“Kamu ke mana saja?” tegur Amy begitu menemukan Kiran yang berjalan sendiri di salah satu koridor. Kiran yang dihampiri oleh Amy nampak bingung dan tertgun untuk beberaa saat sebelum ia akhirnya menjawab.
“A-Aku ... tadi ...”
“Aku mencarimu kemana-mana!” potong Amy berpura-pura. Ia padahal melihat dengan jelas seperti apa Shawn dan Kiran berciuman panas dan berpelukan di balik sebuah pohon. Tapi ia tetap harus mendalami perannya agar Kiran tak curiga dan menuduhnya bersekongkol dengan Shawn.
“Tidak ada,” jawab Kiran singkat dan nampak ragu. Amy sebenarnya tak tega. Sesungguhnya apa yang sudah dilakukan Shawn pada Kiran? Mengapa ia kemudian melepaskan Kiran pergi dan Shawn lalu menghilang?
“Aku harus kembali ke ruangan, aku harus pulang. Aku tidak enak badan,” sambung Kiran lagi dengan suara kecil.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Amy lagi. Kali ini ia agak khawatir dengan keada
Shawn menghidangkan makanan khusus untuk merayakan ulang tahun istri tercintanya, Kiran Kanishka. Ia memasak sendiri semua menu termasuk membuat kue ulang tahun dengan bantuan Arjoona yang juga pintar memasak.Kiran terus mengulum senyuman saat Shawn kemudian mendekatkan diri dan menaikkan ujung gelas Wine-nya. Kiran pun akhirnya melakukan hal yang sama.“Untuk seluruh kebahagiaan dan kecantikan pada istriku tersayang. Selamat ulang tahun!” ucap Shawn memberikan pesan ulang tahunnya sebelum mengadukan ujung gelas. Kiran pun tersenyum dan hendak minum tapi kepalanya lalu pusing kembali. Bau Wine yang tercium membuatnya tak nyaman.“Ada apa, Little Flower?” tanya Shawn saat melihat istrinya yang tak jadi minum. Kiran tersenyum lalu menggeleng.“Aku tidak ingin minum alkohol, Admiral,” jawab Kiran dengan nada rendah dan begitu lembut. Shawn tersenyum lalu mengangguk.“Ya sudah, aku ganti dengan air putih saja?
Shawn Miller benar-benar mempersiapkan kencannya malam ini dengan baik. Ia bahkan memesan sebuah kamar dengan connecting room agar lebih leluasa melakukan semua hal yang ia inginkan bersama Kiran.Shawn ingin merasakan malam pertama yang seharusnya ia dapatkan menikahi Kiran. Jadi ia membuat suasana kamar yang sama meski tak sama persis.Berbagai bunga ditaburkan di ranjang berduvet putih dengan bordiran emas. Kiran yang ditarik lembut Shawn ke dalam kamar tersebut hanya bisa tersenyum malu-malu melihat suaminya yang begitu romantis.Shawn tak membuang waktu selain hanya menarik pinggang istrinya dan menciumi sisi kening sampai pipi dan tulang rahang. Sementara Kiran sedikit kegelian dan bergidik meski tak menolak suaminya sama sekali.“Setelah malam ini, aku akan membawamu pergi. Hanya ada kita berdua, kita tinggalkan New York dan Amerika, bagaimana?” gumam Shawn bertanya separuh berbisik di depan wajah Kiran dan istrinya itu hanya diam saja
Yousef benar-benar marah. Ia menampar Kiran dengan sebelah tangannya begitu keras setelah menarik paksa ia ke sisinya. PLAK –“Kamu benar-benar anak yang tidak tau malu!” sembur Yousef marah dengan mata menyala. Kiran separuh sadar saat ditampar oleh Ayahnya.“JANGAN SENTUH ISTRIKU!” teriak Shawn langsung beringsek bangun tapi kepalanya kini ditodong oleh dua buah mocong senjata. Itu membuat Shawn jadi separuh berdiri dengan lututnya. Wajahnya menggeram marah karena Kiran ditampar seperti itu. Ia sampai mengepalkan tangannya tapi tak bisa mendekat pada Kiran yang tengah memegang pipinya karena shock.Kejadiannya begitu cepat membuat Kiran tak bisa berpikir jernih saat semua terjadi. ia tersengal dan langsung meraba pipinya. Matanya berkaca-kaca tak percaya saat melihat keberangan sang Ayah karena dirinya ditampar. Ia belum pernah ditampar oleh Ayahnya seumur hidupnya.“Aku sudah memperingatkanmu Kiran, jangan pernah men
Shawn masih mengaduh kesakitan sendirian di lantai dengan kepala dan bibir berdarah. Ia mencoba bangun dan mendengar sebuah suara yang memanggilnya dari ruangan sebelah.“ADMIRAL ... ADMIRAL!” panggil Blue berteriak mencari Shawn saat melihat ketika rombongan Yousef Kanishka yang keluar lewat pintu samping menggendong Kiran, putrinya. Blue yang keluar sesaat untuk membeli kopi harus bersembunyi agar tak berpapasan dengan rombongan itu.Setelahnya, Blue berlari ke arah kamar Shawn untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.“Admiral, kamu tidak apa-apa!” sahut Blue dengan cemas dan memabntu Shawn untuk bangun.“Ahhk ... kepalaku!” Shawn disandarkan ke sisi ranjang dan mencoba untuk bisa tetap sadar. Blue tak membuang waktu dan segera menghubungi anak buahnya untuk menyusupkan Shawn keluar hotel.“Cepat kemari!” perintah Blue lantas menutup ponsel dan menatap Shawn yang memegang kepalanya. Ia kemudian me
BEBERAPA BULAN LALUKiran Kanishka mungkin adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Mungkin setidaknya itulah yang ia pikirkan saat mendapatkan perhatian dari Shawn Miller suaminya. Kiran hidup dalam rumah tanpa kasih sayang orang tua. Untungnya ia tumbuh jadi anak yang mandiri dan berperilaku lembut.Saat ia masih remaja setelah ibunya meninggal, Kiran dibawa tinggal ke rumah Ayahnya. Tapi istri pertama sang Ayah pernah beberapa kali melakukan kekerasan fisik padanya. Kiran pernah dipukul menggunakan gagang sapu dan ditampar berkali-kali.Tapi ia tak pernah mengeluh, tak pernah mengadu pada siapapun. Ia bekerja seperti pembantu tanpa bayaran di rumah mewah Kanishka tapi masih harus mencari pekerjaan lain di luar sana untuk membayar uang sekolah.Ketika Shawn memberikan rasa terima kasihnya dengan menuliskan sebuah pesan di yellow note, hati Kiran benar-benar berbunga-bunga. Itu adalah ucapan terima kasih pertama dari seseorang yang menjadi kelua
Shimla yang mendengar rencana Kiran ingin menyembunyikan kehamilannya jadi sedikit cemas. Ia belum tau benar apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun ia sudah mendengar selentingan kabar tentang kepulangan Kiran ke Boston adalah karena akan terjadi perceraian dengan Shawn Miller.“Nyonya ... lebih baik kita pulang dulu karena Nyonya harus beristirahat. Nanti akan kubuatkan sup ayam untuk Nyonya, bagaimana?” tawar Shimla mencoba menghibur Kiran. Kiran tersenyum lemah dan mengangguk.“Tapi kita ambil vitaminku dulu sebelum pulang.” Shimla mengangguk dan merangkul pinggang Kiran yang masih terlihat lemah dan pucat. Shimla membawa Kiran menggunakan taksi tanpa pengawalan sehingga tidak ada yang mengetahui jika Kiran ke klinik.Yousef sendiri tengah berada di New York hari ini dengan alasan mengurus beberapa hal termasuk surat perceraian Kiran dengan Shawn Miller.Kiran yang pulang ditemani oleh Bibi Shimla sampai ke rumahnya. Ia pun masuk
Han Kazuya berhenti di saat yang tepat yaitu saat mata bor berhasil membolongi bagian mata dari lukisan pada salah satu dinding di ruang apartemen milik Kanishka.Setelahnya, Blake memberikan micro camera seperti kabel spiral yang bisa dimasukkan ke dalam lubang tersebut menggantikan mata di lukisan. Grey kemudian menyalakan tabletnya dan kamera pun tersambung.“Hidupkan audionya!” perintah Blake begitu kamera terhubung. Grey melakukan semua perintah Blake dan menyalakan audio yang juga tersambung pada spiral kamera.“Kita beruntung, perkiraanmu tepat Blake, kita berada di ruang kerjanya!” ujar Grey memuji temannya. Blake hanya menyengir mengangkat dagunya lalu menoleh pada Han yang menempelkan kamera tersebut dengan selotip.Grey lantas memasang tablet pada penyangganya dan memasang kursor untuk menggerakkan kamera ke arah manapun yang mereka inginkan.“Ada yang masuk ke dalam. Kanishka mengajak tamunya masuk!”
Usai Amy keluar, nasib buruk tak berhenti mengikuti Shawn. Ponselnya berdering dan itu merupakan sambungan telepon dari Ayahnya, Menteri Pertahanan Chris Baker. Setelah menghela napas kesal mau tak mau Shawn harus mengangkat sambungan telepon dari Chris.“Di mana kamu?” tanya Chris bahkan tak menanyakan kabar anaknya sama sekali.“Memangnya kenapa? Aku sedang cuti!” ejek Shawn bicara dengan ketus.“Shawn ... aku dengar dari Ibumu jika kamu terluka. Apa benar kamu berkelahi di hotel?” Shawn menarik oksigen cukup banyak ke paru-parunya sebelum menghembuskan kasar dan terdengar di telepon.“Aku rasa itu bukan urusanmu!”“Itu urusanku jika menyangkut dengan Yousef Kanishka. Katakan padaku, apa benar kamu akan bertransaksi dengannya mengenai daftar rahasia itu?” Chris mulai mencercanya lagi dengan pertanyaan seperti itu. Tak pernah sekalipun ia bertanya tentang keadaan putranya.“A
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia