. Sementara itu sopirnya, Pak Toni menatap Dhara jengkel lalu masuk kembali ke mobil dan meninggalkan halaman perusahaan.Beberap karyawan yang menonton sudah kembali bubar.Dhara menghela napas lega mengelus dadanya. “Mbak Dhara! Mbak Dhara! Tunggu sebentar!”Dhara berbalik mendengar seseorang memanggil namanya. Dia melihat Pak Bobby berlari tergesa-gesa keluar gedung perusahaan sebelum berhenti di depannya dengan napas terengah-engah.“Ada apa ya Pak?”Pak Bobby tersenyum lebar. “Mbak Dhara, bos kami mendadak mencari asisten sementara karena asisten sebelumnya kecelakaan hari ini. Apa kamu membawa surat lamaranmu?”Jantung Dhara berdegup penuh harapan. “Ya, saya bawa Pak,” balasnya menunjukkan map di tangannya.“Bagus, ayo ikut saya untuk wawancara.” Pak Bob
Keesokan paginya Dhara berangkat kerja lebih awal agar tidak terjebak macet.Dia mengenakan blouse biru laut dan rok hitam selutut yang dibeli secara daring. Dia mengenakan kartu ID karyawan berjalan di lobi perusahaan saat berjalan menuju lift, bersama karyawan lain. Suasana hati Dhara sangat cerah. Ini hari pertamanya bekerja sebagai asisten CEO perusahaan besar.“Halo, selamat pagi.” Dhara menyapa beberapa karyawan dan tersenyum ramah, mencoba berbaur.Para karyawan menatapnya acuh tak acuh. Mungkin karena mereka belum mengenal Dhara.Dhara tersenyum malu merasa di kancangi. Dia berdiri dengan grogi menunggu di depan lift melirik beberapa karyawan sibuk mengobrol dengan rekan-rekan mereka.Begitu lift terbuka semua orang masuk berbondong-bondong. Dhara terdorong ke sana kemari dan nyaris jatuh ke bawah.“Hati-hati ....”Dhara menoleh dengan cepat dan membelalak melihat Rio berdiri di belakang dan memegang lengannya, mencegahnya jatuh.“Pak Rio, makasih,” Dhara dengan cepat berdiri
Dhara melirik jam tangannya melihat sudah jam 12 Jam makan siang, lalu menatap ke arah kantor Baskara. Pria itu masih terlihat sibuk di mengetik sesuatu depan komputernya. Tidak ada tanda-tanda dia akan selesai atau istirahat.Dhara menoleh ke meja kerja Rio di sebelahnya.“Pak Rio, apa kita akan istirahat siang?”“Nanti, tunggu Pak Baskara keluar dari kantornya,” balas Rio mengalihkan pandangannya dari komputer dan mengingatkan Dhara. “Sebelum Pak Baskara keluar, kita belum bisa beristirahat.”“Ah, begitu ....” Dhara mengangguk mengerti. Dia melirik ke arah kantor Baskara sekali lagi dan mendesah. Dia merasa lapar tapi tidak berani pergi.Perutnya berkeroncong.Rio seolah bisa mendengar menoleh sambil tersenyum. “Kamu lapar?”Dhara spontan menggeleng. “Belum Pak.”Rio mengeluarkan sebuah roti dari laci mejanya dan menyerahkannya pada Dhara.“Makan roti ini.”Dhara malu dan menolak. “Nggak usah Pak.”“Nggak papa ambil saja.” Rio mengambil tangan Dhara dan meletakkan roti itu ke tangan
“Dia kelihatan agak miskin. Siapa bekingannya sih biar dapat posisi asisten CEO.”Dhara masih mendengar mereka membicarakan dirinya dan memutuskan untuk pergi. Lebih baik tidak mendengar dan membuat hari pertama kerjanya jadi tidak menyenangkan.Tiba-tiba ponsel Dhara bergetar. Dhara melirik dan melihat Pak Hadi meneleponnya.“Halo Pak ....” Dhara menjawab telepon dengan cepat.“Dhara, bisakah kamu kemari sekarang. Aku butuh kamu untuk membantuku mengurus sesuatu di sini.”“Oh, bagaimana dengan tugas saya di kantor Pak?”“Itu akan diurus Rio. Kamu cepat ke sini. Aku kirim alamatnya sama kamu.”“Ah baik Pak.” Dhara tidak menolak dan mengecek alamat yang dikirim Pak Hadi setelah itu dia berpamitan sama Rio sebelum meninggalkan restoran itu.Dhara menuju ke sebuah restoran mewah di salah satu kamar privat. Dia melihat Hadi berdiri di luar pintu sambil melirik ponselnya cemas dan berbicara di telepon.“Pak Hadi ....” Dhara berhenti di depannya.Hadi terlihat lega begitu melihat Dhara. Dia
“Pilih makanan yang kamu suka. Jika kamu sudah makan kamu bisa pesan makanan pencuci mulut. Aku yang traktir,” ujar Baskara memberikan buku menu pada Dhara.Dhara melihat-lihat menu dan hampir melotot melihat harga dibuku menu itu. Bahkan makan penutup dengan porsi sedikit sangat mahal.Seorang pelayan masuk ke kamar privat itu dan menanyakan pesanan mereka.“ Saya nggak pesan apa-apa. Saya masih kenyang.” Dhara menutup buku menu sambil sambil mengusap keringat di dahinya.“Saat kamu bekerja denganku dan mengikutiku melakukan melakukan pekerjaan di luar kantor, jangan menjawab seperti itu. Kamu akan mempermalukan kantor kita. Kamu harus berpura-pura menerima meski kamu tidak suka,” balas Baskara datar.Ini kedua kali Baskara menegurnya. Dhara tertunduk sambil meremas tangannya cemas dan berbisik pelan. “Maafkan saya Pak.”“Jangan menunduk. Kamu adalah asisten CEO, kamu harus terlihat percaya diri.”Dhara menegakkan tubuhnya dan menatap Baskara gentar. “Saya mengerti, Pak. Terima kasih
“Saya hanya menuangkan minum untuk Tuan Steven ....” ucap Dhara hati-hati.“Apa aku suruh kamu lakuin itu?”Dhara menggelengkan kepala dan berbisik pelan. “Ini hanya menuangkan minum Pak.”“Jangan melakukan sesuatu tanpa kusuruh,” ujar Baskara dingin melepaskan tangan Dhara.Dhara tidak membantah dan kembali berdiri di samping Baskara tapi tangan Mr. Steven tiba-tiba menarik lengannya hingga jatuh ke pangkuan pria itu.Dhara tersentak kaget dan memekik.“Apa yang Anda lakukan! Lepaskan saya!”“Mr. Steven! Lepaskan asistenku!” Ekspresi Baskara menjadi gelap. Dia berdiri dan menarik Dhara dari pangkuan Mr. Steven. Dia memelototi pria itu. “Jangan main-main denganku,” desisnya memberi peringatan.Jantung Dhara berdebar ketakutan. Dia bergegas berdiri di belakang Baskara.“Ya ampun, itu hanya seorang asisten, kenapa kamu harus marah? Apa dia kekasihmu?” cemooh Mr. Steven.“Dia adalah asistenku jadi hargai stafku.”“Asisten macam apa yang membuatmu sampai marah. Bos mana yang tidak pernah
Dhara memejamkan mata sambil menggertak gigi.Mayang selalu ingin anak-anaknya berpendidikan tinggi dan terlihat kaya karena egonya sejak suaminya jadi PNS di pemerintahan. Dia ingin terlihat seperti istri pejabat. Semua gaji Joni untuk mengkredit mobil dan rumah besar. Tapi belum cukup bagi Mayang. Dia mengambil utang banyak di Bank sejak Dhara mulai bekerja untuk membeli mobil lagi dan banyak perhiasan emas.Ujung-ujungnya Dhara yang diminta harus membayar utang bank yang diambil Mayang dan biaya kuliah Miranda.“Sekolah Internasional itu sangat mahal, Ma. Lagian juga utang bank dan mobil belum lunas, tolong pikirin sebelum masukkan Yoga ke sekolah Internasional. Yoga juga baru tujuh tahun.”“Makanya Mama mau kamu dan Miranda bantu adik kamu bayar biaya masuk sekolah Internasional. Gaji papa kamu nggak cukup.”Dhara mengusap kening stres.“Aku cuma dapat kerja selama tiga bulan. Jangan dulu masukkan Yoga ke sekolah Internasional. Masukkan saja Yoga ke sekolah biasa.”“Yoga itu satu
“Permisi Pak, ini saya Dhara mengantar kopi.” Dhara mengetuk pintu kantor Baskara.“Masuk.”Dhara membuka pintu kantor Baskara dan masuk dengan nampan di tangannya. Dia melihat Baskara sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya dan sesekali mengetik sesuatu di komputernya.Pria itu begitu tampan dengan kemeja hitam tanpa vest rompi dan jasnya. Kemeja hitam itu membungkus tubuhnya dengan pas dan ketat, memperlihatkan otot dada dan bisepnya yang kencang. Dia memiliki tubuh ramping namun kekar dan pundak lebar. Wajahnya yang tampan bersinar di bawah cahaya matahari dari jendela.Pria itu selalu tampan. Tapi dibandingkan empat tahun lalu, dia menjadi lebih matang dan dewasa.Jantung Dhara berdebar. Dia memandang Baskara terpesona sesaat.Baskara tiba-tiba mendongak dan menatapnya dengan alis terangkat.“Kenapa cuma diam di situ?”Dhara tersadar dan tersipu. Wajahnya sedikit memerah. Dia menurunkan pandangannya dengan cepat dan mendekat ke meja Baskara. .“Ini kopi Anda, Pak.
Dhara memandang barang-barang yang sudah dikemas. Setelah pertemuannya dengan Baskara tadi malam, dia jadi ragu-ragu harus pergi atau tidak. Baskara bersedia melepaskannya dan tidak mengambil anaknya serta mendukung finansialnya sampai anak mereka lahir.Jika Dhara pergi begitu saja tanpa memberitahu Baskara, dia pasti marah dan berubah pikiran mengambil anaknya.Tapi jika Dhara tetap di Jakarta, dia akan menghadapi kecemburuan Veera serta ancamannya. Hidupnya tidak akan tenang.“Apa aku bicara saja dulu dengan Baskara biar dia tahu aku pergi dari Jakarta?” “Dhara! Cepat keluar kamu anak nggak tau untung!”Saat Dhara sedang berpikir dia dikagetkan dengan suara pintu yang digedor-gedor. Dia menegang mendengar suara Mayang, mama tirinya di luar pintu.Kenapa Mayang ada di sini? pikirnya bingung.Setelah Joni memblokir nomornya dan memutuskan hubungan mereka, Dhara juga memblokir semua nomor keluarganya.“Dhara! Keluar sekarang!”Selain Mayang, Joni ikut-ikutan memanggilnya dan memukul-
“Kamu ngapain sih.” Wajah Dhara memerah dan buru-buru mendorong dada Baskara. Dia tidak terbiasa dipeluk oleh pria selama ini. Tapi sejak bertemu dengan Baskara sudah beberapa kali pria itu berbuat intim padanya.Jantung Dhara berdegup kencang. Dia takut Baskara akan merasakan detak jantung yang berdebar.“Baskara lepasin, nanti ada yang liat ....” Dhara mendorong cemas karena Baskara tidak melepaskan pelukannya.Baskara mengeratkan pelukannya enggan melepaskan Dhara. Tubuh Dhara sangat mungil dan lembut di pelukannya.“Baskara ....”“Hanya sebentar saja,” bisik Baskara menyandarkan kepalanya di pundak Dhara.Dhara mengepalkan tangannya dan menyerah membiarkan Baskara memeluknya. Dia merasa geli di lehernya karena napas pria itu. Tubuh Baskara keras dan berbau maskulin yang menyegarkan. “Dhara ....” Baskara menarik napas dalam-dalam berbicara di pundak Dhara tanpa melepaskan pelukannya.“Aku akan menuruti keinginanmu. Kamu nggak perlu menikah denganku jika kamu nggak mau. Aku hanya
Dia bahagia memikirkan kemungkinan itu. Gading ingin balas dendam pada Baskara yang selalu meremehkan dan merendahkannya. Dia puas balas dendam dengan berselingkuh dengan istri Baskara, dan jika Veera mengandung anaknya ... Baskara pasti merasa sangat terhina jika mengetahui kebenaran itu. Gading bahagia membayangkan hal itu.Veera mendengus jijik tapi pura-pura mengeluh dengan manja. “Aku juga mau itu, tapi kamu terlalu sering bermain-main dengan wanita dan para PSK. Bagaimana jika salah dari mereka menularkan penyakit padamu? Aku juga kena dong.” “ Jika aku sampai kena penyakit manular, Baskara bakal curiga dan menyelidiki hubungan kita. Semua rencanakan kita selama ini akan hancur. Kamu dan aku nggak akan dapat apa-apa dari Djaka Group.”Gading juga gagal membuatnya hamil. Veera juga takut Gading memiliki penyakit kelamin karena terlalu sering bermain-main dengan wanita.“Apa maksudmu aku mengidap penyakit begitu?!” Gading marah mendengar kata-kata Veera.“Kamu sudah sering berm
“Bukan itu maksud aku Gading. Teman-temanku mulai curiga kita ada hubungan karena Lina pernah melihat kita bersama. Aku nggak mau kita sampe ketahuan lagi,” Veera mencoba bersabar meladeni Gading.Dia muak dan jengkel pada Gading. Gading dulu adalah pacarnya sebelum menikah dengan Baskara. Veera bahkan berselingkuh dengannya bukan karena Gading lebih tampan dari Baskara. Tapi karena Gading memegang kelemahan Veera yang membuat hubungannya dengan Baskara bakal terancam.Gading semakin keterlaluan menuntutnya untuk memenuhi semua keinginannya dan mengancam Veera membeberkan hubungan mereka.Veera sangat ingin menyingkirkan Gading agar dia tidak terus mengganggunya. Membunuhnya lebih baik. Dengan begitu kebenaran di ‘masa lalu’ terkubur dan Veera akan terus hidup sebagai istri Baskara.Memikirkan Dhara sedang mengandung anak dari suaminya membuat amarah Veera mendidih. Setelah menyingkirkan Gading, dia juga akan menyingkir cewek murahan itu! Tidak ada yang boleh menganggangu hubungannya
Sudut bibir Veera melengkung dengan ekspresi mencibir melihat ekspresi tenang Dhara. “Sudah berapa lama kamu hamil? Bagaimana kamu bisa dekat dengan suami aku?” Veera langsung menanyainya tanpa basa-basi. “Kami nggak dekat tapi suamimu yang mengambil kesempatan saat aku nggak sadar hingga aku hamil,” balas Dhara tenang. Veera tertawa dingin. “Maksudmu suamiku memperkosamu saat kamu nggak sadar? Kamu pikir Baskara orang macam apa? Bercermin dong! Wajahmu itu udah murahan banget, kamu jelas-jelas dekatin suami aku karena dia kaya dan membiusnya agar kamu bisa tidur dengannya kan? Orang macam kamu tuh banyak di sekitar. Murahan dan menjijikkan!” desisnya. Untungnya kafe itu cukup sepi dan mereka berada di lantai dua yang dikhususkan untuk VIP hingga tidak ada mendengar percakapan mereka. “Pada kenyataannya seperti itu. Kenapa nggak tanya sendiri ke suamimu,” balas Dhara datar, tidak mau bertengkar dengan Veera. Veera menggertak gigi. Dia tidak berani menanyakan hal itu pada Baskara
Baskara dibuat terdiam melihat tatapan Dhara padanya seolah dia adalah pelaku pelecehan seksual. Dia batuh kecil dan berdeham.“Dhara, jangan membuatku habis kesabaran. Aku hanya ingin anakku dilahirkan dengan sehat dan selamat. Kamu nggak bisa menggugurkan kandungan di negara ini secara ilegal. Dan kamu juga nggak mau kan anak kita dilahirkan tanpa status? Jika begitu berat bagimu menjadi istri kedua, kamu bisa meminta cerai setelah melahirkan anak itu dan anak kita pun tetap mendapat status. Pikirkan tawaran aku baik-baik,” ujar Baskara dan menyerahkan kembali surat pengunduran Dhara ke wanita itu.Wajah Dhara cemberut sedih. Dia menghentak kaki kesal. “Kamu nggak bisa memaksaku menuruti semua yang kamu mau. Selama kamu menceraikan istrimu, aku akan melahirkan anak ini. Jika tidak, aku akan menggugurkan anak ini!” ancam Dhara berani.Salah Baskara karena mencampakkannya demi Veera dan tidak percaya bahwa istrinya berselingkuh. Salah Baskara juga karena membuatnya hamil dan mengambil
Jika mereka mengadopsi anak, Baskara tidak akan mengambil anak yang sedang dikandung Dhara.Rio menatapnya. “Kamu nggak masuk beberapa hari karena itu kamu nggak tahu selama hampir seminggu ini suasana hati Pak Baskara jelek. Banyak direktur yang dimarahi karena salah memberi laporan dan macam-macam lah. Pokoknya semua orang dimarahi, termasuk aku dan Pak Hadi. Pak Baskara sampai bertengkar dengan istrinya. Kamu sebaiknya berhati-hati saat bertemu Pak Baskara.”“Rio, kembali bekerja. Jangan mengobrol di jam kerja,” tegur Hadi memutuskan percakapan Dhara dan Rio.“Ah maaf Pak,” kata Rio lalu buru-buru kembali ke meja kerjanya.“Mbak Dhara, bukannya kamu mau bertemu dengan Pak Baskara? Sebaiknya kamu cepat temui Pak Baskara,” ujar Hadi pada Dhara.Dhara menggigit bibirnya bawahnya ragu-ragu. Baskara baru saja bertengkar dengan istrinya. Jika dia masuk sekarang saat bosnya sedang marah, dia takut Baskara akan langsung mengusirnya. Mereka juga sempat bertengkar beberapa hari yang lalu kar
Beberapa karyawan yang mendengar itu tidak berkomentar tapi melirik Dhara sinis.Dhara mengepalkan tangannya berpura-pura tidak mendengar dan menunggu pintu lift terbuka. Begitu lift terbuka semua karyawan berbondong-bondong masuk. Dhara terhuyung hampir jatuh ketika seorang karyawan menabraknya. Tubuh Dhara terdorong oleh beberapa karyawan entah disengaja atau tidak. Dhara meringis dan mundur ke samping agar tidak didorong lagi. Bagaimana pun dia sedang hamil. Jika ada orang yang mengaja mendorong dan membuatnya jatuh, dia bisa saja keguguran.Dhara menatap dengan sedih ke lift yang sudah penuh dan tertutup di depan matanya. Dia hanya bisa menghela napas dan menunggu lift berikutnya.Beberapa menit kemudian Dhara sampai ke kantor Baskara. Hadi dan Rio ada di meja mereka. Dhara datang tanpa memberi kabar hingga mereka terkejut melihat kedatangannya.“Dhara, bagaimana kabarmu?” Rio yang terlihat senang melihat kedatangan Dhara dan menghampirinya dengan cepat. “Kenapa nggak ngabarin ka
Dia tidak menyangka Miranda sangat berani dan jahat. Dia menggunakan namanya menjual data teknologi yang dia curi dan kabur begitu saja. Mengingat panggilan telepon terakhir dengan ayahnya Dhara sangat sakit hati. Ayah kandungnya lebih membela adik tirinya dan bahkan mengancam akan mengeluarkan Dhara dari kartu keluarga.Matanya memerah, air mata mengenang di pelupuk matanya. “Ya, PT. Nexus Tecnhology menggunakan alasan ini balik menuntut kami. Mbak Dhara kamu mungkin akan jadi tersangka kasus ini,” ujar Hadi.Dhara menarik napas dalam-dalam menenangkan sakit di dadanya.“Pak Hadi, saya bersumpah nggak pernah bekerja sama dengan adik saya atau memberi data proyek pada adik saya untuk dijual. Tapi semua ini salah saya karena nggak bisa menjaga data proyek. Saya siap datang ke pengadilan untuk membuktikan diri dan menerima sanksi dari perusahaan karena karena perilaku adik saya,” ujarnya dengan suara bergetar.Hadi mendesah tidak puas mendengar kalimat terakhir Dhara. Jika bukan karen