Ramdash sibuk mondar-mandir di depan kamar anaknya. Sonia tiba-tiba pingsan dan langsung dibawa ke kamarnya oleh beberapa pelayan. Dokter pun segera dipanggil. Ramdash berlari ke mobilnya dari tempatnya bekerja setelah diberitahukan oleh salah satu pelayan tentang keadaan putrinya.
Ramdash juga sedang kesulitan karena sang Ayah, Yousef melarikan diri dan kini berada di Puerto Rico. Hanya Ramdash yang mengetahui sementara Rohan tak perduli apapun. Dia sibuk dengan pernikahan dan hidup barunya. Bahkan tak perduli jika sang Ayah menghilang usai berkonfrontasi dengan sang menantu, Shawn Miller.
Sebagai anak tertua, Ramdash memikul kewajibannya sendiri dari carut marut keluarganya. Itulah sebabnya mengapa istri Ramdash, Anita Singh meninggalkannya begitu saja.
Namun Ramdash tak pergi. Ia tetap setia pada keluarganya sambil merawat putrinya sendirian. Sekarang ia tengah ketakutan karena Sonia tiba-tiba pingsan. Begitu sampai di mansion Kanishka, Ramdash langsung ke ka
“Dasar pria brengsek!” Shawn mengumpat dan hendak merebut ponsel Kiran. Tapi delikan mata indah Kiran membuat Shawn jadi menurunkan tangannya.“Kenapa pria itu menghubungimu lagi? Apa aku harus menghabisinya!” Shawn begitu ketus dan setengah mengambek pada istrinya.“Tapi ini bukan Robert ... sebentar!” Kiran pun mengangkat sambungan telepon itu sebelum Shawn bicara lagi.“Halo?”“Halo ... Kiran. Ini aku Ramdash.” Kiran sedikit membesarkan matanya dan menelan ludah. Shawn masih duduk disana memperhatikan ekspresi istrinya yang terlihat sedikit aneh.“Apa kabar, Ramdash?” Shawn langsung mengangkat dagunya. Untuk apa putra Yousef Kanishka menghubungi Kiran?“Aku baik-baik saja. Bolehkah, aku minta bantuanmu?” “Tentu saja. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?” tanya Kiran langsung menawarkan. Shawn sempat membuang sejena
Sonia meninggal hari Selasa malam pukul 10.30. Ramdash tak dapat menahan isakannya setelah Sonia pergi. Ia tak perduli bahkan jika musuh ayahnya, Shawn melihatnya begitu saja. Tapi bagi Shawn, kali ini ia memang harus menjaga rasa kemanusiaannya agar tak hilang.Shawn membantu pemulangan jenazah Sonia sambil terus menghibur Kiran yang terlihat begitu sedih. Sementara Ramdash membiarkan Shawn yang mengurus segalanya. Ia sudah kehilangan putrinya dan masih duduk dibangku rumah sakit menunggu segalanya selesai.Baik Shawn maupun Ramdash tak saling bicara. Tapi Ramdash sudah mau membuka mulutnya untuk bicara beberapa hal dengan Kiran. Kremasi Sonia akan dilakukan dengan tata cara Hindu di dekat kediaman Kanishka keesokan harinya.Shawn pun mengikuti acara itu meski matanya kadang sesekali melirik pada anggota keluarga atau para pengawal Yousef yang mengelilinginya. Shawn tahu jika ia sedang berada di sarang musuh tapi ia melakukan semua itu demi Kiran. Shawn lebih s
Kiran Kanishka menerima sebuah perintah untuk memberikan desiminasi tentang kekerasan dan hukum pada para pelaut di pangkalan militer Angkatan Laut. Dari beberapa Jaksa, ia yang diminta untuk kemudian mengajarkan soal aturan-aturan dan ketentuan hukum.Maka dengan wajah semringah karena akan bertemu dengan suaminya, Admiral Shawn Miller, Kiran berangkat sendiri. Ia semakin tersenyum saat mobil dari kejaksaan yang mengantarkannya memasuki area pangkalan militer.Setelah menjalani beberapa kali pemeriksaan, Kiran pun dibawa sampai ke depan bangunan kantor. Kiran pun tersenyum saat keluar setelah mobilnya dibuka oleh seorang pelaut yang berjaga.Kiran pun berjalan masuk ke dalam kantor tersebut dan mencari pusat informasi. Seorang pelaut wanita yang kebetulan bertugas kemudian membawa Kiran ke sebuah ruangan, Letnan Kolonel Blue Handerson.“Nyonya Kiran?” sapa Blue sedikit terkejut saat melihat Kiran masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia tersenyum ra
Usai kuliah, Kiran turun dari panggung dan dihampiri oleh beberapa Perwira yang terkesan dengan bahan ajar yang diberikan oleh Kiran Kanishka. Berbagai pujian lantas dilayangkan untuk Kiran. Dari jarak yang tak begitu jauh Shawn sempat memandang Kiran sebentar sebelum seorang Kolonel kemudian menghampiri dan mengajaknya mengobrol.“Aku rasa kita bisa mengundang, Nona Kanishka untuk mengajar tetap di sini. Bahan ajarnya sangat bagus dan berguna untuk pendidikan para pelaut,” ujar Kolonel tersebut mengusulkan pada Shawn sebagai pimpinan tertinggi.“Aku rasa juga begitu, Kolonel Jones. Nona Kanishka sudah pernah jadi pembelaku dan dia sangat baik melakukannya. Aku akan memintanya khusus pada Jaksa Anderson mengenai hal tersebut!” jawab Shawn dengan wajah dinginnya seperti biasa.“Akan sangat baik jika begitu.”“Kalau begitu, aku akan coba memintanya secara pribadi pada Nona Kiran Kanishka. Semoga saja dia tidak menol
Kiran tertegun dan benar-benar tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Apa tidak salah Shawn menyebut Amy sebagai adiknya?“Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu tidak tau jika matamu begitu indah, aku bisa melihat diriku di dalamnya,” puji Shawn makin menggoda Kiran seakan ia tak pernah bicara apapun soal Amy Baker sebelumnya.“Admiral, tadi kamu bilang ...”“Iya, aku adalah anak kandung Christoper Baker, Menteri Pertahanan. Lebih tepat, putra di luar pernikahan,” jawab Shawn dengan nada santai. Seolah ia sudah begitu terbiasa dengan nasibnya dan tak menggerutuinya sama sekali.“Bagaimana bisa?” Kiran masih tak percaya dan itu membuat Shawn tersenyum.“Banyak hal di dunia ini yang tak sesuai dengan harapan kita. Termasuk takdirku ... dan kamu.” Shawn menambahkan lalu ikut bersandar menyamping melingkarkan sebelah tangannya pada Kiran. Sebelah tangannya yang lain lalu memindahka
Bagai petir di siang bolong ketika Blue Handerson menghubungi Shawn Miller tentang Yousef Kanishka tiba-tiba. Bukan apa-apa, kali ini ia tak menyerah ingin mendapatkan Kiran kembali.“Apa maksudmu dia memberikan kabar seperti itu?” tanya Shawn sambil celingukan ke kanan dan kiri lalu masuk ke sebuah ruangan yang bisa ia gunakan untuk berbicara dengan Blue.“Dia menghubungiku!”“Bagaimana dia bisa menemukan nomor teleponmu?”“Aku tidak tahu, Admiral. Gara-gara itu aku membuang iPhone-ku. Aku menghubungimu dari jalur aman dan bebas pelacak!” Shawn dengan kesal mengusap rambut dengan kasar dan meremas salah satu sudut sisi jendela balkon.“Lalu apa yang dia katakan selain itu?” tanya Shawn lagi.“Tak ada ... dia hanya ingin kamu menandatangani surat perceraian lalu dia akan memberikanmu daftar rahasia itu!” Shawn benar-benar menggeram kesal.‘Sialan, akan kubun
Yousef Kanishka tiba di rumahnya sebelum pukul 10 pagi ketika keadaan masih sedikit sepi. Tak ada pengawal sama sekali yang menjaga rumah itu dan hanya ada seorang pelayan yang tengah membersihkan ruangan lalu terkejut saat melihat salah satu tuannya tiba-tiba datang.“Tuan?” Yousef lalu berhenti dengan mengangkat dagunya ia melihat ke segala arah. Tak ada siapapun di sana.“Kenapa sepi sekali? Biasanya aku melihat Sonia di taman depan!” tanya Yousef dengan kening mengernyit dan wajah tanpa senyuman. Pelayan tadi lalu menundukkan kepala dan tak menjawab. Ia berinisiatif untuk mengambil koper milik Yousef dan membawanya ke kamar.Sementara seorang pelayan lagi datang dan memberitahukan jika Ramdash tengah berada di ruang kerjanya bahkan sebelum Yousef meminta seseorang untuk menjawab pertanyaannya.“Ayah!” panggil Ramdash meletakkan semua berkas-berkas pekerjaannya di atas meja lalu menghampiri sang Ayah ketika ia masuk.
Usai pernikahan Joona, Shawn dan teman-temannya tak bisa menghalangi Jayden untuk pergi. Joona hanya membuat pesta kecil sederhana untuk para sahabat, itu pun tak dihadiri oleh Jayden.Sementara itu, Joona tidak bisa menepis rasa khawatirnya pada Jayden yang baru saja pergi. Ia mengumpulkan semua sahabatnya pada acara makan malam pernikahan Elle dan berdiskusi tentang apa yang harus mereka lakukan.“Little Flower, mengobrollah bersama Claire. Aku akan segera kembali!” Kiran mengangguk dan sebuah kecupan kemudian mendarat di pipi Kiran. Shawn pun masih mengawasi Kiran untuk beberapa saat sebelum kemudian bergabung dengan teman-temannya."Perasaanku tidak enak," ujar Joona pada Shawn, Aidan, James dan Bryan begitu ia duduk."Aku tidak tau masalahnya apa!" tanya Aidan dengan polosnya. Shawn mendengus tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pada Aidan."Ini adalah kisah yang rumit Aidan Caesar," sahut Shawn menepuk pundak Aidan tapi ia
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia