Seperti biasa Badai sudah menemani Allura sejak pagi hari. Sebenarnya ia masih khawatir pada Allura karena kejadian kemarin. Perkataan Rayan pasti membuatnya sangat sedih sehingga sejak kemarin Allura terlihat murung. Tidak seperti biasanya, biasanya wanita itu akan banyak bicara dan bercanda dengan Badai. Namun, sekarang bibirnya lebih sering tertutup rapat. Bahkan senyum hangatnya sudah tidak terlihat lagi. Badai berpikir keras untuk membuat Allura merasa jauh lebih baik.
"Ini obatnya Mbak," ujar Badai setelah membantu Allura untuk menghabiskan sarapannya. Ia menyodorkan beberapa pil lengkap dengan segelas air putihnya.
Allura langsung melakukan perintah Badai tanpa mengatakan apa pun. Padahal biasanya Allura selalu mengucapkan terima kasih setiap Badai membantunya. Setelah selesai meminum obatnya, Allura kembali termenung sembari sesekali mengelus perutnya. Allura tidak sadar kalau Badai masih memperhatikannya sejak tadi.
"Mbak," panggil Badai.<
Badai dan Allura sedang asyik membahas kajian rohani bersama. Mereka berdua semakin dekat dengan membahas segala hal yang bersifat agamis. Badai juga banyak belajar tentang agama Islam dari Allura. Tak jarang mereka bertukar pendapat dan sharing-sharing perihal suatu permasalahan. Saat Badai hendak membahas pernikahannya dengan Allura, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu."Mbak Allura ... Mbak izinkan saya masuk ...." Suara seorang perempuan yang sedang menangis terisak-isak memanggil nama Allura dari seberang sana.Allura terkejut dan bingung mendengar suara perempuan itu. Ia saling bertukar pandang dengan Badai yang juga sama bingungnya dengan Allura."Iya, silahkan masuk."Seorang wanita dengan rambut terurai degan sedikit acak-acaka baru saja membuka pintu hingga menampakkan wajahnya dengan jelas. Kedua mata yang sembab memancarkan betapa hancur dan sedihnya ia sekarang. Allura semakin terkejut saat menyadari siapa wanita yang kini berada di d
Rayan POVAku tidak bisa tidur semalaman setelah apa yang aku lihat di taman rumah sakit pagi tadi. Masih saja bayang-bayang Allura dan Badai yang tersenyum bahagia bersama melintas di pikiranku. Aku merasa benar-benar marah, tapi apa dayaku? Aku hanya mantan suaminya dan ia lebih bahagia bersama pria itu. Apa yang sebenarnya sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini? Kenapa kehidupan pernikahanku dengan Allura yang bahagia kini berubah menjadi mimpi buruk untukku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengubah semuanya kembali seperti semula. Aku sangat ingin memutar balik waktu dan mengembalikan Allura ke dalam pelukanku.Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap untuk menuju rumah sakit. Benar, aku tidak bisa membiarkan hatiku terus bertanya-tanya seperti ini. Aku ingin Allura kembali, hanya Allura. Tanpa aku sadari ada seorang wanita yang sejak tadi memerhatikanku. Ya, hatiku selalu menolak keberadaan Safiya yang statusnya adalah istriku. Bagaim
Badai selalu ada untuk Allura, bagaimana pun bagi Badai Allura harus ia jaga, karena kalau bukan dirinya, dia tidak akan tahu siapa lagi yang ada untuk membantu Allura. Allura pun bahagia dengan sederhananya Badai memperlakukan dirinya, meski dirinya tidak pernah meminta untuk Badai memerhatikannya seperti yang Badai lakukan sekarang kepadanya.Menurut Badai Allura harus selalu aman, karena sekarang di tubuh Allura bukan hanya ada nyawa dirinya tapi juga nyawa dari kandungan yang akan segera lahir dan melihat dunia. Meski bagi badai dunia yang ia lihat sekarang atau di masa lalu tidak ada hal indah yang dapat ia lihat, mungkin hanya sesekali dan sisanya adalah penderitaan yang lebih sering hinggap di dunianya Badai.Meski Badai tidak pernah merasa menyesal apapun akan hal itu, karena Badai tahu semua yang terjadi adalah sudah memang ditakdirkan untuknya, dan setiap yang terjadi pasti ada hikmah di dalamnya, Badai tahu itu. Dan ia lebih tahu semua yang had
Badai langsung menggendong Allura, dia membawa mobil dan menyuruh Safiya membantunya untuk meletakkan Allura ke dalam mobil dengan aman. Safiya mengunggut pelan karena saat ini Allura harus segera ditangani dengan cepat.Badai segera meninggalkan rumah dan Rayan yang masih duduk terdiam namun juga bangkit menaiki kenderaannya dan menyusul mobil Badai, dengan sangat cepat yang menuju ke arah Rumah Sakit.Karena sudah ditelepon Safiya, Rumah Sakit sudah menyediakan troli dorong untuk memandu Allura yang akan dibawa ke UGD (Unit Gawat Darurat) Badai menemani Allura sedangkan Safiya menitipkan Allura kepada Badai karena ada suatu hal yang harus Safiya kerjakan dan tidak bisa ia tinggalkan, ia pun dengan berat hati meninggalkan Rumah Sakit.“Badai, titip Allura ya. btw terima kasih sudah membela aku dan memberi Rayan pelajaran atas rasa egoisnya,” ucap Safiya pelan sambil mengangkat tasnya untuk ia bawa ke tempat kerjanya.Badai menggelengkan kepal
Dengan harapan Dokter bisa menyelamatkan apa yang memang bisa diselamatkan Rayan dan Badai hanya bisa terus berharap dan berdoa semuanya bisa berakhir indah, meski hal yang mereka harapkan mungkin sangat bertolak belakang dengan situasi yang terjadi sekarang.Dokter menerima tawaran kalau dirinya lah yang akan menentukan, tidak menentukan tapi memberikan celah kepada yang memang bisa diselamatkan, namun tidak mengurangi perhatian kepada yang memang seharusnya tidak bisa diselamatkan, semuanya akan diperlakukan sama adil karena semua nyawa layak untuk diselamatkan tidak ada yang tidak layak.“Badai … gua enggak yakin,” lirih Rayan yang bangkit dari duduk kemudian berjalan memutar-mutar kebiasaan dirinya ketika panik, Rayan sangat panik terlihat dari mana pun dirinya sangat gelisah.“Tenang … Allah akan selalu bersama Allura, Rayan,” ucap Badai yang ingin menenangkan Rayan, namun tidak ada tanda-tanda kalau Rayan
Langit sangat terang, memberi kenyamanan yang sangat nyaman dan sangat tenang. Awan-awan yang bentuknya selalu saja tidak beraturan menambah kesan bahwa langit memengla seperti itu, walau tidak tertata dengan rapi, ia tetap begitu jika dipandang, sombong sekali namun begitu indah.Allura terus berjalan dengan hatinya yang resah dan gelisah, matanya nanar dan wajahnya menunjukkan nelangsa yang paling dalam, membayangan apa tempat indah ini yang dinamakan semua orang dengan nama surga, sungguh indah dan ini memang menenangkan, namun dengan keadaan yang sekarang rasanya mustahil bisa menikmati apa yang dilihat mata.Pohon-pohon menjulang tinggi, begitu rimbun namun tidak terlihat begitu liar semua burung-burung berkicau tiada henti, berkicau seakan menunjukkan jalan yang menuntun Allura hingga berjalan menapaki jalan setapak yang tidak begitu besar dan luas hanya jalan setapak biasa yang seperti telah sering dilalui oleh orang lain.Rambutnya putih, s
Setelah hari kesekian hari Allura sudah tidak dapat menahan lagi untuk tidak menggendong anaknya, bagi Allura tidak diperbolehkan memberikan asi saja kepada anak perempuannya itu sudah cukup membuat hatinya sakit, karena tubuhnya yang lemah membuat Dokter Albert terpaksa tidak mengizinkan Allura untuk melakukan aktivitas berat, termasuk menyusui.Allura terus memaksa Dokter Albert untuk mengizinkan menggendong bayinya setiap kali Dokter Albert memeriksa keadaan Allura dan memberikan obat. Dokter Albert sebenarnya juga sudah sering kali menjelaskan kepada Allura kalau dirinya adalah pasien yang layak diurus bukan malah juga mengurus orang lain juga di saat yang sekarang, namun dengan keuletannya meminta setiap hari kepada Dokter Albert dan berulang kali juga Dokter Albert menasehati Allura untuk jangan melakukan hal yang berlebihan dulu.Dan hari ini Dokter Albert menyerah. “Sudah saya bilangin juga, Allura itu orangnya batu dia kalau mau sesuatu itu
Allura ketagihan dalam menggendong anaknya sendiri meski masih tidak diberi izin untuk memberi asi sampai sekarang, namun itu tidak menjadi masalah bagi Allura selama ia masih bisa selalu dekat dengan Almira, nama yang diberikan olahnya kepada anaknya yang disarankan oleh Dokter Albert.Badai selalu datang ke Rumah Sakit namun tidak pernah ia memasuki ruangan perawatan Allura lagi, hanya sesekali menjenguk di kaca yang menjadi sarana untuk melihat pasien yang berada di dalam ruangan untuk menjalani perawatan.Badai sebanarnya sangat ingin masuk dan ikut bercanda ria saat Allura dan anaknya kelihatan bersenang-senang. Badai terus menahan dirinya agar Allura bisa menikmati waktu maksimalnya bersama anaknya karena Badai tidak akan pernah tahu kapan kondisi Allura akan turun kembali, karena kondisi Allura selalu tidak dapat diprediksi.“Badai!” panggil Allura, tapat saat Badai sedikit menjenguk dari kaca yang membuat Badai menghentikan lang
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tidak terlalu cepat jaraknya sejak Rayan datang ke rumah orang tua Allura di kampung halamannya yang lumayan jauh jaraknya dari Jakarta. Pernikahan digelar di kampung saja karena Rayan sangat-sangat menghargai keputusan ibu dan ayah Allura yang ingin menjalankan tradisi adat di kampung beliau juga, ibu dan ayah Rayan tidak keberatan dengan hal itu karena menurut mereka apapun yang membuat anaknya bahagia maka biarlah seperti itu.Allura sudah mandi kembang di pagi-pagi hari sekali sesuai adat kampungnya, tidak ada yang menyalahi syariat dalam ajaran agama Islam menurut Rayan juga Allura karena itulah kedua sama-sama yakini.Acara pernikahan akan dilaksanakan pagi hari sekali di aula perkampungan. Seluruh warga di kampung sangat bersyukur dapat juga berpartisipasi dalam menyiapkan aula kampung sebagai tepat ijab kabul nanti dilakukan.Suasana kampung sangat meriah di hari sebelum hari pernikahan ini. Ada yang memasak, merapikan
Jujur saja seperti tidak ada pilihan yang tepat selain jawaban iya dari Allura karena memang itulah yang sekarang ada di hatinya. Rayan benar-benar mengagetkannya dengan lamaran yang mendadak ini dan mengatakan akan melakukan semuanya dalam waktu cepat, jika tidak ada yang sedang ditunggu-tunggu dan jika bisa.Saat ini hatinya benar-benar sedang berbunga-bunga karena Rayan akhirnya melamarnya dan mengatakan akan segera juga menyampaikan niat baiknya kepada keluarganya Allura di kampung.Seusai ke area panahan pun Rayan mengajak Allura ke tempat makan di kapal yang ada di tengah sungai tidak jauh dari tempat panahan itu. Allura masih dalam mode diam yang senang, tidak bisa merespon apapun yang sedang Rayan ingin lakukan dengannya.“Allura,” panggil Rayan sambil sedikit menepuk pundak Allura hingga gadis yang sudah mengetahui perasaannya juga tujuannya untuk masa depannya itu menoleh ke arahnya.Masih gugup, masih sangat gugup.
Sudah sejak ia bertemu Allura Rayan memikirkan banyak cara untuk memberi Allura sesuatu yang mengejutkan di kehidupan Allura.Ingin sekali Rayan selalu memberi kebahagiaan kepada Allura yang saat ini sedang menghiasi pikirannya di setiap malam yang kini selalu terasa panjang karena rindu.Seminggu sudah Rayan menyiapkan satu kejutan besar untuk Alluara. Harinya telah tiba, hari di mana Rayan akan memberi Allura sesuatu yang sepertinya akan terjalin seumur hidupnya, rencana Rayan.Semuanya Rayan lakukan sangat rahasia, karena Rayan ingin menjadi satu hal yang paling membahagiakan di hidup Allura. Rayan selalu berpikir itulah tujuannya kanapa dirinya selalu bernafas hingga saat ini.Rayan sudah janjian dengan Allura tiga hari yang lalu, ketika Rayan sudah yakin kalau kejutannya sudah siap.Kebetulan sekali Allura tertarik kepada panahan, Rayan mengajaknya ke tempat panahan yang berada di taman yang cukup indah, Taman Cornalia yang berte
Hari nampak mendung kebetulan yang sangat langka kembali terjadi, ini seakan pertemuannya yang pertama dengan Allura. namun kali ini tidak sama dengan kali pertama karena Rayan sudah banyak sekali mengetahui tentang kehidupan Allura dengan baik, bahkan dengan sangat baik. “Hay,” sapa Rayan kepapa Allura yang tengah berdiri seperti biasa menunggu bus yang tak kunjung datang. “Masih jadi misteri ya, Rayan.” Allura tiba-tiba mulai berkata namun terhenti setelah melihat wajahnya. Rayan bertanya, “Misteri, kenapa?” Allura malah tersenyum. “Ini … kenapa setiap mendung busnya telat datang, padahal kan semua orang kalau sudah mendung seperti ini pasti tergesa-gesa dan menjadi cepat kerena takut nanti hujan. Lah, coba lihat bus yang sekarang tidak ada di sini, ini sudah melanggar etika duniawi. Busnya malah telat datang. Aneh sekali, bukan?” tanya Allura kepada Rayan yang sangat tertawa karena Allura yang tidak seperti biasanya memikirkan hal ya
Rayan dan Allura sudah jarang bertemu untuk jalan-jalan bersama semenjak keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Namun, keduanya masih sempat mengirim kabar melalu pesan singkat ataupun telepon suara. Allura kini sudah bisa memaklumi kalau Rayan begitu sibuk dan kadang tidak membalas pesannya walaupun masih dengan sedikit rasa kesal karena terabaikan. Ia juga masih sering curhat perihal Rayan pada Jena. Tentu saja Jena sebagai wanita yang lebih berpengalaman dalam hal pacaran daripada Allura pun memberinya banyak saran dan masukan. Walau terkadang saran dari Jena itu agak melenceng dan berbau hal-hal dewasa, tetapi Allura bisa memilahnya. Ia juga paham bagaimana sifat sahabatnya yang satu itu.Allura sangat senang karena ia baru saja mendapatkan kenaikan gaji setelah bekerja begitu keras. Ia sangat ingin membagi kebahagiaannya itu bersama Rayan. Saat itulah muncul ide untuk memberi sang kekasih kejutan. Allura berniat untuk datang ke rumah Rayan tanpa sepengetahuannya. U
"Jen, tanganmu kok jadi kekar begini sih? Kamu sering olahraga, ya?" tanya Allura memandang ke arah bawah tempat ia mengambil biji popcornnya. Ia merasa takut ketika tangan itu bukanlah tangan putih susu milik Jena. Melainkan tangan dengan warna tone yang lebih gelap.Allura langsung mengarahkan pandangannya ke samping. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui pemilik tangan itu bukanlah Jena. Pemilik tangan itu langsung tersenyum lebar ketika Allura memandangnya dengan tatapan terkejut. Mungkin jantungnya sudah hampir copot saat itu."Apa kabar, sayang?" tanya Rayan dengan senyum yang masih mengembang."Uhuk uhuk!" Allura langsung tersedak popcorn yang baru saja ia telan. Bagaimana bisa teman kostnya berubah menjadi Rayan?"Hei, pelan-pelan kalau makan. Ini minumlah," Rayan menyodorkan minuman lemon tea yang sudah ia beli sebelum masuk ke bioskop. "Kalau makan juga jangan sambil berbicara, yang ada kamu akan tersedak seperti ini."'Astaga bisa-bisa
Pagi-pagi sekali Allura sudah terbangun untuk memeriksa ponselnya. Padahal ini hari weekend, tidak biasanya ia bangun sepagi itu, terlebih langsung memeriksa ponselnya. Penyebab perubahan tingkah laku Allura itu tak lain adalah Rayan kekasihnya. Sudah beberapa hari ini Rayan tidak membalas pesan dari Allura. Ia tahu kalau Rayan sedang sibuk, tetapi apakah begitu sibuknya sampai tidak bisa mengirim satu pesan pun pada pacarnya sendiri?Dengan kesal Allura melempar ponselnya sembarangan ke kasur. Kemudian menenggelamkan kepalanya di bawah tumpukan bantal. Mencoba untuk memejamkan matanya kembali lalu menikmati kebahagiaan di alam mimpi. Daripada menunggu kabar dari Rayan yang seperti menunggu Bang Toyib pulang saja."Arrgghh!" teriak Allura frustasi. Ia tidak bisa begini terus. Mencoba tidur pun gagal ketika pikirannya hanya terus diisi oleh Rayan. "Aku harus bagaimana untuk menghilangkannya dari kepalaku?" tanya Allura sembari memegangi keningnya.
"Gadis yang aku sukai itu kamu, Allura," ucap Rayan sembari menyerahkan buket mawarnya pada Allura. "Aku sudah jatuh hati padamu sejak awal pertemuan kita. Bagaimana aku bisa melakukan saran yang kamu berikan tadi kalau gadis yang aku sukai itu adalah kamu?"Tiap kata yang dikeluarkan oleh Rayan saat itu bak mantra sihir yang bisa membuat orang menjadi patung. Begitulah yang dialami Allura sekarang, hanya diam tak bergerak. Betapa ia merasa malu karena sudah bertingkah sangat bodoh di depan Rayan saat itu. Semburat merah langsung terpampang jelas di permukaan pipinya. Ia sudah tidak bisa menahan lagi desiran hangat itu. Sebelum Rayan mengatakan hal yang lebih lanjut lagi, cepat-cepat Allura menghabiskan makanan penutupnya.Rayan bingung ia harus bersikap bagaimana. Jelas-jelas sang gadis sedang merasa malu karena sikapnya sendiri, tetapi Rayan tidak bermaksud untuk seperti itu. Sikap Allura yang salah tingkah pun tampak menggemaskan bagi Rayan. Sampai-sampai ia sangat
Satu pekan sudah berlalu, keadaan Ayah Allura pun sudah membaik. Itu berarti saatnya Allura kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selama perjalanan pulang pikiran Allura selalu terganggu dengan satu lelaki yang belakangan ini memang sering berada di kepalanya. Hatinya gelisah ketika memikirkan wanita yang disukai oleh Rayan. Ia tak ada niat untuk berharap lebih, tetapi apalah daya jika hati tak sanggup tuk berdusta. Allura sudah terlanjur memiliki perasaan pada Rayan, tetapi Rayan malah menyukai wanita lain–begitu pikirnya.Melihat pemandangan melalu jendela adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika pemandangan seperti desa tempat Allura dibesarkan. Namun, tatapan Allura hanya kosong seolah tak menikmati pemandangan yang ditangkap oleh netranya."Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lagi pula dia pasti sedang memikirkan gadis yang disukainya," gumam Allura yang masih saja menatap kosong ke arah luar.Beberapa menit berlalu Allura masih saja memikirkan Raya