Sebenarnya, perjamuan malam ini diadakan oleh bibi keduanya yang menjadi wakil wali kota Jakarta. Selain Hendra, keluarga Alfandy tidak memiliki lelaki kedua, tetapi tidak ada wanita di keluarga Alfandy yang memiliki pekerjaan biasa-biasa saja, semuanya adalah petinggi bisnis atau bos para pejabat.Naya tidak suka keramaian dan biasanya jarang menghadiri acara seperti itu, tetapi para wanita dari keluarga Alfandy selalu bersatu, dia harus pergi ke perjamuan malam ini demi bibi keduanya. Untungnya, mereka diam-diam menikah dan tidak ada yang tahu bahwa pria itu adalah suaminya. Jika tidak, itu pasti akan mempengaruhi reputasinya."Huh!" Naya tiba-tiba mendengus dingin, berhenti menyapa siapapun dan meninggalkan ruang perjamuan di lantai pertama.Maria merasa bingung. ‘Ada apa dengannya? Tumben.’Dia tiba-tiba menebak sesuatu ketika dia mengikuti tatapan kakaknya tadi dan melihat Dimas Anggara."Priska, siapa pria itu?" Maria belum pernah melihat Dimas Anggara sebelumnya, jadi dia seger
"Karin, apakah kamu berbohong padaku?" Herlina mau tidak mau menanyai Karin, bahkan sedikit marah. "Kamu baru saja mengatakan beberapa hari yang lalu bahwa adikmu tidak pernah punya pacar, kenapa dia sudah menikah sekarang?"Karin tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum masam, "Kamu harus bertanya kepadanya tentang ini, aku juga tidak tahu apa-apa, tiba-tiba aku baru diberitahu pada beberapa hari yang lalu!""Itu ...."Herlina memandang Dimas Anggara dengan heran dan berkata dengan gemetar. "Dokter Dimas, apakah kamu melakukan pernikahan kilat?"Dimas Anggara mengangguk.Herlina bahkan lebih terkejut lagi! Dalam kesannya, Dimas Anggara adalah pria yang dewasa dan stabil, tidak dapat dibayangkan bahwa dia dapat dikaitkan dengan kata pernikahan kilat."Sudahlah, Lina, cepat bawa kami ke ruang perjamuan di lantai lain untuk melihat-lihat dunia!" Karin tersenyum sambil meCitrag lengan Herlina.Meskipun Herlina mengangguk, emosinya jelas tidak setinggi sebelumnya."Omong-omong, Lina, ap
Karena sekelompok orang Tuan Hilmi mundur dari lokasi proyek, Impact Company dapat melanjutkan konstruksi mereka dan kontribusi sebesar itu diambil oleh Citra dengan sia-sia. Jadi bos dari Impact Company memberi Citra surat undangan, memintanya untuk datang ke perjamuan malam ini, sebagai hadiah tambahan.Awalnya Citra merasa sangat bahagia malam ini, dia yang berpura-pura merasa sombong, mengambil foto dan memposting di status WhatsApp, tiba-tiba menjadi tidak bahagia lagi. Seorang pria dengan gaji tahunan 200 juta busa datang ke jamuan ini. Jika orang luar mengetahuinya, mereka pasti akan merasa jamuan ini sangat rendah!"Hei, bukankah kamu adalah Dimas Anggara, seorang dokter kelamin? Kamu bukannya memeriksa tubuh para wanita di rumah sakit, kenapa malah menyelinap ke sini untuk menikmati kemewahan?" Citra dengan sengaja berjalan ke sisi Dimas Anggara dan mencibir.Benar saja, ketika mereka mendengar bahwa ada seorang ginekolog di lantai tiga ruang perjamuan, banyak orang di sekita
“Tuan Bima?”Karin bahkan buru-buru mengalihkan pandanganya ke sana saat mendengar pergerakan semacam ini. Dia ingin melihat apakah presdir yang mendominasi telah muncul?Benar saja, terdapat seorang pria kekar berseragam militer berjalan ke arah sini dengan kepala sedikit terangkat. Di belakangnya, terdapat anak generasi kedua dari keluarga kaya lainnya. Namanya adalah Bima Setyawan, meskipun dia terlihat dewasa, dia sebenarnya baru berusia 27 tahun dan sudah menjadi perwira di wilayah militer kota Jakarta, dengan pangkat letnan junior.Ayahnya adalah seorang akademisi tingkat menengah, ibunya adalah seorang wanita dengan latar belakang pemerintah di kota Jakarta, meskipun statusnya tidak sebanding dengan bibi kedua Naya, dia masih merupakan seorang pejabat yang tinggi.Jadi Bima adalah tipikal generasi kedua, dengan status luar biasa di kota Jakarta dan banyak orang yang mengenalnya.Sekarang, orang seperti itu benar-benar muncul di aula perjamuan di lantai tiga, tentu saja dia menj
"Sialan! Cari mati, hah?!!" Bima sangat marah dan tidak bisa menahan diri untuk memukul ke arah wajah Dimas Anggara.Haaaa!Pukulannya kuat dan bertenaga! Bahkan Harry, yang jauh dari tempat kejadian, secara tidak sadar terkejut, tetapi tidak bisa menahan rasa bangga di dalam hatinya.Citra penuh dengan antisipasi, Dimas Anggara pasti akan mendapatkan masalah. Siapa yang tidak ingin dia dipukuli sampai mati oleh Bima?Brak!Tanpa diduga, saat berikutnya, Dimas Anggara menangkap tinju kuat Bima dengan satu tangan.Hati Bima tenggelam, dia diam-diam menghela napas. ‘Anak ini cukup kuat! Tinjuku, yang hanya bisa ditangkap oleh sedikit orang di ketentaraan, dapat dengan mudah ditangkap oleh anak ini?!’Priska yang telah memantau Dimas Anggara, juga diam-diam merasa kagum. “Sepertinya suami Bu Naya bukan orang biasa?”Bima berbalik mengancam sambil tersenyum sinis setelah mengetahui kehebatan Dimas Anggara. "Nak, apakah kamu benar-benar berani melawanku?""Maaf, aku sama sekali tidak terta
Citra telah menunggu kesempatan ini untuk waktu yang lama, bagaimana dia bisa melewatkan kesempatan balas dendam ini?Dia ingin melihat Dimas Anggara diusir di bawah tatapan banyak orang, itu benar-benar terasa sangat memuaskan dan dapat melampiaskan kebenciannya!"Benar sekali, lihatlah pakaiannya, jika dia berkata bahwa dia menerima surat undangan untuk datang ke perjamuan, aku tidak akan percaya meski dipukul sampai mati!"Banyak wanita di sekitar juga berbicara begitu Citra membuka mulutnya.Perjamuan semacam ini, hal yang paling tidak kurang adalah orang rendahan yang ingin menjilat orang dengan kedudukan tinggi, mereka suka menggunakan kerendahan hati orang lain untuk menonjolkan keanggunan mereka sendiri. Dimas Anggara adalah pria rendah di dalam mata mereka!"Tuan, tolong segera berikan undangannya, kalau tidak jangan salahkan kami karena bersikap tidak sopan!” Raut wajah Andri terlihat sangat dingin.Sebagai manajer perjamuan, dia benar-benar lalai jika terdapat s
"Semuanya, aku minta maaf! Akulah yang membawanya masuk!" Pada saat ini, Herlina akhirnya muncul.Terdapat keributan lain di dalam aula begitu dia muncul. Meskipun Herlina rendah hati, dia adalah putri dari keluarga Diningrat yang kaya dan tidak sedikit orang yang hadir yang mengenalnya. Dia juga merupakan orang yang cantik secara temperamental, bahkan banyak pria yang menjadi pengagumnya, banyak hati orang terasa rumit saat melihat dia muncul untuk melindungi Dimas Anggara.Dimas Anggara juga menoleh dan menemukan Herlina tersenyum padanya, senyuman yang indah dan halus seperti bunga mekar!Dimas Anggara segera menanggapi dengan senyuman. Pada saat dia sedang difitnah, wanita muda ini benar-benar berdiri untuk melindunginya, seperti menarik perahu melawan arus, dia sangat berterima kasih atas kebaikan ini."Maaf, Nona Herlina! Meskipun kamu adalah tamu terhormat di perjamuan, sayang sekali kamu tidak memenuhi syarat untuk mengundang orang luar untuk berpartisipasi!""Bukan, bukan dia
Eksekutif senior Impact Company di dekatnya dengan cepat menutup mulutnya dan menegur. "Tolong, jangan anggap ketidaktahuan sebagai kepribadianmu! Dia adalah nona ketiga dari keluarga Alfandy yang merupakan keluarga nomor satu di kota Jakarta! Perjamuan malam ini adalah untuk merayakan kenaikan bibi keduanya menjadi wakil wali kota!" "Apa? Nona ketiga dari keluarga Alfandy?!" Wajah Citra langsung memucat. Meskipun dia juga merupakan seorang karyawan tingkat rendah dan baru saja mendapatkan posisi supervisornya melalui proyek Impact Company, tetapi sebagai orang yang memiliki rasa suka terhadap kekayaan, seperti banyak wanita, dia pernah mendengar nama keluarga Alfandy ini. Dia mendengar bahwa aset keluarga Alfandy melebihi puluhan triliun, sebagai nona ketiga dari keluarga Alfandy, dia bukan seorang tuan putri, dia lebih dari seorang tuan putri di kota Jakarta! ‘Apa yang dilakukan oleh sosok wanita aristokrat di sini sekarang?!’ "N-nona …." Andri buru-buru menyapanya, hatinya suda
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i