Christian menoleh, namun tak menjawab pertanyaan dari kakaknya, kemudian berlalu meninggalkan butik dan juga salon tersebut.
Sampai di dalam mobil raut wajah Christian berubah lebih dingin, pandangan yang seperti penuh kasih sayang di depan kedua kakaknya telah sirna.Untuk apa Alexandra terbawa perasaan, bukankah memang seperti itu adanya, sejak awal mereka memang sepakat untuk bersandiwara di depan keluarga Hoover.Alexandra menarik nafas pelan, untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak, kemudian menghembuskannya perlahan.Berbeda dengan pemikiran Alexandra, Christian bersikap dingin karena kesalahan yang wanita itu lakukan.Hening!Baik Alexandra maupun Christian sibuk dengan pemikirannya masing-masing.Tak terasa menit demi menit berlalu, banyak tempat yang sudah mereka lewati, tapi tempat tujuan tak juga sampai.“Tian!” Alexandra memanggil suaminya.Pria itu hanya berdehem untuk menanggapi sLisa memperhatikan penampilan Alexandra, Wanita itu sudah menggunakan piyama. Semalam saat kembali ke apartemen Alexandra masih menggunakan gaunnya.Lisa pun menggalang, lalu menjawab, “bukan saya, Nona, sepertinya Pak Chris yang melakukannya.”Alexandra semakin merasa bersalah pada suaminya.Alexandra bergegas masuk ke dalam kamarnya, lalu mencari tas yang dia pakai semalam untuk mengambil ponselnya.Dia membuka benda pipih itu berharap ada jejak yang Christian kirim namun hasilnya nihil. Alexandra menghembuskan nafas kasar kemudian melakukan panggilan pada nomor telepon Christian.Panggilan itu akhirnya berakhir dengan sendirinya karena tidak mendapat jawaban dari seberang sana.Alexandra memilih meletakkan ponselnya di atas nakas seraya mengisi daya. Dia kembali ke luar dan membantu Lisa di dapur.“Pagi ini aku ada janji dengan seseorang di taman yang tak jauh dari kampusku, Lisa.”Lisa langsung menoleh ke arah Alexandra.“Kenapa jauh sekali, Nona? Dengan siapa kamu akan bertemu?”
Alexandra tersenyum lalu membelai lembut punggung Ervin.“Caranya adalah yang pertama kamu harus berbaikan dengan ayahmu lebih dulu.”“Aku tidak tahu bagaimana caranya perbaikan dengan ayah karena dia itu tidak pernah peduli padaku, bertanya bagaimana keadaanku saja dia tidak pernah.”Ervin berbicara dengan wajah sendu. Membuat Alexandra dapat merasakan apa yang dirasakan anak kecil itu.“Pelan-pelan coba kamu ajak ayahmu berbicara. Hal ringan saja. Seperti menanyakan bagaimana pekerjaanmu hari, Ayah? Atau, Ayah sudah pulang?”Ervin cemberut setelah mendengus pelan. Bagi Ervin, Alexandra mudah saja berbicara seperti itu, karena tidak tahu betapa menyebalkan ayahnya. Betapa mengerikannya sang ayah saat marah.Anak kecil itu menggoyangkan kakinya seraya memandang ke langit luas.“Aku tidak yakin ayahku akan bersikap baik padaku,” ucap Ervin.“Kamu mulai saja dulu, kalau gagal baru kita pakai cara yang kedua.”“Memangnya apa cara yang kedua?”“Nanti saja kita bicarakan setelah cara yang
“Kamu sungguh pintar memuji.” Alexandra tertawa renyah.“Aku tidak memuji itu semua kenyataan,” gocap Alexandra seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.Tidak dapat dipungkiri jika malam itu pertama kalinya Christian memakan makanan yang Alexandra sebut dengan makanan rakyat jelata.Christian tidak bisa membandingkan makanan itu dengan makanan yang biasa dia makan, sebab ini memang baru pertama kalinya dia memakan makanan food street.Dari segi rasa ada beberapa makanan yang memang aneh itu mulutnya tapi masih bisa dia nikmati.Alexandra memegang tangan kiri suaminya kemudian melihat jam tangan yang bertengger di sana.“Wah, ternyata sudah malam, sebaiknya kita segera pulang,” ujar Alexandra.“Aku masih bisa memberi waktu untukmu beberapa menit lagi jika kamu belum puas,” balas Christian.Alexandra menggeleng, “tidak, lebih baik kita pulang saja. Besok kamu harus bekerja.”“Baiklah kalau mau begitu.
Brraaakkk!!!Suara besi yang tabrakan itu mengalihkan perhatian Alexandra, Ervin, dan Sisca.Betapa terkejutnya Alexandra saat melihat mobil yang tertabrak oleh mobil lainnya adalah mobil yang dia mengendarai bersama Anna. Sepengetahuan Alexandra, Anna berada di dalam mobil itu dan tidak keluar seperti biasanya.Alexandra langsung berdiri dan berteriak, “Anna!” Meski tubuhnya sedikit lemas karena panik, Alexandra langsung berlari menuju ke arah mobilnya untuk melihat kondisi Anna.Sudah ada beberapa orang yang lebih dulu berkerumun untuk melihat kondisi dua mobil tersebut.Alexandra yang panik hanya bisa menunggu Anna dan pengemudi mobil yang menabrak itu dievakuasi.“Jangan panik,” sebuah suara yang cukup familiar di telinga Alexandra membuat wanita menoleh.Pria itu tersenyum tipis.“Tuan Michael!” Lirih Alexandra.Pria itu terlihat melakukan panggilan dengan ponsel pintarnya, meng
“Brengsek!” Christian mengumpat kesal.Bukan karena isi pesannya tapi karena si pengirim terkesan kurang kerjaan.Bagaimana tidak, pesan itu berisikan foto-foto Alexandra dan David di sebuah supermarket. Foto-foto itu diambil dengan candid yang sangat tepat. Seperti saat Alexandra dan David saling pandang setelah pria itu mengambilkan barang.Dan foto-foto lain yang menunjukkan keakraban Alexandra dengan David.Christian segera mengambil tindakan, memberitahu kepada Eric untuk menyelidiki siapa yang telah mengawasi gerak-gerik Alexandra dan David.Christian kembali melihat satu foto yang menurutnya cukup menggelitik hatinya. Di situ terlihat Alexandra begitu nyaman berbicara dengan David dan juga sebaliknya.“Sejak kapan mereka berdua sedekat itu?” gumam Christian.Christian tidak mengira jika kedua orang yang penting dalam hidupnya itu ternyata cukup akrab. Terlebih David terlihat sangat lembut pada Alexandra,
Vivian tersenyum sinis, kemudian menjawab, “Tentu saja aku sudah melakukannya sesuai perintahmu, kamu hanya tinggal menunggu reaksinya saja, bayaranku sangat mahal untuk ini semua.”“Kamu tak perlu khawatir Vivian, sisanya akan ditransfer setelah ini.”“Bagus aku senang bekerjasama denganmu. Dia sudah memimun sebagian minumannya, kamu hanya tinggal mendekatinya saja.”“Ok.” Pria itu pun berjalan mendekati Alexandra yang hanya duduk sendirian sejak tadi. Fiona dari kejauhan melihat ke arah pria asing itu, melihat gerak-geriknya, dan melaporkan setiap detailnya pada David.“Hai,” sapa pria itu pada Alexandra.Alexandra menoleh ke kanan dan ke kiri khawatir bukan dirinya yang disapa oleh pria itu.Melihat Alexandra yang bingung pria itu kembali berbicara.“Iya, aku menyapamu,” ujar pria itu. Tanpa permisi pria itu duduk di depan Alexandra.“Ayo kita berkenalan, namaku Rolan. Kita berbeda jurusan, tapi aku
Eric sangat terkejut melihat kenyataan bahwa David-lah pria yang bersama dengan Alexandra di kamar itu. Pria itu menatap tidak percaya pada David. Rasanya dia ingin berteriak, ‘kamu gila, hah? Dia itu istri dari bosmu sendiri!’ tapi semua itu hanya ada dalam benaknya saking terkejutnya.“Apa tidak ada wanita lain di dunia ini selain istriku, David?”“Sudah saya katakan, Pak. Saya bisa jelaskan, ini semua semua tidak–”“Eric tangkap David, kurung dia jangan sampai lepas, aku harus membuat perhitungan dengannya!” Titah Christian tanpa ingin di ganggu gugat.“Pak, ini jebakan, beri saya waktu untuk membuktikan semuanya. Saya juga tidak melakukan apapun pada Nona Alexandra,” David mencoba memberi penjelasan pada Christian, tapi Christian tak peduli.Sorot mata itu penuh kemarahan, kebencian, dan kekecewaan. Bagaimana bisa dia dikhianati oleh dua orang kepercayaannya sekaligus. Hal yang tak pernah ada di benaknya sama sekali.
“Brengsek!” Christian semakin murka ketika tidak mendapati istrinya di dalam kamar mandi.Dengan emosi yang hampir meledak Christian mengambil ponselnya, lalu menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan atau kepergian David.Siapa lagi pelaku utama yang membawa kabur Alexandra kecuali David.Dalam perjalanan Alexandra mulai demam dan kepalanya pusing.Melihat Alexandra yang gelisah, David pun memeriksa suhu tubuh Alexandra dengan menempelkan punggung tangannya dikenal wanita itu.“Nona, di belakang ada roti, makanlah dulu kemudian minum obat. Di dashboard ada pereda nyeri, kita tidak bisa berhenti di daerah ini karena masih sangat riskan untuk bisa ditemukan oleh Chris.Dengan lemah dan sedikit malas Alexandra mengambil roti isi daging itu, entah mengapa rasanya sedikit aneh hingga membuat perut Alexandra mual.Alexandra nyaris memuntahkannya. David berhenti sejenak memijat tengkuk Alexandra.