"Jangan menyerah, Mas. Ayo kita cari ke tempat selanjutnya," ajak Safiya pada Rayan yang bersender pada pintu mobilnya. Rasanya ia enggan masuk ke dalam mobil lantaran bingung harus mencari Allura ke mana sekarang.
"Aku benar-benar mengkhawatirkannya. Bagaimana kondisinya sekarang? Apa dia sudah makan? Kenapa dia tidak menghubungiku sama sekali? Bagaimana kalau hal buruk sedang menimpanya?"
"Sssttt, Mas Rayan tidak boleh berpikiran seperti itu. Kita harus percaya kalau Mbak Allura baik-baik saja sampai kita bertemu dengannya. Aku tahu Mbak Allura adalah wanita yang tangguh." Safiya tersenyum dan menguatkan bahu Rayan.
"Huft, baiklah."
"Ayo." Safiya mengisyaratkan untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Tapi aku masih tidak tahu kita harus mencari Allura ke mana."
"Mmm." Safiya menempelkan ibu jari dan jari telunjuknya di dagu. "Sepertinya Mbak Allura pernah bilang kalau kalian adalah teman kuliah dulu. Apa kalian tida
Badai terbangun. Ia langsung melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul empat pagi. Ia melihat Allura masih tertidur pulas. Badai hendak keluar ruangan dan pergi untuk membelikan beberapa roti untuk Allura. Badai pikir kalau Allura mungkin bosan dengan masakan rumah sakit. Ia pun pergi dan menyuruh seorang perawat untuk menjaga Allura selagi ia pergi. Sebelum benar-benar pergi, tentu saja Badai membersihkan dirinya terlebih dahulu.Badai pergi ke swalayan dekat rumah sakit. Ia tidak perlu menggunakan mobilnya untuk sampai di swalayan itu. Hitung-hitung olahraga pagi dan menikmati sunrise yang indah. Sesekali Badai mengambil beberapa gambar langit yang mulai menguning itu. Hobi memotretnya tidak akan diam saja jika melihat pemandangan seindah itu. Apa lagi dengan keahlian fotografernya Badai bisa mengambil foto yang sangat memukau.Setelah membeli beberapa roti dan juz, Badai langsung memberikannya pada
Dear Diary ....Aku tidak tahu tentang perasaanku sendiri. Aku merasa benar-benar sudah jatuhhati padanya. Tetapi aku tidak yakin akan itu. Aku takut ... takut jika cintaku akan bertepuk sebelah tangan lagi. Takut kisah cintaku kali ini pun akan gagal. Benarkah ini semua takdirku?Parahnya sekarang aku mencintai seorang lelaki yang sudah memiliki istri. Kau tahu? Dia sangat mencintai istrinya itu. Dia begitu cemasnya untuk menemukan istrinya. Ia bahkan tidak peduli akan makanan maupun wakti istirahatnya. Dan bodohnya aku, aku mengingatkan dan menemaninya layaknya seorang istri. Bahkan aku selalu memasakkan makanan untuknya beberapa hari terakhir ini.Jujur saja aku senang bisa bersamanya. Namun, aku pun merasa khawatir akan kepergian Mbak Allura. Mungkinkah ini bagian dari rencananya? Pergi selamanya tanpa berpamitan? Lalu Mas Rayan akan semakin dekat denganku dan menikah denganku? Astaga, pikiranku memang sudah gila. Tetapi kenapa ak
Rayan membukakan pintu mobil untuk Allura. Sedangkan Safiya hanya melihat kejadian itu dengan perasaan campur aduk. Rayan dan Allura duduk di bangku depan. Sedangkan Safiya di belakang. Melihat pasangan suami istri itu pasti membuatnya merasa tidak nyaman. Apa lagi suasana menjadi canggung karena tidak ada yang memulai percakapan sama sekali. Rayan tampak serius menyetir dan tidak berniat mengatakan apa pun. Sedangkan Allura dan Safiya sama-sama tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Kejadian yang terjadi terakhir kali membuat mereka bertiga menjadi enggan untuk bicara. Takut salah bicara lalu memicu perdebatan maupun kejadian yang tidak diinginkan. Setelah melewati waktu yang terasa sangat lambat, sampailah mereka bertiga di tempat tujuan. Masih dengan hal yang sama, Rayan membukakan pintu untuk Allura dan membantunya berjalan masuk ke dalam rumah. Rayan kembali keluar untuk memarkirkan mobilnya. Ia lupa kalau masih ada mobil
Hari-hari yang menegangkan telah berlalu. Rayan dan Allura kembali menjalani hari-hari sebagai suami istri dengan bahagia. Mereka berdua sudah melupakan semua masalah yang sudah terjadi. Saling memaafkan dan kembali beraktifitas dengan penuh cinta. Rayan semakin perhatian pada istrinya, begitu pun Allura yang semakin mencintai Rayan. Tidak hanya itu, mereka berdua pun kembali memperbaiki pribadi masing-masing sebagai umat islam. Seperti pagi buta tadi, Allura membangunkan Rayan untuk sholat subuh berjamaah.Allura terbangun seperti biasa setiap jam tiga pagi. Wanita itu memang rutin bangun tanpa menggunakan alarm. Mungkin Allah memang sangat menyayanginya sehingga Allura selalu dibangunkan sebelum adzan subuh berkumandang."Sayang ... bangun, sebentar lagi azdan subuh." Allura menepuk lembut pundak suaminya. Ia mengalihkan tangannya untuk menyisir rambut Rayan menggunakan jemarinya."Mmm," gumam Rayan.
Masih dengan keadaan memar di wajah sebelah kiri --karena pukulan Rayan yang membabi buta-- Badai pergi menemui pamannya. Dia harus tahu bagaimana kondisi Allura saat ini. Apa wanita itu masih bisa bertahan. Berapa kemungkinan waktu untuk Allura bisa berada di dunia ini. Sungguh, jika mengingat keputusan bodoh Allura --menurut Badai-- dia sangat kesal. Apalagi laki-laki yang dicintai oleh Allura sangat tidak pantas mendapatkan pengorbanan sebesar itu. Lagi-lagi, ini menurut Badai.Dengan napas memburu, Badai mengetuk pintu ruangan pamannya.Tok tok tok!"Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam sana. Badai menghela napas sebelum memutar kenop lalu mendorong benda yang terbuat dari kayu itu."Badai?" Dokter Albert cukup terkejut melihat keponakannya. Bukan karena Badai tak pernah menemuinya --justru sebaliknya-- melainkan sesuatu yang baru di wajah Badai mencuri perhatiannya. "Kenapa dengan wajahmu? Kau berkelahi?" Dokter Albert lan
Pulang dari pemotretan yang sama sekali tidak menghasilkan apa pun, Badai tidak langsung ke apartemennya, dia justru pergi ke klub malam untuk menghilangkan pikiran tentang Allura yang terus mengisi kepalanya.Kebetulan tadi ---Ibnu--- sahabat karibnya menghubungi, Badai segera membawa mobilnya untuk membelah jalanan malam Jakarta.Suara dentuman musik yang memekakkan telinga mengisi seluruh ruangan itu. Lampu kerlap-kerlip seakan menambah semaraknya malam. Semakin waktu menuju pagi, semakin meriah pula keadaannya, orang-orang yang terbiasa bergumul dalam kepenatan hidup seakan memenuhi tempat itu hanya untuk sekedar menenangkan pikiran. Termasuk Badai. Dia menatap lega saat melihat Ibnu datang lebih dulu darinya, hingga ia langsung menghampirinya."Bro! Sudah lama?!" tanyanya sambil memukul pelan punggung Ibnu dengan suara yang cukup keras.Ibnu menoleh sebentar lalu tersenyum dan menyambut uluran tangan Badai."Belum l
Karena Ibnu tahu Badai sudah sangat mabuk, dia memutuskan berhenti minum saat kesadarannya masih ada. Karena itu, ketika Badai sudah benar-benar teler, dia membawa temannya itu untuk pulang. Mencari kunci mobil Badai, Ibnu segera mengambil alih kendaraan beroda empat itu. Dia sengaja menelepon sopir bayaran untuk mengantar mobilnya sendiri ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, dia melihat Badai setengah tidur. Jalanan malam cukup lengang hingga tak ada kendala berarti untuk mereka segera sampai di apartemen milik Badai. Namun, saat memasuki apartemen itu, Badai menolak saat Ibnu hendak memapahnya ke dalam kamar, dia meminta duduk di sofa ruang tamu saja. Maka dengan baik hatinya, Ibnu melakukan itu. Dia juga segera mengambilkan Badai air putih di dapur. Sayangnya, saat dia kembali Badai tengah sibuk mengotak-atik ponselnya hingga mengabaikan Ibnu. Entah apa yang tengah dia lakukan, yang pasti Ibnu pikir Badai sudah baik-baik saja. "Badai
Allura baru saja mengantar suaminya ke depan rumah untuk berangkat kerja setelah menyiapkan serta menemaninya sarapan. Sebagai istri yang baik, dia memeluk serta mencium punggung tangan Rayan hingga membuat suaminya memberikan kecupan sayang di dahinya. "Mas, berangkat dulu ya, Sayang?" Allura mengangguk lalu melambaikan tangan saat mobil Rayan membawanya meninggalkan pekarangan rumah mereka. Dengan wajah sendu, Allura memasuki rumah kembali. Lalu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, tapi notifikasi yang ia lihat pertama kali adalah pesan dari Badai. Allura mengernyit, namun dia mencoba untuk membukanya. Terdapat banyak sekali permintaan maaf dari Badai yang mengatakan bahwa laki-laki itu tidak bermaksud apa pun dengan mengirimkan chat serta voice note. Semalam dia sedang mabuk hingga mengirim pesan tidak jelas. Yang membuat Allura tiba-tiba tersenyum adalah, penjelasan Badai yang mengatakan jika
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tidak terlalu cepat jaraknya sejak Rayan datang ke rumah orang tua Allura di kampung halamannya yang lumayan jauh jaraknya dari Jakarta. Pernikahan digelar di kampung saja karena Rayan sangat-sangat menghargai keputusan ibu dan ayah Allura yang ingin menjalankan tradisi adat di kampung beliau juga, ibu dan ayah Rayan tidak keberatan dengan hal itu karena menurut mereka apapun yang membuat anaknya bahagia maka biarlah seperti itu.Allura sudah mandi kembang di pagi-pagi hari sekali sesuai adat kampungnya, tidak ada yang menyalahi syariat dalam ajaran agama Islam menurut Rayan juga Allura karena itulah kedua sama-sama yakini.Acara pernikahan akan dilaksanakan pagi hari sekali di aula perkampungan. Seluruh warga di kampung sangat bersyukur dapat juga berpartisipasi dalam menyiapkan aula kampung sebagai tepat ijab kabul nanti dilakukan.Suasana kampung sangat meriah di hari sebelum hari pernikahan ini. Ada yang memasak, merapikan
Jujur saja seperti tidak ada pilihan yang tepat selain jawaban iya dari Allura karena memang itulah yang sekarang ada di hatinya. Rayan benar-benar mengagetkannya dengan lamaran yang mendadak ini dan mengatakan akan melakukan semuanya dalam waktu cepat, jika tidak ada yang sedang ditunggu-tunggu dan jika bisa.Saat ini hatinya benar-benar sedang berbunga-bunga karena Rayan akhirnya melamarnya dan mengatakan akan segera juga menyampaikan niat baiknya kepada keluarganya Allura di kampung.Seusai ke area panahan pun Rayan mengajak Allura ke tempat makan di kapal yang ada di tengah sungai tidak jauh dari tempat panahan itu. Allura masih dalam mode diam yang senang, tidak bisa merespon apapun yang sedang Rayan ingin lakukan dengannya.“Allura,” panggil Rayan sambil sedikit menepuk pundak Allura hingga gadis yang sudah mengetahui perasaannya juga tujuannya untuk masa depannya itu menoleh ke arahnya.Masih gugup, masih sangat gugup.
Sudah sejak ia bertemu Allura Rayan memikirkan banyak cara untuk memberi Allura sesuatu yang mengejutkan di kehidupan Allura.Ingin sekali Rayan selalu memberi kebahagiaan kepada Allura yang saat ini sedang menghiasi pikirannya di setiap malam yang kini selalu terasa panjang karena rindu.Seminggu sudah Rayan menyiapkan satu kejutan besar untuk Alluara. Harinya telah tiba, hari di mana Rayan akan memberi Allura sesuatu yang sepertinya akan terjalin seumur hidupnya, rencana Rayan.Semuanya Rayan lakukan sangat rahasia, karena Rayan ingin menjadi satu hal yang paling membahagiakan di hidup Allura. Rayan selalu berpikir itulah tujuannya kanapa dirinya selalu bernafas hingga saat ini.Rayan sudah janjian dengan Allura tiga hari yang lalu, ketika Rayan sudah yakin kalau kejutannya sudah siap.Kebetulan sekali Allura tertarik kepada panahan, Rayan mengajaknya ke tempat panahan yang berada di taman yang cukup indah, Taman Cornalia yang berte
Hari nampak mendung kebetulan yang sangat langka kembali terjadi, ini seakan pertemuannya yang pertama dengan Allura. namun kali ini tidak sama dengan kali pertama karena Rayan sudah banyak sekali mengetahui tentang kehidupan Allura dengan baik, bahkan dengan sangat baik. “Hay,” sapa Rayan kepapa Allura yang tengah berdiri seperti biasa menunggu bus yang tak kunjung datang. “Masih jadi misteri ya, Rayan.” Allura tiba-tiba mulai berkata namun terhenti setelah melihat wajahnya. Rayan bertanya, “Misteri, kenapa?” Allura malah tersenyum. “Ini … kenapa setiap mendung busnya telat datang, padahal kan semua orang kalau sudah mendung seperti ini pasti tergesa-gesa dan menjadi cepat kerena takut nanti hujan. Lah, coba lihat bus yang sekarang tidak ada di sini, ini sudah melanggar etika duniawi. Busnya malah telat datang. Aneh sekali, bukan?” tanya Allura kepada Rayan yang sangat tertawa karena Allura yang tidak seperti biasanya memikirkan hal ya
Rayan dan Allura sudah jarang bertemu untuk jalan-jalan bersama semenjak keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Namun, keduanya masih sempat mengirim kabar melalu pesan singkat ataupun telepon suara. Allura kini sudah bisa memaklumi kalau Rayan begitu sibuk dan kadang tidak membalas pesannya walaupun masih dengan sedikit rasa kesal karena terabaikan. Ia juga masih sering curhat perihal Rayan pada Jena. Tentu saja Jena sebagai wanita yang lebih berpengalaman dalam hal pacaran daripada Allura pun memberinya banyak saran dan masukan. Walau terkadang saran dari Jena itu agak melenceng dan berbau hal-hal dewasa, tetapi Allura bisa memilahnya. Ia juga paham bagaimana sifat sahabatnya yang satu itu.Allura sangat senang karena ia baru saja mendapatkan kenaikan gaji setelah bekerja begitu keras. Ia sangat ingin membagi kebahagiaannya itu bersama Rayan. Saat itulah muncul ide untuk memberi sang kekasih kejutan. Allura berniat untuk datang ke rumah Rayan tanpa sepengetahuannya. U
"Jen, tanganmu kok jadi kekar begini sih? Kamu sering olahraga, ya?" tanya Allura memandang ke arah bawah tempat ia mengambil biji popcornnya. Ia merasa takut ketika tangan itu bukanlah tangan putih susu milik Jena. Melainkan tangan dengan warna tone yang lebih gelap.Allura langsung mengarahkan pandangannya ke samping. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui pemilik tangan itu bukanlah Jena. Pemilik tangan itu langsung tersenyum lebar ketika Allura memandangnya dengan tatapan terkejut. Mungkin jantungnya sudah hampir copot saat itu."Apa kabar, sayang?" tanya Rayan dengan senyum yang masih mengembang."Uhuk uhuk!" Allura langsung tersedak popcorn yang baru saja ia telan. Bagaimana bisa teman kostnya berubah menjadi Rayan?"Hei, pelan-pelan kalau makan. Ini minumlah," Rayan menyodorkan minuman lemon tea yang sudah ia beli sebelum masuk ke bioskop. "Kalau makan juga jangan sambil berbicara, yang ada kamu akan tersedak seperti ini."'Astaga bisa-bisa
Pagi-pagi sekali Allura sudah terbangun untuk memeriksa ponselnya. Padahal ini hari weekend, tidak biasanya ia bangun sepagi itu, terlebih langsung memeriksa ponselnya. Penyebab perubahan tingkah laku Allura itu tak lain adalah Rayan kekasihnya. Sudah beberapa hari ini Rayan tidak membalas pesan dari Allura. Ia tahu kalau Rayan sedang sibuk, tetapi apakah begitu sibuknya sampai tidak bisa mengirim satu pesan pun pada pacarnya sendiri?Dengan kesal Allura melempar ponselnya sembarangan ke kasur. Kemudian menenggelamkan kepalanya di bawah tumpukan bantal. Mencoba untuk memejamkan matanya kembali lalu menikmati kebahagiaan di alam mimpi. Daripada menunggu kabar dari Rayan yang seperti menunggu Bang Toyib pulang saja."Arrgghh!" teriak Allura frustasi. Ia tidak bisa begini terus. Mencoba tidur pun gagal ketika pikirannya hanya terus diisi oleh Rayan. "Aku harus bagaimana untuk menghilangkannya dari kepalaku?" tanya Allura sembari memegangi keningnya.
"Gadis yang aku sukai itu kamu, Allura," ucap Rayan sembari menyerahkan buket mawarnya pada Allura. "Aku sudah jatuh hati padamu sejak awal pertemuan kita. Bagaimana aku bisa melakukan saran yang kamu berikan tadi kalau gadis yang aku sukai itu adalah kamu?"Tiap kata yang dikeluarkan oleh Rayan saat itu bak mantra sihir yang bisa membuat orang menjadi patung. Begitulah yang dialami Allura sekarang, hanya diam tak bergerak. Betapa ia merasa malu karena sudah bertingkah sangat bodoh di depan Rayan saat itu. Semburat merah langsung terpampang jelas di permukaan pipinya. Ia sudah tidak bisa menahan lagi desiran hangat itu. Sebelum Rayan mengatakan hal yang lebih lanjut lagi, cepat-cepat Allura menghabiskan makanan penutupnya.Rayan bingung ia harus bersikap bagaimana. Jelas-jelas sang gadis sedang merasa malu karena sikapnya sendiri, tetapi Rayan tidak bermaksud untuk seperti itu. Sikap Allura yang salah tingkah pun tampak menggemaskan bagi Rayan. Sampai-sampai ia sangat
Satu pekan sudah berlalu, keadaan Ayah Allura pun sudah membaik. Itu berarti saatnya Allura kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selama perjalanan pulang pikiran Allura selalu terganggu dengan satu lelaki yang belakangan ini memang sering berada di kepalanya. Hatinya gelisah ketika memikirkan wanita yang disukai oleh Rayan. Ia tak ada niat untuk berharap lebih, tetapi apalah daya jika hati tak sanggup tuk berdusta. Allura sudah terlanjur memiliki perasaan pada Rayan, tetapi Rayan malah menyukai wanita lain–begitu pikirnya.Melihat pemandangan melalu jendela adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika pemandangan seperti desa tempat Allura dibesarkan. Namun, tatapan Allura hanya kosong seolah tak menikmati pemandangan yang ditangkap oleh netranya."Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lagi pula dia pasti sedang memikirkan gadis yang disukainya," gumam Allura yang masih saja menatap kosong ke arah luar.Beberapa menit berlalu Allura masih saja memikirkan Raya