Mata Kenzo berbinar menahan air mata. Bagaimanapun ucapan Erica menyakiti perasaannya. Namun, rasa sakit yang dirasakan Kenzo saat ini tidak seberapa, dengan luka yang Erica terima beberapa bulan yang lalu.“Erica, aku benar-benar menyesal. Aku mohon kembali padaku. Jika perlu kita kabur saja ke luar negeri.”Erica tersenyum miring mendengarnya.” Ke luar negeri, apa aku tidak salah dengar? Kamu saja kuliah masih menggunakan uang orang tua. Meskipun terkadang kamu membantu orang tuamu di kantor, uangmu tidak akan mencukupi biaya kebutuhan hidupku. Jadi sebaiknya lepaskan aku,” ucap Erica.Semua yang dikatakan Kenzo saat ini hanyalah percuma. Erica sudah lama menunggu ucapan ini keluar dari mulut Kenzo, tapi kalimat itu tidak pernah keluar saat itu. Sehingga membuat Erica yakin, kalau Kenzo memang sudah tidak mengharapkannya lagi.Erica melepaskan diri dari Kenzo.” Jika kamu masih mengejarku, aku akan sangat membencimu! Karena perasaanmu saat ini, hanya akan membawaku ke dalam kehan
Wajah Erica memerah dibuatnya, dia langsung memutar matanya dan tidak tahu apa yang dimaksudkan Leonel.“Sepertinya aku ingin buang air kecil,” kata Erica menurunkan pandangannya.“Bilang saja kalau kamu ingin melarikan diri.”Erica memutar matanya menatap Leonel.Terkejut karena Leonel bisa membaca pikirannya.“Tidak, kok, ini sungguhan.”Mata mereka saling menatap lembut, lalu Leonel menarik wajah Erica membuat Erica merasakan sakit.“Sakit,” rintihnya.“Kadang saya melihatmu seperti gadis kecil. Terkadang kamu seperti gadis dewasa, yang sok kuat. Terkadang saya tidak bisa menebak apa yang kamu pikirkan. Sebisa mungkin saya menafkahi kamu agar tidak selalu kekurangan, tapi saya juga sering melihat kamu sedih.”Erica menatap dalam-dalam mata suaminya, Leonel kembali melanjutkan ucapannya.”Terkadang saya merasa, semua yang saya miliki dan fasilitas yang saya berikan tidak mampu membuatmu bahagia.”‘Ternyata dia selalu memikirkan kebahagiaanku. Kenapa aku tidak sadar akan itu.’“Kenap
Kebencian Siska terhadap Erica semakin besar, setelah tahu Erica mengadu kepada ayahnya. Kini mau tidak mau, dia harus membayar hutang yang telah diajukannya itu.Malam itu Siska memikirkan cara untuk membayarnya, dia mencoba menghubungi kekasihnya itu. Namun, kekasihnya tidak mau memberikan uang sebanyak itu.“Apa yang harus aku lakukan,” gumam Siska tampak semakin gelisah.Dia tampak bingung harus melunasi hutangnya, dia melihat tabungannya tidak seberapa. Akhirnya dia terpaksa menggunakan sejumlah uang yang dimilikinya untuk membayar separuh hutangnya.“Erica, besok aku akan mencari dan membuat perhitungan denganmu.”Siska mengepal tangannya. Namun, sayangnya Andre melarangnya untuk keluar rumah dan selalu mengawasi Siska, dia meminta Siksa untuk introspeksi diri.Hari ini Erica sudah bersiap untuk pergi ke restoran. Dia akan menghadapi semua cibiran yang mengarah padanya.“Kamu yakin masih ingin bekerja di sana?” tanya Leonel yang sekarang berada di meja makan.“Ya. Aku akan tetap
“Siapa yang mau hidup melarat dan hanya memakan cinta. Cinta tidak cukup untuk menyelamatkan hidup. Bukan saya tidak mau hidup susah denganmu, tapi sebisa mungkin aku akan menyelamatkan kamu, agar tidak terjadi hal seperti ini.”Leonel menopang wajahnya, menatap istri kecilnya hingga tidak berkedip.“Jika pada akhirnya aku tetap jatuh miskin, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Leonel.“Aku akan tetap bersamamu. Jika memang kamu sudah tidak bisa bekerja, maka aku yang akan bekerja. Kamu hanya tinggal di rumah dan mengurus kebun saja,” kata Erica.Leonel tersenyum kecil, Erica melihat senyumannya seperti sebuah ejekan.“Karena saya sudah tua, paling nanti kamu injek-injek saya. Apa lagi kalau saya sudah berada di kursi roda kamu yang ada selingkuh dan cari pria yang lebih muda.”Erica menghela napas, dan tepat pada saat itu makanan sudah datang.“Semua itu tidak akan terjadi. Aku bukan wanita murahan yang senang selingkuh, aku setia … tergantung pasangannya. Jika pasangannya menyebalkan
Mata keduanya saling menatap begitu lembut. “Kapan saya pernah merasa cemburu? Kamu terlalu berlebihan. Saya hanya tidak ingin kalian menghambur-hamburkan bahan yang ada. Seharusnya minuman yang kamu minum kemarin, termasuk hitungan.”“Oh … berarti Kak Leo juga harus bayar dong. Kan, Kakak yang meminum duluan.”Leonel tersenyum tipis, lalu mengelus rambut Erica.“Anak baik.” Erica yang mendengar itu terkejut dan menatap Leonel yang kini mengelus rambutnya. Perlahan manik mata Leonel terpejam, membuat Erica menatapnya lebih dalam lagi.Hatinya merasa hangat, dia ingin Leonel lebih dari ini memperlakukannya. Dia sangat merindukan sentuhan kasih sayang dari orang tuanya, tapi kehadiran Juan tidak mampu memberikan rasa damai di hatinya. Karena, Juan masih saja membuatnya kecewa.Sebelum menikah dengan Leonel, Erica seperti tidak punya tempat tujuan pulang. Bahkan tidak tahu harus mengadu kepada siapa, dia hampir tidak pernah curhat kepada Raisya. Semua beban pikirannya dia tanggung send
“Jadi, kamu ingin saya mengusirnya? Baik. Saya akan mengusirnya sekarang,” jawab Leonel memutar tubuhnya hendak melangkah. Namun, Erica tiba-tiba menarik tangan suaminya.“Apa lagi?”“Jangan usir dia, biarkan saja,” kata Erica.Leonel menatap mata Erica yang kini terlihat ragu-ragu. Lalu Leonel mengacak rambut Erica.“Kerjakan saja tugasmu, saat makan siang tiba saya akan memanggilmu.”“Apa tidak apa-apa aku tidak turun sekarang?” “Tidak apa-apa. Lagi pula Mama sedang istirahat, di bawah hanya ada tukang penggosip.”Erica mengerti apa yang dikatakan suaminya. Setelah itu Leonel langsung turun ke bawah. Erica menghela napas dan kembali ke ruangan pakaian, dia mencari pakaian yang bagus dan juga mengecek perhiasannya.Dia ingin sekali terlihat berbeda di hadapan Kenzo. Dia ingin Kenzo tahu, kalau Leonel membuatnya bahagia.“Paman, bibi kecil mana?” tanya Tiara yang melihat Leonel kembali sendirian.“Dia masih mengerjakan tugas kampus.”“Oh … tidak apa-apa, kuliah kedokteran memang past
Erica menangkap keterkejutan semua orang. Kenzo melihat Tiara yang menatapnya dalam keterkejutan sama seperti orang di sekitarnya. Sementara Erica diam menundukkan wajahnya.“Kenzo, bagaimana kamu tahu kalau Erica alergi udang?” tanya Natalie penasaran, mengingat Kenzo dan Erica katanya tidak akrab.Leonel menatap tajam Kenzo, dan menatap Erica dengan tatapan sama tajamnya.“Erica, alergi udang semua orang sudah tahu. Saat acara kampus, Erica tidak sengaja memakan olahan yang tercampur dengan udang. Saat itu dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Kebetulan acara kampus saat itu juga ada dari kelas kami,” jawab Kenzo.“Oh begitu, pantas saja.”Leonel tersenyum dingin dan berpikir kalau karangan Kenzo sangat bagus. Tetap saja dia tidak senang melihat semua itu, sedangkan Kenzo terlihat sangat gugup.“Sekarang semua orang yang berada di sini sudah tahu. Jadi, jangan lagi memberi istriku udang,” kata Leonel dengan suara dingin.Natalie menghela napas.“Maaf, aku sama sekali tidak tahu.”
Erica yang mendengar itu terkejut. Kenzo menunduk, sedangkan Tiara sama sekali tidak terkejut. Karena sebelumnya Kenzo sudah memberitahunya lebih dulu.“Kenzo, kamu …” Natalie tidak melanjutkan ucapannya.“Sudah. Mereka memang masih muda, dan masih terlalu dini untuk menentukan tanggal pernikahan. Kenzo bukan pria matang seperti Leonel, untuk saat ini bertunangan sudah cukup. Biarkan Tiara dan Kenzo saling mengenal di dalam lagi,” ucap Archer.Philips sependapat dengan ucapan putra pertamanya.“Jodoh tidak akan pernah tertukar. Biarkan Kenzo dan Tiara sama-sama menjalani masa mudanya, setelah mereka siap mereka pasti akan menikah.”Eleanor juga tersenyum.”Pernikahan memang tidak untuk diburu-buru. Natalie, jangan berkecil hati.”“Tidak, Ma. Jika itu memang yang terbaik, aku akan ikuti saja.”Leonel meraih pundak istrinya, dia membelai rambut Erica dan memamerkan kemesraan di hadapan keluarganya. Erica terlihat canggung, sesaat dia melirik Kenzo yang saat ini masih menunduk.“Sekali
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada
“Ca, tenangkan dirimu. Hari ini, hari baik. Tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, oke.”Erica mangut-mangut. Dia duduk di sofa.“Kamu pergi saja temui Mama dan yang lainnya, aku ingin istirahat sebentar. Jam berapa penata rias mulai meriasku?”“Saya meminta merias kamu jam 6 saja, acaranya jam 7. Cukup untuk merias kamu,” kata Leonel.“Oke. Aku tidur sebentar,” kata Erica.Leonel mengecup kening Erica.”Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku langsung.”Leonel pergi menemui orang tuanya yang berada di kamar khusus. Mereka semua berkumpul di sofa, di sana juga ada Lucio yang cukup canggung berada di tengah-tengah keluarga dari Leonel.“Jadi, ini Lucio. Akhirnya aku melihatmu juga, selama ini kita tidak berkesempatan bertemu. Cukup tampan juga, tetapi pemalu. Wajar saja masih SMA, kalau dipoles sedikit pasti lebih menarik.”Lucio tersenyum tipis.“Kamu juga pas awal masuk SMA masih buluk,” kata Sarah.“Bibi —” Tiara mengerutkan keningnya dan menghela napas.Natalie tersenyum dan menggoda
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E