“Kami yang memesan semua ini untukmu. Ini reward karena kamu selalu rajin,” jawab Pak Rully.Erica yang mendengar itu tidak bisa berkata-kata. Namun, dia juga senang.“Pak, ini serius, kan?” tanya Erica.Pak Rully dan Bu Maria tersenyum seraya menganggukkan kepala. Sementara itu di luar sana Erica menjadi perbincangan teman-temannya.“Pak, Bu, tapi kenapa hanya aku saja? Teman-teman yang lain tidak mendapatkannya. Caca jadi tidak enak sama teman-teman yang lain,” kata Erica.“Sudah jangan pikirkan,” kata Pak Rully.“Ca, bagaimana dengan tawaran kami? Saya dan Pak Rully sudah berdiskusi kalau kamu tetap kerja di hari yang sama. Tapi, kamu tetap menjadi admin. Tenang saja, tidak akan pusing kok. Kan sudah ada admin satunya, kamu hanya memback up saja. Bagaimana?”Erica memikirkannya kembali.“Kamu sedang butuh uang bukan. Ayo pikirkan lagi, kapan lagi kamu mendapatkan tawaran baik ini.”Erica memikirkannya. Bu Maria dan Pak Rully juga memberitahu info gajinya, dan Erica cukup tergiur. D
Sebuah senyuman terukir jelas di wajahnya yang tampan. Erica menatap suaminya, sebelum akhirnya menatap dan fokus kepada makanan yang dia makan. Setelah makan malam, mereka mengantarkan Lucio ke asrama. Mereka hanya sampai di depan gedung asrama, karena hari sudah malam. Mereka berpisah begitu saja.“Jaga dirimu baik-baik, jika butuh apa-apa hubungi Kakak. Jika ada yang menindasmu beritahu Kakak.”Lucio tersenyum kecil, memegangi tangan kakaknya.“Justru aku yang mencemaskan Kakak. Kakak mulai sekarang tidak boleh memendam apapun, jaga diri kakak. Jangan lupa makan.”Erica tersenyum seraya mengacak-ngacak rambut adiknya, Lucio pun memeluk Erica dengan mata berkaca-kaca.“Berjanji padaku, kalau Kakak akan hidup dengan baik.”“Kakak berjanji padamu.”Setelah itu Lucio melepaskan pelukannya dan menatap Leonel seraya melambaikan tangan.“Terima kasih, Kayak ipar.”Leonel hanya melambaikan tangan, setelah itu mereka masuk ke dalam mobil. Sepanjang jalan Erica dan Leonel memilih untuk diam
Saat Erica baru saja keluar dari dalam kamar mandi, dia terkejut melihat suaminya berada di ruangan pakaian. Leonel berdiri menyandarkan tubuhnya pada dinding lemari dengan tatapan dingin, bersama kedua tangan menyilang.“Ah, kamu mengejutkan aku.”“Erica, apa ibu saya pernah mengatakan sesuatu tentang pernikahan kita?” tanya Leonel.Erica seperti sedang memikirkan dan mengingatnya.“Ibu saya curiga kalau pernikahan ini palsu.”Erica pun teringat ucapan mengenai pernikahan hari itu, dia menatap Leonel seraya menganggukkan kepalanya.“Sama seperti yang Kak Leo katakan sekarang. Ibu Kak Leo. sepertinya memang curiga. Wajar saja kalau mereka curiga, Kakak tiba-tiba menikah denganku.” Leonel terdiam selama beberapa saat. Dia sedang memikirkannya.“Sepertinya kamu harus segera hamil,” kata Leonel.Erica yang mendengar itu sedikit terkejut. Namun, dia tidak akan bisa menghindari itu.“Jujur saja, sebenarnya aku belum siap hamil!”“Jadi, kamu ingin saya menunggu sampai kamu lulus kuliah?” t
Erica meneguk salivanya. Dia mengepal tangannya dan merebut paksa dompet dari tangan bibinya.“Bibi tidak bisa mengancamku dengan cara seperti ini. Aku bukan mesin ATM yang bisa diperas setiap waktu. Aku pasti akan membayar kebaikan keluarga Bibi, tetapi tidak sekarang. Kedua, jangan lagi mencariku di kampus.”Catalina yang mendengar itu begitu emosi. Dia hendak menampar Erica, tetapi tangannya lebih dulu di tepis oleh Erica.“Sekarang aku sudah menjadi istri orang. Jika suamiku tahu, kalau aku dilukai oleh Bibi. Menurut Bibi apakah Leonel akan melepaskannya begitu saja?”Erica melepaskan tangan Catalina dengan perlahan. Catalina tersenyum dingin.“Ck! Sekarang kamu berani menggertakku. Dasar tidak tahu diuntung. Jika bukan karena kebaikan suamiku, mungkin kamu sudah menjadi gembel. Jangan lupa, suamiku juga yang sudah membantu menyekolahkan adikmu. Aku hanya meminta sedikit uang, tapi kamu sudah belagu!” ucap Catalina dengan tatapan marah mendorong tubuh Erica.Erica menghela napas.
Seketika wajah Erica memerah. Leonel mendekatkan wajahnya kepada Erica, hal itu membuat jantungnya semakin berdebar.“Apa yang ak—”Tuk! Leonel menyentil kening Erica, berhasil membuatnya terkejut.“Dasar. Otakmu dipenuhi oleh pemikiran kotor! Saya hanya menawari kamu, yang sakit itu dimana? Bokong, atau kaki?”“Hanya sakit di bokong. Tapi, tenang saja seharusnya tidak sampai tulang ekor. Hanya saja kakiku sepertinya terkilir!” kata Erica.Leonel menghela napas. Lalu dia melihat pergelangan kaki sang istri dan memegangnya.“Kakimu kecil sekali.”“Apa kamu sedang menghinaku?”“Saya mengatakan yang sebenarnya. Kamu seperti orang yang kekurangan makan!” kata Leonel.Erica tercengang dan merasa terhina. Namun, dia malah mengulas senyuman ketika suaminya menatapnya. Leonel sempat turun ke bawah dan meminta pengurus rumah untuk mencari tukang pijat.Setelah 10 menit berlalu, Leonel kembali masuk ke dalam dan melihat Erica sedang memijat kakinya pelan-pelan.Leonel menarik kaki Erica, membua
Erica masih menatap layar ponselnya. Ia bertanya-tanya siapakah yang mengirim pesan ini? Firasatnya menjadi tidak enak. Bagaimanapun pernikahan mereka tidak banyak yang mengetahui.Erica memutuskan untuk menghubunginya, tetapi saat itu panggilan tidak terjawab.Erica menghela napas, berusaha berpikir positif. Tepat pada saat itu, Leonel terlihat menghampirinya. Erica langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang dipegangnya.“Sudah waktunya makan malam, apa urusan pekerjaan Kak Leo sudah selesai?” tanya Erica.“Ya,” jawabnya singkat.Leonel menatap istrinya dengan tatapan dingin. Erica merasa sedikit canggung.“Terima kasih, Kak Leo sudah memanggilkan tukang urut.” Leonel menyilangkan kedua tangannya di bawah perut. Ia tersenyum miring.“Jangan salah paham. Saya melakukan ini karena Ibu saya. Jangan kamu pikir, kebaikan saya karena saya menyukaimu. Ini hanyalah tugas seorang suami,” jawabnya dengan nada dingin.Erica tercengang. Dia juga tidak pernah berharap Leonel akan menyuk
Erica menghela napas dan meniupkan udaranya ke kening. Sehingga rambutnya terangkat.“Aku mengerti. Tapi, bisa kan nada bicaramu tidak menyebalkan seperti ini. Kamu bisa berbicara baik-baik denganku. Pertama aku sama sekali tidak mencari muka, melihat ibumu sakit seperti ini mengingatkanku kepada ibuku. Kedua, aku masih muda. Aku bisa mengesampingkan sakit di kakiku, tapi bagaimana dengan ibumu? Dia membutuhkan perhatian lebih. Sejak siang tidak bisa makan, apa aku salah mengutamakan ibumu lebih dulu dari pada aku?” tanya Erica dengan mata berkaca-kaca.“Nada bicara saya tidak ada yang salah,” jawab Leonel dengan tenang.“Tidak salah, tapi menusuk. Ya, mungkin aku juga yang baper mendengar kamu berbicara seperti ini aku malah sedih.” Erica membuang muka. Erica benar-benar kesal dengan sikap suaminya itu. Namun, sebisa mungkin dia tidak ingin menangis.“Saya tahu niat baikmu. Tapi, kamu bisa meminta pengurus rumah. Tidak harus kamu, sambil meminta pengurus rumah membuat bubur kamu bis
Leonel terdiam dan hanya menatap istri kecilnya terlihat sedang menahan air mata.“Apanya?” tanya Leonel.“Sikapmu seperti bunglon yang selalu berubah-ubah. Kadang omelan kamu terdengar seperti sedang meneguran, perhatianmu seperti seorang ayah. Namun, terkadang membuatku kesal.”“Kamu berpikir terlalu banyak,”kata Leonel menarik kaki Erica dan memasangkan sandal itu di kakinya tanpa persetujuannya.Tubuh Erica yang tidak seimbang akhirnya menindih tubuh Leonel. Leonel saat ini terlentang di lantai, dan Erica berada di atas tubuhnya.“Aku tidak sengaja. Siapa suruh menarik kakiku!” ucap Erica memutar kepalanya.Leonel menatapnya datar. Erica buru-buru menyingkir dari tubuh Leonel. Setelah itu, dia memakai sandal. Dan berjalan begitu pelan, tapi tangan Leonel sudah lebih dulu meraih tubuhnya dan langsung memangkunya.“Apa yang sedang kamu lakukan?”Leonel sama sekali tidak menjawab ucapan istri kecilnya dan menurunkan Erica di kursi.“Karena kakimu belum sembuh, sebaiknya kamu tidak pe
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada